Rabu, 29 Desember 2010

PENDEKAR BARU KPK

Oleh : Agus Purnomo (Kadep KP KAMMI UIN SUKA)

Beberapa hari yang lalu Busyro Mukoddas dilantik menjadi ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Setelah lama menunggu, akhirnya pria asal Jogjakarta itu akhirnya terpilih juga. Ia menggantikan posisi yang sebelumnya dijabat oleh Antasari dan dua pimpinan KPK Bibit Samad Riyanto dan M Hamzah.
Riwayat hidup Busyro Muqoddas ternyata tidak terlepas dari nuansa organisasi. Ia pernah menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (MPM UII). Selepas kuliah ia juga pernah menjabat direktur lembaga konsultasi dan bantuan hukum fakultas hukum UII. dan jabatan terakhir sebelum menjadi ketua KPK adalah ketua merangkap anggota Komisi yudisial RI periode 2005-2010 M.
Tugas Busyro Muqodas kini semakin berat. Dengan menjabat ketua KPK ia harus bekerja keras mati-matian menumpas kasus korupsi di Indonesia. Bagaimana tidak, Korupsi bukan hanya menjadi masalah terbesar di Indonesia tapi sudah membudaya, mengakar kuat di setiap karakter kepribadian bangsa Indonesia . Maka dari itu tidak salah jika kini wabah korupsi tidak saja menjangkiti para pejabat tinggi, bahkan juga telah marambah ke pajabat-pejabat kelurahan bahkan setingkat RT dan RW. Para koruptor pun telah terputus urat malunya dalam menggasak uang rakyat.
KPK diharapkan sebagai garda terdepan sekaligus benteng terakhir dalam penumpasan tindak pidana korupsi. Disaat masyarakat tengah bosan dan tidak percaya atas kinerja pemerintah yang mandul dalam penanganan korupsi, KPK diharapkan mampu membawa angin segar untuk membuktikan eksistensinya. Memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dengan keberhasilannya menyeret para koruptor ke Bui.
Walaupun masa jabatannya yang hanya satu tahun. Tetapi diharapkan sepak terjangnya melebihi waktu yang diberikan. Oleh karena itu setidaknya ketegasan dan keberanian harus melekat pada pemimpin komisi pemberantasan korupsi tersebut. Pimpinan KPK harus tegas karena perampok uang rakyat itu berani menguras pundi-pundi uangnya untuk menyuap saksi, polisi, kejaksaan bahkan KPK itu sendiri. Selain itu para koruptor juga yang sudah menjalar kesemua institusi. Maka dari itu ketegasan diperlukan untuk memastikan apakah sebuah institusi terjangkit kasus korupsi atau tidak. Langkah berani juga sangat diperlukan. Pasalnya, selain dengan cara halus koruptor pun tidak segan menggunakan cara-cara kasar untuk menutup-menutupi kesalahannya dan sangat mungkin sekali pimpinan KPK menjadi korbannya. Seperti yang telah menimpa dua pimpinan KPK sebelumnya yakni Bibit Samad Riyanto dan M Hamzah, mungkin saja itu hasil konspirasi gila koruptor yang ada di Senayan.
Selamat berjuang pak pendekar.....

Agus Purnomo (KAMMI UIN SUKA)
Jurusan Muamalat’08
Fakultas Syariah
UIN Sunan Kalijaga



MAN JADDA WA JADDA..!!

Oleh : Faiz Fauzi (KAMMI angkatan Al-Fatih)
Di sebelah Tenggara Benua Asia terdapat sebuah Negara kepulauan terbesar di dunia dan negara yang kata orang sebagai Surganya Dunia. Yang katanya tongkat, kayu dan batu jadi tanaman. Ya, itulah INDONESIA. Dengan prosentase lebih dari 85% Masyarakatnya memeluk agama Islam dan menjadi Negara ISLAM Terbesar di dunia.
Selama ini kita dinina bobokan dengan predikat tersebut dan kita cukup berbangga hati menyandang predikat sebagai negara Islam Terbesar di dunia. Sayangnya, banyak dari kita sekadar berhenti sampai di situ. Kita bangga pada jumlah. Kita bangga sebagai negara Muslim terbesar di dunia. Sementara selama ini kita ketahui, belum pernah ada setelah zaman ORBA (Orde Baru), partai Islam menang.Subhanalloh..
Sebagai Warga Negara Indonesia yang memeluk agama Islam, tentunya saya cukup prihatin & sedikit merenung tentang fakta ini. Kok bisa ya, negara yang masyarakatnya mayoritas muslim tapi partai yang ber asas Islam belum pernah memenangkan pemilu sama sekali. Ada apa dibalik semua ini...........??????????
Kejadian ini tidak terjadi di tingkat negara saja. Tetapi di tingkat kampus yang berkedok/berstatus Islam pun demikian. Saat ini menurut rencana di salah satu kampus di Yogyakarta yang ada embel-embel Islamnya, akan mengadakan PEMILWA ( Pemilu Mahasiswa ), yang katanya akan diadakan dalam waktu dekat. Banyak organisasi yang sudah merancang sedemikian rupa dan menentukan calonnya siapa yang jadi presiden BEM Fakultas, dan BEM Jurusan maupun yang akan memduduki di kursi anggota dewan terhormat (SEMA). Visi, Misi dan strategi Politik merekapun berbeda-beda. Bahkan, walaupun sama-sama Islam tetapi pemikiran merekapun berbeda, ada yang Liberal, sekuler, Nasionalis, dll. Tetapi tenang, masih ada kok yang masih memegang Teguh Syari`at Islam.
Namun kenyataanya sama dengan negara Indonesia. Di lingkup Kampus yang ada embel-embel Islam tetapi yang menguasai dan menjadi Presiden di kampus tersebut bukan dari parrtai yang berasaskan Syari`at Islam. Tetapi dari partai yang berasaskan lain, mungkin Nasionalis, sekuler, atau mungkin juga partai yang berasas LIBERAL. Waaaaaah, ini sungguh menyedihkan...!!!!!!!!!
Bayangkan, di lingkup kecil yang masih lokal saja partai yang berasas Islam belum pernah menang. Pantas saja kalo negara Indonesia ini yang katanya berpenduduk muslim terbesar di dunia tapi partai islamnya belum pernah menang. Ini perlu dikaji dan diteliti..
Tetapi janganlah pesimis, tetaplah optimis bahwa partai berasas Syari`at Islam Pasti Menang...!!!!!!!
Man jadda, wa jadda artinya barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan..!!!!

Allohu Akbar.....!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

By: suara akar rumput
Faiz Fauzi (KAMMI UIN SUKA)
Jurusan Aqidah Filsafat’10
Fakultas Ushuluddin
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Minggu, 26 Desember 2010

Mirisnya Dunia Pendidikan Kita

Oleh: Karina Pramitasari (Staf KP KAMMI UIN)
Mengamati pendidikan di Indonesia beserta segala permasalahan yang melingkupinya memang tidak ada habis-habisnya. Indonesia yang dulu dijadikan acuan bagi negara tetangga, Malaysia khususnya mengakui keunggulan kualitas pendidikan di Indonesia. Terbukti dengan dikirimkannya beberapa tenaga pengajar untuk belajar di Indonesia. Namun sekarang keadaanya sudah berbalik 1800. Indonesia sudah jauh tertinggal dengan negara tetangga dalam segi pendidikan tentunya.
Entah apa yang mempengaruhi. Banyak sekali faktor yang menyebabkan hal itu. Kita tidak serta merta mengkambinghitamkan pemerintah , walaupun dalam kenyataannya pemerintah juga tidak bisa lepas tangan begitu saja. Permasalahan pendidikan sekarang ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja untuk menyelesaikan mencari solusi terbaik demi perbaikkan. Namun masyarakat juga mau tidak mau harus terlibat di dalamnya.
Peran pemerintah dalam pendidikan sangatlah besar. Terutama dalam hal membentuk dan menentukan sistem pendidikan seperti apa yang akan diberlakukan di Indonesia. Sistem yang akan diberlakukan tentunya melalui beberapa pertimbangan matang dan akurat, dilihat dari landasan psikologis, landasan sosial budaya, landasan, landasan ilmu dan teknologi dan landasan filosofis. Dimana sistem pendidikan itulah yang akan mengantarkan bangsa ini menuju keberhasilan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia ke-empat. Salah satunya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Untuk sementara ini apabila dicermati sistem pendidikan yang ada belumlah sesuai dan belum terbukti keunggulannya untuk mengatasi berbagai problem yang ada. Malah system yang ada menjadi problem tersendiri di dunia pendidikan negara ini. Salah satu system pendidikan yaitu mengenai masalah kurikulum. Permasalahannya kurikulum yang diberlakukan masih sering ganti-ganti, belum ditetapkan secara pasti sekiranya kurikulum seperti apa yang pantas bagi iklim pendidikan di Indonesia.
Selain system pendidikannya yang masih perlu banyak perbaikkan, orang-orang yang berkecimpung di dunia pendidikanpun perlu dibenahi juga. Terutama perbaiikan di bidang akhlak. Jadi mereka-mereka yang terjun langsung khususnya para pendidik tentunya harus memiliki akhlak yang baik terlebih dahulu sebelum mengajarkan ke peserta didik. Karena peserta didik itu akan meniru apa-apa yang ada di pendidik.

Karina Pramitasari (KAMMI UIN SUKA)
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Kebangkitan Umat Islam di Indonesi

Oleh : Karina Pramitasari (Staf KP KAMMI UIN)

Kebangkitan umat islam di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh pemikiran-pemikiran para tokoh islam seperti Haji Samanhudi, Umar Said Cokroaminioto, Kyai Haji Ahmad Dahlan, Kyai Haji A. Wahab Hasbullah dll. Tampilnya tokoh-tokoh tersebut juga tidak telepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi baik itu faktor luar negri atau faktor dalam negri.
Di awali dengan berdirinya”Syariat Dagang Islam” di Bogor, juga di Solo. Kemudian atas prakarsa Haji Umar Said Cokroamminoto menjadi Syarikat Islam yang sebelumnya gerakan keagamaan menjadi cita-cita politik.
Pembaharuan islam di Indonesia ditandai dengan berdirinya berbagai
Organisasi Islam. Di antara Organisasi tersebut adalah Jamiyatu Khair di jakarta pada tahun 1905. perkumpulan ini lebih banyak bergerak dalam bidang pendidikan dan mendidik generasi muda untuk meneruskan perjuangan islam, pada tahun 1905, K. H. M. yasin di Menes banten Jawa Barat, mendirikan Matha'ul Anwar: organisasi sosial keagamaan yang lebih banyak bergerak di bidang Pendidikan . Politik mereka di salurkan di salurkan melalui Syariat Isalm, Muhamamadiyah di dirikan di Yogyakarta(1912), Pesatuan Islam(persis) didirikan di bandung (1923) dan NU didirikan di Surabaya(1926) dan berbagai Organisasi keagamaan lainnya yang tumbuh pada masa reformasi. Adapun gerakan pembaharuan Muhammadiyah adalah sebagai berikut;
a) Muhammadiyah
Pendirinya adalah Kyai Haji Ahmad Dahlan pada tanggal 18 november 1912. bertujuan untuk menegaklkan dan menjujujng tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat islam yang sebenar-benarnya . Muhammadiyah berkembang dengan cepat sesuai dengan identitasnya sebagai gerakan pembaharuan mengolah dirinya dengan Organisasi modern.
Pada tahun 1914 di bawah pimpinan Ahmad Syurbat, berdirilah “Al- Irsyad”juga pada tahun 1923 berdiri pada pula persaatuan islam (persis) dibawah pimpinan Ahmad Hasan di Bandung. Ketiganya memiliki tujuan yang sama yaitu pembaharuan islam.
Muhamamdiyah sangat aktif menyebarkan pemikiran pembaharuannya dengan selogan “kembali kepada Qur’an dan Hadits”. Muhammadiyah menyatakan diri membebaskan manusia dari ikatan-ikatan tradisionalisme, konservatip,formalisme, dan taqlidisme .


Karina Pramitasari ( KAMMI UIN SUKA)
Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Kamis, 23 Desember 2010

Artikel

Peran Serta Partai Politik Guna Mewujudkan Negara yang Berdemokrasi

Oleh : Karina Pramitasari ( Staf KP KAMMI UIN)

Partai politik ditempatkan sebagai pilaar utama demokrasi dimana kalau tidak ada partai politik mau tidak mau demokrasipun tidak bisa tegak berdiri. Dikarenakan peran serta partai politik yang begitu besar diperlukan adanya peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur tentang adanya partai politik. Harapan adanya peraturan tersebut bisa menjamin pertumbuhan partai politik yang baik, sehat, efektif dan fungsional.
Dengan kondisi Partai Politik yang sehat dan fungsional, maka di dalam melaksanakan rekrutmen pemimpin atau proses pengkaderan, pendidikan politik dan kontrol sosial yang sehat. Pentingnya keberadaan Partai Politik dalam menumbuhkan demokrasi harus dicerminkan dalam peraturan perundang-undangan. Seperti diketahui hanya Partai Politik yang berhak mengajukan calon dalam Pemilihan Umum. Makna proses politik dalam Pemilihan Umum (Pemilu), jangan sampai mengebiri atau bahkan menghilangkan peran dan eksistensi Partai Politik. Kalaupun saat ini masyarakat mempunyai penilaian negatif terhadap Partai Politik, bukan berarti lantas menghilangkan eksistensi partai dalam sistem ketatanegaraan.
Bukan perkara mudah menumbuhkan Partai Politik yang sehat dan fungsional. Diperlukan sebuah landasan yang kuat untuk menciptakan Partai Politik yang benar-benar berfungsi sebagai alat perubahan masyarakat. Partai dalam arti modern sebagai suatu organisasi massa yang berusaha untuk mempengaruhi proses politik, merombak kebijaksanaan dan mendidik para pemimpin dan mengejar penambahan anggota, baru lahir sejak didirikan Sarekat Islam pada tahun 1912. Sejak itulah partai dianggap menjadi wahana yang bisa dipakai untuk mencapai tujuan-tujuan nasionalis.
Jadi yang di atas, yaitu jabatan puncak dalam pemerintahan kolonial, tak terjangkau, ke bawah tak sampai. Partai Politik menjadi penengah, perumus ide. Dimana jabatan puncak dalam pemerintahan kolonial, tak terjangkau, ke bawah tak sampai. Fungsi Partai Politik hanya berkisar pada fungsi sosialisasi politik dan fungsi komunikasi politik.
Walaupun masa pendudukan Jepang semua Partai Politik dibubarkan. Namun, pada masa pendudukan Jepang juga membawa perubahan penting. Pada masa Jepang-lah didirikan organisai-organisasi massa yang jauh menyentuh akar-akar di masyarakat. Perkembangan Partai Politik kembali menunjukkan geliatnya tatkala pemerintah menganjurkan perlunya di bentuk suatu Partai Politik. Wacana yang berkembang pada waktu itu adalah perlunya partai tunggal. Partai tunggal diperlukan untuk menghindari perpecahan antar kelompok, karena waktu itu suasana masyarakat Indonesia masih diliputi semangat revolusioner. Tapi niat membentuk partai tunggal yang rencananya dinamakan Partai Nasional Indonesia gagal, karena dianggap dapat menyaingi Komite Nasional Indonesia Pusat dan dianggap bisa merangsang perpecahan dan bukan memupuk persatuan.
Partai Politik tumbuh dan berkembang selama revolusi fisik dan mencapai puncaknya pada tahun 1955 ketika diselenggarakan Pemilihan Umum pertama yang diikuti oleh 36 Partai Politik, meski yang mendapatkan kursi di parlemen hanya 27 partai. Pergolakan-pergolakan dalam Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Konstituante hasil Pemilihan Umum telah menyudutkan posisi Partai Politik. Akhirnya memaksa Bung Karno membubarkan partai-partai politik, pada tahun 1960, dan hanya boleh tinggal 10 partai besar yang pada gilirannya harus mendapatkan restu dari Bung Karno sebagai tanda lolos dari persaingan.
Setelah Pemilihan Umum 1971 pemerintah kembali berusaha menyederhanakan Partai Politik. Seperti pemerintahan sebelumnya, banyaknya Partai Politik dianggap tidak menjamin adanya stabilitas politik dan dianggap mengganggu program pembangunan. Usaha pemerintah ini baru terealisasi pada tahun 1973, partai yang diperbolehkan tumbuh hanya berjumlah tiga yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), GOLKAR dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Nampak sekali bahwa partai-partai yang ada di Indonesia boleh dikatakan merupakan partai yang dibentuk atas prakarsa negara. Pembentukan partai bukan atas dasar kepentingan masing-masing anggota melainkan karena kepentingan negara. Dengan kondisi partai seperti ini, sulit rasanya mengharapkan partai menjadi wahana perubahan kepentingan rakyat. Baru setelah reformasi, pertumbuhan Partai Politik didasari atas kepentingan yang sama masing-masing anggotanya. Ini sebagai titik awal pertumbuhan partai yang didasari kepentingan dan orientasi politik yang sama di antara anggotanya.
Kondisi yang demikian ini perlu dipertahankan, karena Partai Politik adalah alat demokrasi untuk mengantarkan rakyat menyampaikan artikulasi kepentingannya. Tidak ada demokrasi sejati tanpa Partai Politik. Jangan sampai kita menghilangkan peran dan eksistensi Partai Politik hanya karena keberadaan Partai Politik saat ini dianggap kurang baik. Keadaan Partai Politik seperti sekarang ini hanyalah bagian dari proses demokrasi.
Fungsi Partai Politik salah satunya adalah sebagai alat artikulasi kepentingan rakyat. Untuk menciptakan Partai Politik yang efektif dan fungsional diperlukan adanya kepercayaan yang penuh dari rakyat. Tanpa dukungan dan kepercayaan rakyat, Partai Politik akan terus dianggap sebagai pembawa ketidakstabilan politik sehingga kurang berkah bagi kehidupan rakyat. Namun, Dalam perjalanannya, undang-undang ini di anggap belum mampu mengantarkan sistem kepartaian dan demokrasi perwakilan yang efektif dan fungsional. Undang-undang ini juga belum mampu melahirkan Partai Politik yang stabil dan akuntabel. Masyarakat juga masih belum percaya pada keberadaan Partai Politik.
Untuk menciptakan sistem politik yang memungkinkan rakyat menaruh kepercayaaan, diperlukan sebuah peraturan perundang-undangan yang mampu menjadi landasan bagi tumbuhnya Partai Politik yang efektif dan fungsional. Dengan kata lain, diperlukan perubahan terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur sistem Politik Indonesia yakni Undang-undang No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, Undang-undang No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD, Undang-undang No. 23 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, dan Undang-undang No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD.

Karina Pramitasari (KAMMI UIN)
Jurusan Pendidikan Matematika’09
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Apakah Ilmu Bebas Nilai….????

Oleh : Karina Pramitasari (Staff KP KAMMI UIN)

Menurut The Liang Gie (1987) pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.
Di atas dijelaskan bahwa ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia. Dan aktivitas itu tidak akan dilaksanakan tanpa adanya metode tertentu. Apabila suatu aktivitas dilaksanakan dengan metode tertentu maka akan mendetangkan pengetahuan yang sistematis. Metode tertentu itu bisa disebutkan salah satunya metoe ilmiah. Metode ilmiah bertujuan untuk memperoleh atau mengembangkan pengetahuan.
Ilmu memiliki cirri-ciri tersendiri diantaranya : Adanya system dalam penelitian, bersifat universalitas, objektivitas, ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan karena ilmu harus dapat dikomunikasikan, bersifat progresivitas, kritis, sebagai perwujudan kebertautan antara teori dengan praktis.
Salah satu ciri dari ilmu adalah objektivitas. Yang dimaksud dengan ilmu yang bersifat objektivitas adalah setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subjektif. Ilmu bersifat objektivitas bisa mengantarkan ilmu itu sendiri, apakah ilmu itu bebas nilai atau tidak.
Ada beberapa pendapat yang membahas tentang itu. Masing-masing ada yang berpendapat bahwa ilmu itu bebas nilai dan adda juga yang berpendapat bahwa ilmu itu tidak bebas nilai. Menurut pendapat Joseph Situmorang (1996) bebas nilai artinya tuntunan setiap kegiatan ilmiah agar didasarkan pada hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri. Itu berarti bahwasannya ilmu pengetahuan menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu pengetahuan.
Adapun ciri-ciri bahwa ilmu itu bebas nilai adalah:
Bebas dari pengaruh eksternal. Contoh: faktor politis, geografis, ideologis, agama, budaya dll.
Tidak adanya batasan usahaa ilmiah agar kemurnian ilmu peengetahuan terjamin.
Adanya pertimbangan etis dalam penelitian ilmiah.
Salah satu cirri mutlak ilmu pengetahuan adalah adanya objektivitas. Padahal di pihak lain subjek yang mengembangkan ilmu dihadapkan pada nilai-nilai yang ikut menentukan pemilihan atas masalah dan kesimpulan yang dibuatnya. Oleh sebab itu tokoh sosiologis Weber sangat berhati-hati dalam memutuskan apakah ilmu bebas nilai atau tidak.
Ada pula yang beranggapan bahwa ilmu itu tidak pernah bebas nilai. Menurut Habermas bahwa ilmu pengetahuan terbentuk berdasarkan kepentingan teknis. Karena tidak bisa lepas dari kepentingan teknis, ilmu pengetahuan tidak bisa bersifat netral. Sebagai contoh ilmu sejarah dan hermeneutika juga ditentukan oleh kepentingan praktis. Setiap kegiatan teoritis yang melibatkan subjek-objek memiliki kepentingan tertentu.
Ilmu sebagai aktivitas ilmiah dapat berwujud penelaah (study), penyelidikan (inquiry), usaha menemukan (attempt to find) atau pencarian (find) . Untuk menemukan pengetahuan baru bagi aktivitas ilmiah yang paling berbobot digunakan istilah research (penelitian) dan pencarian biasanya dilakukaan berulang kali.
Aktivitas ilmiah sendiri tidak bisa terlepas dari beberapa faktor. Beberapa faktor tersebut bisa saja mempengaruhi hasil dari aktivitas ilmiah. Beberapa faktor tersebut diantaranya mengenai tempat dimana aktivitas ilmiah itu dilakukan, siapa yang melakukan dan dari mana asalnya. Ada kalanya aktivitas ilmiah sering terwarnai atau sering terpengaruh entah itu dari aktivitas awal seperti mencari latar belakang, menentukan rumusan masalah juga dalam hal mencari sampel atau bahan penelitian kadang-kadang hanya ada di daerah asalnya.
Jadi netralitas nilai dalam aktivitas ilmiah sering dipertanyakan keabsahannya. Karena aktivitas nilai sulit untuk melepaskan diri dari beberapa faktor apalagi dari pengaruh faktor eksternal.

Karina Pramitasari (KAMMI UIN SUKA)
Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga

Rabu, 22 Desember 2010

Artikel

Hubungan antara Islam dan Ekonomi Kerakyatan

Oleh : Hijri Yulidawati (Staf KP KAMMI UIN SUKA)

Islam mendefinisikan agama bukan hanya berkaitan dengan spiritual atau ritualitas, namun agama merupakan serangkaian keyakinan, ketentuan dan peraturan serta tuntutan moral bagi setiap aspek kehidupan manusia. Begitu juga Islam dalam memandang perilaku manusia dalam melakukan kegiatan ekonomi. Pandangan Islam terhadap aktivitas ekonomi sangatlah positif. Semakin banyak manusia terlibat dalam aktivitas ekonomi maka semakin baik, sepanjang tujuan dari prosesnya sesuai dengan ajaran Islam. Untuk mempelajari lebih dalam bagaimana Islam mengatur sistem ekonominya, maka kita harus mempelajari ekonomi islam.
Ekonomi Islam dan Ekonomi kerakyatan sesungguhnya secara tidak langsung memiliki tujuan yang sama yaitu bagaimana mensejahterakan masyarakat dan menegakkan keadilan ekonomi. Dengan membaca teori ekonomi kerakyatan dan ekonomi Islam, kita juga dapat menyimpulkan bahwa ekonomi kerakyatan dan ekonomi Islam memiliki pemikiran yang sama yaitu, dengan mewajibkan sirkulasi kekayaan terjadi pada semua anggota masyarakat dan mencegah terjadinya sirkulasi kekayaan hanya pada segelintir orang saja.
Perbedaan antara ekonomi kerakyatan dan ekonomi Islam terletak pada prinsip yang mendasari lahirnya masing-masing ekonomi tersebut. Ekonomi kerakyatan didasari prinsip keberpihakan pada rakyat semata. Sedangkan ekonomi Islam, keberpihakan pada rakyat berdasarkan pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai Alquran dan Sunnah. Perbedaan yang lain yakni pandangan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya terlihat dalam idealitas transaksi pemesanan, bagi hasil, asuransi, jaminan, deposito, pinjaman, jual beli valas, jual beli saham, dan premi dalam transaksi perbankan.

Hijri Yulidawati (KAMMI UIN SUKA)
Jurusan Keuangan Islam (KUI)
Fakultas Syariah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Artikel

KERESAHAN

Oleh : Agus Purnomo (Kadep KP KAMMI UIN SUKA)

Resah, itulah yang dialami Rosulullah di saat melihat kondisi masyarakat jahiliyah pada masa itu. Tradisi riba dan menimbun harta menyelimuti sebagian besar kegiatan perokonomian. Belum lagi tradisi perang yang berdasar kesukuan bukan atas dasar pembelaan kebenaran. Dalam hal moral manusia menuju titik nadir kebinasaan, Perlakuan terhadap budak, wanita bahkan ibunya jauh dari nilai kemanusiaan.
Realitas masyarakat pada zaman seperti itulah manusia pilihan itu tinggal. Sebuah realitas yang jauh dari nilai idealita dalam benak suci rosulullah. Ada jurang lebar yang menganga antara ruang realita dan idealita. Ia merenung lama dalam pencarian kebenaran. Fitrah kemanusiaannya memberontak melawan dalam kesunyian gua hiro. Sampai ketika malaikat jibril membawakannya wahyu petunjuk. Tugas suci yang menyejarah pun dimulai. Ia segera sadar dan bangkit melawan kenyataan yang terjadi. Realitas tidak membuatnya pesimis atau melarikan diri menyerah. Realiatas adalah data otentik yang menjadi referensinya untuk mulai bergerak. Memulai bekerja dengan analisis kondisi internal dan eksternal, dengan petunjuk pelaksana yang telah didapatnya(wahyu).
Muhammad sadar betul saat itu ia sendiri. Belum ada penyokong-penyokong da’wah yang akan membantunya mendesain sebuah masyrakat, negara apalagi peradaban yang islami. Dalam siroh suci rosulullah, tertulis bahwa manusia agung itu memulai da’wah pertamanya kepada keluarga dekat, sanak famili dan sahabat-sahabatnya. Dari sinilah arsitek-arsitek peradaban muncul kepermukaan sejarah. Merekalah yang menjadi kader-kader inti. Dan masa ini, kata syeikh Muhammad Munir Ghodban dalam bukunya manhaj haroki fii shirotinnabawiyah, disebut masa tandzimi.
Kondisi Kita Hari Ini
Segala sesuatu itu digulirkan, sejarah akan terulang. Itulah yang kita pahami dari sebuah kaidah dalam islam, ”islam itu relevan dalam setiap tempat dan zaman”. Pemahaman ini yang kemudian menjadi landasan berfikir kita untuk menarik kembali sejarah dan menghadirkannya untuk menjadi solusi pada masalah hari ini.
Jika kita berbicara permasalahan dalam konteks keindonesiaan, maka akan muncul sederatan masalah yang begitu rumit dan kompleks. Mulai dari kegagalan infrastruktur pembangunan sampai pada mental-mental korup penggerak bangsa ini. Namun demikian tragedi yang lebih miris dari itu semua adalah matinya keresahan pada tubuh bangsa ini. Dan inilah masalah yang lebih berbahaya. Keresahan yang menjadi titik dasar perubahan tidak mampu lagi ia rasakan. Ratusan tahun dalam keterpurukan telah mematikan nuraninya. Ia pasrah, ia rela dan ia menyerah pada keadaanya. Ia merasa puas dengan keadaannya . Ruang geraknya selalu berkutat pada pemenuhan kebutuhan pribadi dan kebutuhan sosial. Kemiskinan, kebodohan, keterpurukan adalah bukti riil dari ketidak berdayaanya bangsa ini.
Mengetahui Realitas Sebagai Landasan Gerak
Pada tahun 1971 sektor pertanian (meliputi pertanian, kehutanan, dan perikanan) memasok pendapatan nasional (produk domestik bruto) sebesar 44% atau setengah dari seluruh pendapatan nasional. Ditinjau dari sisi kemampuan menyerap tenaga kerja sebesar 64% tenaga kerja. Dan manufaktur 6,5 %. Namun 30 tahun kemudian (2001). Sektor pertanian hanya menyumbang 17 %, sedangkan industri manufaktur sebesar 25 % untuk pendapatan nasional. Penyerapan tenaga kerja dari inustri mannufaktur 13 %, sementara pertanian 43 %. Pendapan dari sektor pertanian merosot sedangkan manufaktur industri terus meroket. Negara agraris ini tidak menjadikan petani menjadi kaya dan sejahtera. Miris bukan?. Belum lagi permasalahn yang muncul pada sektor-sektor lain, seperti perburuhan, nelayan, informal dan usaha kecil. Itulah sekelumit dari deretan kisah duka yang menyelimuti negeri ini.
Mengelola Keresahan
Bangsa ini sudah terlalu lama dalam keterpurukan politik dan kevakuman kebangkitan. Kita bukanlah kaum lugu yang menunggu hadirnya ratu adil yang tidak kunjung datang. Atau menunggu belas kasihan dari bantuan bangsa asing yang sebenarnya akan memperparah kondisi bangsa. Negeri ini adalh rumah kita sendiri, dan bukan rumah orang lain. Ide dan sikap kerdil adalah tembok yang harus dihancurkan. Mari satukan keresahan kita menjadi gelombang perlawanan yang dahsyat. Perlawanan besar yang akan menhancurkan tembok kebodohan, kekerdilan dan kemalasan. Mari kita himpun para pahlawan yang berserakan di negeri ini. Merangkai kembali negeri yang terurai oleh hantaman badai ketidakberdayaan. bersama para pahlawan hakekatnya-meminjam ungkapan Anis Matta- “pahlawan bukanlah orang suci dari langit yang diturunkan kebumi untuk menyelesaikan persoalan manusia dengan mukzizat, secepat kilat unruk kemudian kembali kelangit. Pahlawan adalh manusia biasa yang melakukan pekerjaan-pekerjaan besar dalam sunyi yang panjang, sampai waktu mereka habis”. Masih menurut Anis Matta “mereka tidak harus dicatat dalam buku sejarah. Atau dimakamkan ditaman makam pahlawan. Mereka juga melakukan dosa. Mereka bukan malaikat. Mereka hanya manusia biasa yang berusaha memaksimalkan seluruh kemampuannya untuk memberikan yang terbaik bagi orang-orang sekelilingya. Mereka merakit kerja-kerja kecil menjadi sebuah gunung. Karya pahlawan adalah tabungan jiwa dalam masa yang lama”.
Agus Purnomo (KAMMI UIN SUKA)
Jurusan Muamalat’08
Fakultas Syariah
UIN Sunan Kalijaga

Senin, 20 Desember 2010

Tips..

Menulis Artikel
* Apa artikel?
Tulisan pribadi di media massa/jurnal ilmiah yang merespon sebuah fenomena.
* Karena sifat di media massa yang memiliki halaman terbatas, maka fenomena yang dibahas hanya sepintas, inti gagasan yang lebih kuat ditekankan, dan itu sangat tergantung subyektivitas penulisnya.
* Orisinalitas karya/gagasan amat menentukan bukan hanya bobot karya, tetapi juga bobot atau kualitas penulisnya.
* Ragamnya fenomena, mendorong orang untuk melakukan klasifikasi. Secara umum klasifikasi artikel adalah :
1. Arikel Politik : Soal DPR, strategi militer, masa depan politik. Lahirnya sebuah gerakan, .
2. Artikel sosial :Persoalan BLT, penanganan gempa, pengemis dan gelandangan.
3. Artikel ekonomi : perhitungan kebijakan kenaikan BBM, tanggapan terhjadap perhitungan RAPBN dan sebagainya.
4. artikel budaya : di samping pentas kesenian persoalan humaniora, sejarah
Namun Pembagian atau klasifikasi itu tidak kaku.Bahkan terkadang masing-masing kelas tidak mampu mewadahi, karena masing-masing klasifikasi bisa saling mempengaruhi. Misalnya karya artikel tentang tinjuan politik ekonomi kita atau sejarah politik, milsanya.
Diluar artikel semacam itu, masih ada bentuk-bentuk artikel lain yang kini sedang populer. Misalnya artikel-artikel kiat. Cukup banyak memburu artikel semacam ini. Banyak ragamnya, misalnya kiat kesuksesan, tips belajar yang baik, resep makanan, atau malah bisa saja kita membuat artikel cara hebat mensukseskan hubungan seksual misalnya. Artikel petunjuk praktis itu cukup laku di pasaran.
Ada satu lagi arikel, yang disebut sebagai resensi buku. Ini juga tergolong sebagai artikel. Hanya saja dalam resensi buku kupasan dibatasi oleh isi buku itu sendiri. Artinya, sama-sama menganalisa, tetapi seorang penulis resensi sudah dipatok untuk menganalisa sebuah buku. Menganalisa atau meresensi sebuah buku, menurut sastrawan Budi Dharma, bukan saja membuat abstraksi atau meringkas isi buku.Lebih dari itu, meresensi buku adalah merefleksikan isi buku dengan kondisi kekinian. Atau, sebisa mungkin kita berusaha mengaktualkan isi buku menjadi bagian yang penting dalam hidup kita. Contoh Resensi buku Maxhavelaar oleh Maria wartawati kompas.
Bagaimana Menulis Artikel ?
Keterampilan berbahasa tulis memang menjadi modal untuk bisa menulis artikel. Kekayaan kosa kata bisa menolong seorang penulis artikel. Karena itu memperkaya diri kosa kata dan berlatih mengolah kata menjadi kalimat, sangat dianjurkan bagi mereka yang ingin belajar mnulis artikel.
Namun bagusnya sebuah karya artikel tidak bisa hanya ditentukan oleh keterampilan menulis. Sebagus apa kita merangkai kata, hanya akan bermakna kosong kalau di dalamnya tidak dimasuki pengetahuan-pengetahuan aktual yang kita miliki. Akan bermakna kosong, kalau kita tidak memiliki daya analisis yang tajam terhadap sebuah persoalan. Ini artinya pengetahuan memegang kunci bobot penulisan kita, bukan kata-kata yang indah. Bahkan pengamat pers Ashadi Siregar berpendapat : Dalam sebuah bangun tulisan, 80 persen ditentukan oleh tingkat intelektualitas kita, seberapa dalam kita memehami persoalan. Sedang 20 persen sisanya adalah keterapmpilan penulisan.
Sudah barang pasti, untuk mengembangkan pengetahuan, membaca adalah kegiatan penunjang yang efektif. Membaca adalah bagian dari hidup seseorang yang ingin menulis sebuah artikel. Kita akan menjadi penulis yang baik, manakala kita bisa menjadi pembaca yang baik. Apa saja bisa kita baca. Dengan itu penumpukan ide akan terjadi. Jadikan sebuah bacaan atau pengalaman menjadi naluri gerak hidup kita. (ilustraisi orgel gereja Blenduk Semarang).
Memilih topik
1. Mencari tema yang sedang tren (aktual)—hal menarik yang berkembang dalam masyarakat.Tentu tema demikian biasanya mendapat perhatian masyarakat, atau bahkan menyangkut hajat hidup orang banyak.
2. Tema atau topik yang kita pilih benar-benar kita kuasai. Tentu ini amat berkait dengan bidang ketertarikan kita. Pengetahuan universal memang harus kita miliki, namun pengetahuan spesifik yang berangkat dari ketertarikan kita, adalah telenta yang harus kita kembangkan. Tidak mungkin kita dengan jumawa mengatakan bisa menulis artikel tentang apa saja. Superman hanya ada dalam kisah dongeng.
3. Menciptakan topik. INi lebih banyak berkait dengan artikel-artikel yang sifatnya tulisan “kiat”.
4. Yang paling penting dalam memilih topic harus didasari kejujuran. Dalam menganalisa persoalan benar-benar di dasarkan pada data atau kenyataan riil di masyarakat. Jangan sampai kita membuat artikel dengan tujuan untuk membela salah satu kelompok atau golongan. Ini berbahaya. Sebab tulisan akan selalu dikenang di dalam masyarakat, kalau yang kita sodorkan ke membaca hanya persoalan kepentingan sepihak, sesungguhnya kita telah meracuni masyarakat. Ingat tulisan bisa setajam silet.


Created by Sumarno(Umar) Kader KAMMI Al-Fatih

Rabu, 08 Desember 2010

P E R A N I S L A M DALAM PEMBINAAN MASYARAKAT MADANI

Oleh
NUR MUHAMMAD ABDUH

بسم الله الرّحمن الرّحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Sejarah kemanusiaan sepanjang zaman baik dalam skala Internasional, Nasional ataupun lokal sama saja, hanya pengulangan. Dari keberadaan manusia sejak menghambakan diri sebagai makhluk hingga terjadinya penyelewengan-penyelewengan bisikan iblis berlangsung hingga sekarang. Di Indonesia dulunya ada animisme, syirik, Budha, Hindu, baru kemudian Islam. Buahnya keyakinan-keyakinan hasil analisa manusia, itu yang ditempat kita (Indonesia) muncul beberapa komunitas nasionalisme, singkronisme, Islam total, sekuler dll. Pancasila pernah ditafsirkan secara sepihak oleh bangsa Indonesia yang plural dengan P4 yang sekarang tinggal arwahnya. Ada yang menafsirkannya dengan Islam min, ada yang menjadikannya sebagai kendaraan politik kekuasaan. Sampai-sampai tanpa agamapun mengaku Pancasilais.

Komunisme (anti Tuhan) bukan milik bangsa Indonesia sepanjang sejarah dari zaman kerajaan-kerajaan hingga kini. Ia juga melawan naluri manusia, dan boleh kita hukumi sebagai kriminalitas manusia terhadap penciptanya dan mengingkari fitrahnya.Akibatnya generasi zaman ini menerima warisan nilai-nilai yang mengambang. Secara singkat kita ini mengalami lima presiden by accident (kecelakaan, keterpaksaan, ketergesa-gesaan karena sikon), sehingga generasi sekarang ini semakin kabur mengartikan kebebasan, kemerdekaan, demokrasi, hak asasi manusia dsb.

Muncullah kelompok-kelompok urakan dengan bentuk yang berbeda-beda, sesuai dengan kadar pemahaman masing-masing. Menyukai dan membenci sesuatu dengan cara urakan, lucunya ada urakan modern dan urakan primitif,karena mengadopsi wahyu syaithony dan hewani. Sesuai dengan ajaran-jaran dan nilai-nilai kemanusian yang sempurna, maka masyarakat banyak, tidak berhak memaksakan hukum atau hukuman yang mengganggu hak-hak individu sebagaimana individu atau seseorang tidak berhak memaksakan hukum/hukuman yang mengganggu masarakat banyak. Sebab manusia seluruhnya dari satu jiwa yang kemudian berkembang.

Surat Annisa ayat 1 من نفس واحدة
Surat Al Hujurat ayat 13 لتعارفوا
Surat Al Maidah ayat 2 وتعاونوا

Yang intinya agar saling mengenal, mempelajari, tolong-menolong untuk kebaikan konstruktif, demi keselamatan moril materiel keluarga besar di dunia dan seluruh umat manusia.Tugas pembinaan ummat didasarkan atas kegiatan terpadu secara bersama-sama. Satu untuk semua, semua untuk satu, diperlukan pendidikan/penanaman FitrohTauhid, Ukhuwah dan Fitroh Keummatan.
وأنّ هذه أمّتكم أمّة واحدة وأنا ربكم فاعبدون .
Dimulai dari bawah sampai atas…membangun masyarakat yang berperadaban kemudian dari atas sampai bawah …menyelesaikan, membersihkan, mengontrol bangunan.
يتلوا عليهم آياتك ويعلمهم الكتاب والحكمة و يزكيهم…..الآيه (البقرة : 129)
SDA itu milik siapa…..?
milik pencipta, milik Allah Subhanahu Wa ta’ala
SDM itu amanat, titipan, dan pinjaman
Dan akan kita kembalikan dengan amalan yang benar bukan sebaliknya.

oleh karena itu perlu adanya pemberdayaan dan pemanfaatan SDA, SDM, SD keluarga besar demi tercapainya tugas/amanat manusia sebagai hamba, penyembah Allah SWT. Maka tindakan dan perbuatan yang dijalankan tidak boleh mengurangi keamanan dan kenyamanan Contoh ; Sumber Daya Alam besi, itu diolah akan bermanfaat jadi cangkul, tapi asap dan limbahnya, hendaklah tidak berpolusi. Juga Udang, itu Sumber Daya Alam, setelah diolah jadi terasi dan enak dimakan, tapi baunya waktu diolah tidak jadi polusi juga, tidak mengurangi keamanan dan kenyamanan.

Diantara faktor SDM (Sumber Daya Manusia ) yang harus dikontrol adalah:
1. Daya
2. Dedikasi
3. Disiplin
4. Dana
5. Doa

Mahalnya pembiayaan tak masalah, yang jadi masalah adalah pemborosan, pembocoran, korupsi, itu masalah…Layanan seenaknya juga masalah. Harga Mobil kijang itu 6000 Dolar, ….berapa di Indonesia..? ternyata harganya 3 x lipat jika dibandingkan, kemana itu duit..? korupsi itu masalahnya. Kepercayaan ummat belum tampak, mungkin karena track record rezim masa lampau, ini hukum masyarakat, ini hukuman masyarakat.

Contoh : penjajahan baru..
- Orang Irian disuruh makan nasi – makan beras (yang diambil dari jawa, dan harga nasi di Irian mahal), tapi tetap tanam sagu, nah…sagu dikirimkan ke Eropa, dijadikan makanan bayi, Nutrisia dengan harga yang lebih mahal….
- Tenaga matahari…indonesia paling banyak kebagian matahari, tapi merugikan LN, juga tenaga air, merugikan LN.

Musuh-musuh yang menghadang telah dikonstatir oleh Allah terhadap seluruh bani Adam. Yaitu Syaithon dengan segala bentuknya.
لا تعبدوا الشيطان ......(المال, المنصبة, الدرجة, المرأة..)
Menaati Syaithon dalam halal – haram, rajin – malas, berarti menghambakan diri, membudakkan diri padanya.

Satu contoh: Dalam kita belajar bahasa ada yang namanya to listen, to understand, to speak, to read and to writte. Untuk menjalankan fase ini saja syetan tak bosan-bosannya menggoda, padahal masih memerlukan lagi fase to practise dan to pray. Itu satu contoh. Padahal pembinaan ummat melewati fase-fase yang panjang. Pengarahan, Keteladanan, Penciptaan milliu, Pembiasaan, Kegiatan, Ujian Pemberdayaan dan Hukuman.

Dengan pola pembinaan yang relatif sempurna itupun, belum tentu menghasilkan yang maksimal. Kenikmatan dari Alloh itu bisa jadi sebagai karunia dan bisa juga menjadi ujian (Kekuatan, Kekayaan, Kekuasaan, Keindahan, Kenyamanan, dan lain lain ), oleh karenanya pasti merugi siapapun yang lupa diri.

Untuk menjaganya semua harus secara kontinu mencari hingga menemukan dan mengikuti kebenaran yang mutlak dan abadi. Hendaknya tidak asal mengikuti orang (apa, siapa, dan suasanan apapun ) yang dalam suatu waktu benar, sebab dilain waktu belum tentu benar.

Tuntutan kemajuan untuk menuju kehidupan yang serba cepat, serba praktis dan serba mudah sepadan dengan tantangannya, sehingga acapkali terpeleset dan terjerumus. Lebih perlu diwaspadai lagi adalah deislamisasi yang bakal terjadi secara cepat dan terorganisir, ditengah maraknya islamisasi kemanuasiaan dibarat dan ditimur, madanisasi yang tak bisa dibendung, sehingga islam menjadi satu-satunya harapan umat manusia diseluruh dunia dan kemudian pasti menjadi pengatur peradaban dunia, masa depan yang
didambakan.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

ANALOGI POLITIK CATUR

Saat ini UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta akan menghadapi moment yang sangat menentukan bagi perjalanan sejarah kita yaitu Pemilwa 2010 yang akan digelar dalam jangka waktu dekat.
Masing Masing capres yang akan maju pasti berbeda-beda dalam mengusung Tema, tentunya menjadi harapan kita sebagai Mahasiswa UIN SUKA apabila hal itu bukanlah retorika semata, tetapi hal itu saya rasa merupakan bagian dari strategi memenangkan Pemilwa untuk dapat merebut simpati mahasiswa. Jika Kondisi perpolitikan di UIN SUKA kita analogikan sebagai permainan sebuah papan catur maka sekiranya terdapat kemiripan dan kesamaan tujuan yaitu masing-masing pihak hendak mengalahkan yang lainnya.
Dalam papan catur ada beberapa aspek yang menjadi dasar dari permainan catur yaitu:
1.Kuantitas atau jumlah Buah catur
2.Kualitas dari buah catur
3.Tempo atau waktu untuk membalikan keadaaan
4.Posisi
Keempat hal ini tentunya sudah dipahami tim sukses masing-masing capres.
Kuantitas
Dengan Mempunyai kuantitas massa yang sangat besar tentunya akan menyulitkan pesaingnya memenangkan Pemilwa karena hal ini sudahlah mutlak dimiliki untuk mendapatkan suara terbanyak dari mahasiswa.
Kualitas
Sudahlah tentu kualitas sangat memberikan pengaruh yang signifikan bagi perolehan suara, dengan merekrut beberapa organisasi penting tentunya akan menguatkan soliditas partai dari seluruh Fakultas karena dengan demikian akan mendongkrak perolehan suara kelak.
Tempo
Adalah waktu atau momentum yang tepat untuk para kompetitor masuk menyerang memanfaatkan isu-isu politik Kampus dengan harapan memberikan pukulan yang telak bagi perolehan suara nanti. Sikap diam tak memberikan reaksi apapun juga merupakan bagian dari permainan catur, tetapi jangan salah diamnya bidak akan menghabiskan langkah musuh dan musuh akan kehilangan akal nah, disitulah kesempatan untuk mengadakan serangan balik atau paling tidak memperoleh posisi yang menguntungkan.
Posisi
Tentunya inilah peran yang paling penting dalam permainan catur. Sebanyak apapun kuantitas dan kualitas bidak kita tetapi apabila pada posisi yang kurang menguntungkan maka, hal ini kan sia-sia sehingga kita mudah dikalahkan.
Berbagai manuver politik dari masing-masing kompetitor tentunya sangatlah terilhami oleh filosofi catur karena tujuan akhir dari politik kampus merebut kekuasaan dan memenangkan simpati mahasiswa. Saat ini perang politik kampus sedang sengit-sengitnya siapakah yang akan jadi pemenang tentunya peran keempat faktor tadi sangatlah penting dan yang paling penting ialah dukungan dari mahasiswa UIN SUKA dan Ridho dari yang Maha KuasP


Presented by Faiz Fauzi