Sabtu, 21 Mei 2011

PERGULATAN ANTARA KONSISTENSI DAN PENGHIANATAN

Sabtu sore, 20 Mei 2011. DEMA (dewan Mahasiswa) mengundang beberapa Elemen Gerakan Mahasiswa (EGM) untuk berkumpul membahas persiapan Bimbingan dan Tes (BIMTES) untuk tahun ajaran 2011-2012. BIMTES merupakan agenda tahunan yang diadakan DEMA yang bekerja sama dengan EGM untuk menyambut dan membantu calon mahasiswa baru mendaftar di UIN Sunan Kalijaga. Hadir dalam pertemuan yang bertempat di lantai 1 SC kantor dema tersebut perwakilan dari PMII, KAMMI, HMI MPO, HMI DIPO, IMM, SMI dan GMNI.
Dalam ipertemuan perdana itu membahas tentang dua bahasan. Bahasan pertama tentang tujuan utama pengadaan bimtes dan silaturahim antar EGM. Rapat yang di pimpin oleh president baru DEMA itu membahasa silaturahim dikarenakan adanya kerenggangan komunikasi antar EGM belakang ini. apa lagi setalah kejadian pemilwa yang telah memicu perpechan antar ekstra tersebut. pembahasan yang kedua adalah tentang hal-hal teknis yang berkaitan dengan lokasi stand BIMTES, Fasilitas BIMTES, Pamflet, dan kapan stand yang berukuran 3x2 M itu akan dibuka.
Dalam pembahasan yang dinamis tersebut muncul diskursus yang cukup alaot dan belum menemui titik temu. Dimulai ketika teman-teman dari KAMMI membuka pertanyaan tentang apakah pihak kampus boleh mendirikan stand informasi terkait mahasiswa baru atau tidak. Teman dari KAMMI mempertanyakan hal tersebut karena adanya stand lain akan berimbas pada berkurangnya calon MABA dalam mengakses informasi ketempat-tempat resmi yang disediakan oleh DEMA atas persetujuan pihak Rektorat
Dalam pembahasan ini hampir semua EGM memberikan argumentasinya secara bergiliran. Salah seorang aktifis HMI MPO kanda Alam yang mengusulkan agar tidak ada stand lain dari pihak manapun kecuali dari EGM yang telah ditetapkan. Ia mengatakan bahwa adanya stand dari pihak kampus akan dimanfaatkan oleh organisasi tertentu. Apa yang disampaikan oleh kanda Alam langsung dihujani interupsi dari sahabat-sahabat PMII. Organisasi yang didominasi oleh anak-anak Madura itu membantah apa yang disampaikan kader HMI. Alasannya bahwa Rektorat mempunyai otoritas untuk membuat kebijakan tersendiri. mereka menjelaskan bahwa setiap jurusan mempunyai program yang tidak dimiliki oleh jurusan atau fakultas lain. Seperti pengadaan beasiswa dari fakultas ushuludin yang harus disosialisaikan. Begitu juga dengan program-progran lain yang ada pada setiap fakultas dan prodi. Selain itu DEMA juga tidak mempunyai otoritas untuk mencekal kebijakan yang dikeluarkan oleh rektorat atau fakultas.
Teman-teman KAMMI menambahkan bahwa semua EGM harus kembali pada tujuan awal didakan stand BIMTES tersebut. mereka memaparkan bahwa pengadaan stand adalah ikhlas karena ingin membantu calon MABA dalam ujian masuk ke UIN bukan untuk yang lain. Oleh karenanya agar orientasi tersebut dapat dijaga, gerakan yang lahir pada tahun 98 ini menghimbau setiap EGM agar tidak keluar dari tujuan utama nan mulia tersebut. perkara calon maba akan masuk atau tidak ke EGM tempatnya melaksanakan bimbingan dan tes adalah hak prerogative dari setiap maba dan kita tidak boleh sama sekali memakasanya, jelas mereka sambil memakan sneack yang telah disediakan pihak DEMA.
Oleh karena itu seiring dengan tujuan itu, untuk mengoptimalkan peran stand maka KAMMI mengusulkan agar hanya ada satu jenis stand saja yakni dari EGM-EGM tadi. Karena dianggap sudah cukup memfasiliatasi calon maba untuk memperoleh infornasi. Mengingat setiap kader dari EGM merupakan representasi dari setiap fakultas dan jurusan. Dan tentunya mengetahui seluk belum jurusannya.
Apa yang disampaikan oleh aktifis KAMMI dan HMI memang cukup beralasan, pasalnya jika Rektorat membuka stand informasi tersendiri akan menimbulkan banyak kehawatiran. Salah satunya adalah siapa petugas yang akan menempati dan melayani stand tersebut. jika itu dari pihak dosen dan karyawan tentu tidak terlalu dicemaskan. Namun akan timbul masalah jika penjagaan stand merupakan hasil dari kerjasama antara rektorat dan DEMA. Maka sudah jelas dalam hal ini PMII lah yang akan diuntungkan mengingat mereka adalah kaum dominan dalam pemerintahan DEMA.
Pembahasan pada sore itu belum usai, mengingat waktu adzan sholat maghrib akan segera berkumandang maka rapat dihentikan. Namun pembelajaran yang dapat diambil adalah tentang kejujuran dan keterbukaan antar EGM. Baik KAMMI, IMM, HMI, dan lain-lain, maupun dengan pihak DEMA. Diskursus tentang keikutsertaan stand lain “dari pihak rektorat” bisa jadi sarat berlatar belakang politis. Karena sebenarnya merupakan strategi perekrutan secara terselubung. Dan tentu saja hal ini akan menciderai silaturahim yang coba dibangun pada awal pertemuan. Sangat disayangkan jika kalimat “silaturahmi” tersebut merupakan pepesan kosong dari pihak tertentu.
Gerakan-gerakan yang lahir dari alasan yang sama yakni memperjuangkan keadilan seharusnya menjaga idealitas tersebut. tetap konsisten dan berani melakukan upaya-upaya perlawanan terhadap ketidak adilan. Melawan setiap kecongkakan yang bersarang pada penguasa yang lalim dan dictator. Bukan malah menyebarkan benih perpecahan dengan melakuakan penghianatan terhadap sejarah karena pragmatisme dan ambisi kekuasaan.

Kamis, 19 Mei 2011

Pesona Tarian Tinta

By : Karina Pramitasari (Staff KP )
Manusia diciptakan disertai dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing. Semuanya itu tergantung bagaimana diri menyikapinya. Bagi mereka yang merendahkan diri, menganggap bahwa dirinya mempunyai banyak sekali kekurangan. Tidak bisa menemukan sejatinya kelebihan yang dimiliki. Kehidupannya diwarnai dengan rasa pesimis, tidak bersemangat dalam menjalani hidup dan suka mengeluh. Penuh rasa kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan.
Lain halnya dengan orang yang menyikapi kekurangan sebagai sesuatu yang harus diperbaiki dan sibuk mencari-cari kelebihan apa yang dimilikinya. Mempunyai rasa keingintahuan yang besar, selalu penasaran dengan suatu hal yang baru. Sehingga timbul rasa ingin mencoba dan mencoba. Tidak mudah puas dengan hasil yang didapat. Selalu ada keinginan untuk mengembangkan hasil yang diperoleh. Optimis dan selalu memikirkan perencanaan ke depan.
Terutama dalam hal menggali potensi dan mencari kelebihan yang dimiliki. Harus berani mencoba apa-apa yang berbeda. Walaupun sifatnya menantang. Namun hal itu sangatlah perlu untuk dilakukan. Karena kalu tidak, segala kelebihan yang ada sulit untuk tersalurkan.
Salah satu contohnya adalah menulis. Walaupun terdengar sepele. Namun sebenarnya sangatlah sulit untuk dilakukan. Menulis di sini bukan hanya sembarang menulis. Tetapi menulis yang kaya akan makna, kaya akan nuansa keindahan bahasa, kaya akan nilai kesusastraan yang tinggi. terlebih lagi apabila membawa dampak dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Sungguh suatu kelebihan dan ketrampilan yang sangat mulia.
Dengan sedikit saja goresan tinta yang ditimbulkan, dapat mengubah peradaban yang ada. Salah satu tips agar ilmu tidak mudah hilang adalah dengan cara menuliskannya. Karena dengan menulis dapat mengikat kuat, erat ilmu yang telah diperoleh. Agar tidak mudah lekang dikarenakan orang yang berilmu telah tiada. Bahkan akan selalu abadi walaupun zaman telah berganti beberapa puluh, ratus tahun
Melalui tulisan bisa dijadikan rekaman. Rekaman saksi sejarah. Segala hal yang telah terjadi di masa lampau masih bisa dinikmati dan dipelajari. Itu tidak lain dan tidak bukan adalah sumbangan yang diberikan oleh kebiasaan menulis. Berdasar dari tulisan-tulisan yang masih tersimpan dengan rapi, bisa dijadikan sebagai cerminan akan sejatinya kehidupan manusia. Kehidupan manusia zaman dahulu seperti apa. Dibandingkan dengan kehidupan yang sedang berlangsung ini. Lantas apa saja hal-hal yang dirasa bernilai positif silakan diambil dan dijadikan sebagai bekal untuk menghadapi masa depan. Masa depan yang masih bersifat misteri tentunya.
Sejarah telah membuktikan, bagaimana kemajuan peradaban yang telah dialami oleh manusia zaman dulu. Tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat yang gemar menulis. Apa-apa yang diketahui, ilmu-ilmu pengetahuan yang telah dikuasai tidak sungkan-sungkan untuk ditulis. Bahkan dalam segala situasi maupun kondisi, mereka masih menyempatkan diri untuk menulis. Menyalurkan ide dan gagasan yang muncul. Karena itu merupakan kesempatan yang sangat langka.
Manusia sendiri mempunyai siat dari sekian banyak sifat yang dimiliki yaitu mudah lupa. Maka dari itu diperlukannya kebiasaan untuk gemar menulis. Istilah yang sedang ngetrend di kalangan mahasiswa menyebutnya dengan istilah adat baca. “Mari kita tumbuh kembangkan adat baca di lingkungan kampus ini,”begitulah salah satu apresiasi mahasiswa yang sadar akan betapa berharganya ilmu pengetahuan.
Berawal dari membaca, lantas tidak hanya berhenti begitu saja, tetapi dilanjutkan dengan menulis. Ini salah satu metode yang bisa dilakukan bagi penulis pemula yang ingin lebih menggeluti bidang kepenulisan atau jurnalistik. Terkadang awalnya mereka bingung dengan apa yang mau ditulis. Kendala seperti ini bisa diantisipasi tentunya.
Tidak hanya itu, untuk menumbuhkan ide tau mencari ide banyak hal yang bisa dilakukan. Sumber-sumber ide pun sebenarnya sangat banyak sekali. Tergantung bagaimana caranya untuk menemukan ide tersebut. Bisa diperoleh dengan mengambil dari pengalaman pribadi mapun pengalaman orang lain. Kejadian-kejadian disekitar lingkungan tempat tinggal, isu-isu yang sedang berkembang baik itu dalam skala nasional maupun internasional. Ide yang muncul dari hasil observasi juga sangat menarik. Hal tersebut tergantung dari masing-masing individu.
Setelah berusaha mencari ide, dan akhirnya telah didapat beberapa ide menarik, alangkah baiknya jika ide-ide tersebut ditulis. Jadi setiap pergi kemanapun itu siap sedia alat tulis minimal selembar kertas dan bolpoin agar ide-ide yang bermunculan tidak mudah hilang karena lupa. Semakin banyaknya ide yang ditampung akan semakin menambah variasi apa yang akan ditulis.
Setelah itu hal yang terpenting dalam hal menulis adalah kesungguhan dan keteguhan hati. Dimana kegiatan menulis harus tertancap kuat dalam diri pribadi dan bukti konkretnya adalah adanya keinginan untuk terus berkarya, melahirkan banyak tulisan. Tulisan yang nantinya bisa diterbitkan di media massa, atau dibentuk menjadi sebuah buku.
Menulis itu mudah kok, bagi mereka-mereka yang memiliki semangat dan jiwa-jiwa kepenulisan. Apalagi mereka-mereka yang nota bene tercatat sebagai penulis muda alias pemuda yang gemar menulis. Masih banyak kesempatan, jalan masih terbentang lebar dan luas. Kesempatan untuk terus mengupgrade diri sangatlah banyak. Maka dari itu teruslah berkarya. Selalu merefresh semangat untuk terus menulis.
Tidak ada salahnya jika sering bergaul dengan para penulis handal. Atau bergabung dengan perkumpulan penulis. Dimana bisa saling menguatkan satu sama lain. Dan saling berbagi info, tips bagaimana usaha yang dilakukan untuk terus menulis. Dengan begitu, dunia pendidikan di negeri tercinta ini akan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Itu semua berawal dari menulis.

Rabu, 18 Mei 2011

Kader da’wah Harus Mampu Berkonspirasi

Kita sudah banyak mendengar tentang bagaimana gerakan konspirasi yahudi bekerja. Atau setidaknya mengetahui bahwa yahudi melakukan konspirasi melalui gerakan zionis internasional. Sebuah gerakan raksasa yang kekuatannya mencengkram hampir disetiap Negara di dunia tak terkecuali Indonesia. Umat islam menyebut Konspirasi ini sebgai bentuk perang pemikiran (ghozwul Fikri).
Secara sederhana kita dapat mengetahui peredaan antara ghozwul fikri dan qital (perang fisik). Dalam perang fisik bahan bakar utamanya adalah fisik yang kuat dan senjata yang ampuh, semisal pedang, tombak, belati dan perisai. Ia lebih membutuhkan kerja otot dari pada kerja otak. Namun berbeda dengan perang pemikiran, ia tidak begitu banyak meyedot kerja otot dan kebutuhan akan senjata, ia lebih menyerap kemampuan otak atau daya fikir dalam merebut kemenangan.
Jenis perang yang kedua ini lebih membahayakan dan lebih menimbulkan efek yang luar biasa besar dari pada perang fisik. Dan jenis perang inilah yang digunakan oleh Negara-negara besar yakni ameriaka dan Israel. Dalam definisi yang disebut perang pemikiran itu mereka memainkan media, mengarahkan opini, menyebarkan propaganda, mengatur pola berfikir manusia, bermain dalam konflik, mengatur Negara-negara lain dan menyeting masa depan sesui dengan apa yang mereka kehendaki. Dengan cara itu mereka mampu mengusai dunia hingga saat ini.
Kemudian kita yang memproklamirkan diri sebagai penegak kebenaran dan pemusnah kebatilan sudah seharusnya melakukan hal yang sama. atau melakukan “apa yang dilakuakan yahudi”, dan ini adalah tuntutan jika seorang muslim ingin bertahan dan menyerang keangkuhan kedua kaum barbar-barbar tersebut.
Hal tersebut harus dimulai dari perubahan cara berfikir kita. Jika sejak dulu kita berfikir bagaimana gerakan da’wah bisa tetap eksis maka sekarang kita harus berfikir bagaimana gerakan da’wah mampu berkontribusi. Jika dahulu kita berfikir bagaimana menyeting sebuah acara atau kepanitiaan maka sekarang kita harus berfikir bagaimana mengatur pola berfikir, opini, dan keberpihakan masyarakat terhadap da’wah. Jika dulu kita berfikir bagaimana kantong-kantong keuangan kita tercukupi maka hari ini kita harus berfikir bagaimana kantong-kantong keuangan kita melimpah dan mempu memproduksi kerja-kerja da’wah dalam skala global. dan secara umum kita harus mengembangkan kemampuan berfikir dari yang bersifat depensive (bertahan) menuju ekspansive (berkembang).
Kemudian setelah kita memahami akan hal ini, maka kita akan menularkan paradigama berfikir ini kepada semua pekerja da’wah. Kepada mereka yang berada di kota dan di desa, di sekolah dan di kantor, dan di dalam negeri maupun diluar negeri. Sehingga meskipun mereka melakukan kerja-kerja kecil dan mungkin dianggap sepele namun sebenarnya para pewaris peradaban itu mempunyai kerangkan berfikir yang sistematis dan tujuan yang jelas.
Itulah kerja da’wah yang sebearnya, bukan hanya mampu menggerakkan mesin tetapi juga mampu menggerakkan orang-orang cerdas. Kemudian bekerja sama dalam sebuah gerakan internasional. Membuat kebijakan yang mempunyai bargaining position dimata dunia. Hanya dengan itulah insyaAllah kemuliaan Islam kembali menetap dibumi.
18 Mei 2011-05-18
00.11

Jumat, 22 April 2011

REDEFINISI EMANSIPASI

By : Agus Purnomo (Kadep. KP/kandidat calon Ketua KAMMI UIN SUKA)

Tanggal 21 april diperingati sebagai hari kartini. Atau disebut juga hari emansipasi wanita. Konon hari itu merupakan hari kebangkitan kaum hawa. Bangkit dari penindasan, ketidak adilan dan penistaan menuju sebuah emansipasi wanita. Dan sejarah Indonesia mencatat RA Kartini sebagai penggagasnya.
Namun konsep emansipasi wanita itu belum rampung dan R.A kartini yang pada saat itu masih berusia 25 tahun lebih dulu dipanggil Allah SWT. Akhirnya emansipasi adalah sepotong narasi. Kemudian generasi selanjutnya mencoba melanjutkan gagasan wanita kelahiran jepara 21 april 1879 itu dengan perspektif mereka sendiri. Sehingga hari ini muncul berbagai macam bentuk emansipasi wanita. Malah yang lebih mendominasi adalah emansipasi dalam bentuk femiisme, kesetaraan jender dan westernisasi.
Jika kita melihat sosok wanita justru muncul pertanyaan, beginikah emansipasi yang diajarkan RA. Kartini?. Wanita lebih dikenal karena sosok keindahan tubuhnya bukan pada kepribadian, kecerdasan dan akhlaknya. Ajang miss universe misal, pemilihan wanita sejagat itu lebih mirip ajang eksploitasi keindahan tubuh dari pada kecerdasan otak dan kemuliaan akhlak. Tak ayal jika tidak kita temukan wanita (maaf) yang berparas biasa saja ataupun dari segi relijiusitas ia mengenakan jilbab. Contoh lain adalah budaya negative wanita kota telah merambah kedesa-desa dan daerah pelosok. Ketika sang gadis desa dikritik akan gayanya. Dengan PeDe mereka berucap”ini kan mode, sekarang kan zaman emansipasi”. Disisi lain konsep kesetaraan jender begitu ekstrim. Menuntut semua harus sama antara wanita dan pria dalam segala hal.
Terjadi kesalahan dalam mendefinisikan dan mengejawantahkan nilai emansipasi. Pertama arti emansipasi terserabut dari akar budaya bangsa yang berkepribadian mulia dan religius. Padahal wanita yang hidup pada masa kolonial itu adalah sosok yang relijius. Karyanya yang berjudul “habis gelap terbitlah terang” merupakan inspirasi dari ayat al-quran yang berbunyi “mindzulumati ilannur” (QS.Albaqoroh 257) Kartini muda adalah sosok yang haus ilmu agama dan pencari hidayah. Itulah mengapa ia menulis buku tersebut dan rela bekerja keras menimba ilmu kepada alim ulama. Artinya tidak mungkin apa yang diajarkan pejuang bangsa itu merupakan perpanjangan tangan dari kaum penjajah.
Yang kedua terjadi kesalahan pada wilayah aplikasi. Sosok wanita hari ini adalah sebuah hasil eksplorasi keindahan tubuh. wanita lebih dikenal dan dihargai dari keindahan tubuhnya bukan pada pribadinya yang luhur. seperti yang tervisualisasi dalm media cetak dan media elaktronik Meskipun tidak semua namun begitulah faktanya. RA kartini adalah putri seorang bangsawan yang terhormat dan menikah dengan seorang tokoh terhormat pula. Di sisi lain ia adalah sosok yang mau berbaur dengan rakyat kecil. Jadi tidak mungkin mengajarkan amoral dan hidup parlente.
“wanita itu tercipta dari tulang rusuk adam , bukan dari tulang kepala atau tulang kaki”, tepatlah kata bijak itu menjelaskan posisi kaum hawa. Ia tidak tercipta dari tulang kepala, artinya wanita bukanlah sosok untuk dipuja-puja. Namun ia bukan pula tercipta dari tulang kaki yang diartikan sosok yang mempunyai derajat rendah, layak dizholimi dan dilecehkan. Kata bijak itu mengungkapkan bahwa wanita tercipta dari tulang rusuk. Aritnya ia adalah sosok yang harus dihormati, diperlakukan dengan adil bahkan wanita adalah partner bagi kaum pria.
Secara alamiah memang terdapat perbedaan peran antara kaum adam dan kaum hawa. Ada sebuah pekerjaan yang hanya bisa dilkukan oleh seornag wanita pun sebaliknya. Namun kedewasaan berfikir menjauhkan kita dari sikap cemburu atau merasa diperlaukan tidak adil.oleh karena itu Sudah seharusnya kita meredefinisi emansipasi. Bukan bermaksud untuk memuja apa lagi mendzolimi. Redefinisi dilakukan agar emansipasi kembali pada khitohnya. Outputnya adalah lahirnya sosok wanita yang anggun, cerdas dan juga relijius. Sehingga terjadi pola sinergisitas yang optimal dan terciptalah tatanan social yang seimbang dan berkeadilan.
Salam bangga untuk kaum hawa…

SPECIAL Moments….

By : Karina Pramitasari (Staff KP KAMMI UIN SUKA)

Tanggal 21 April, nampaknya ada sesuatu yang tersembunyi. Sesuatu yang sangat istimewa ketika mengingatnya. Mengingat kira-kira ada moment special apa yang terjadi bertepatan dengan tangal 21 April. Memang tidak salah jika tanggal 21 April menjadi hari yang sacral khususnya bagi kaum hawa, perempuan. Mengapa tidak, karena di tanggal tersebut lahirlah sesosok pejuang perempuan tangguh, gigih, dengan semangat membaja memperjuangkan nasib perempuan.
Berawal dari keprihatinannya melihat nasib perempuan pada zamannya. Sungguh sangat menderita. Adanya pembatasan ruang gerak bagi perempuan. Perampasan hak-hak asasi yang seharusnya bisa kaum hawa dapatkan. Lantas dengan semangat berkobar-kobar dan daya intelektualitas tinggi beliau terus mengadakan perubahan di ruang lingkup yang digeluti perempuan. Maka dari itu tidak hanya sekadar memperingati hari Kartini saja, tetapi berusaha untuk merefleksikan nilai-nilai positif yang terkandung ke dalam kehidupan sekarang.
Alhamdulillah, sekumpulan akhwat KAMMI berinisiatif menyelenggarakan agenda lain dari pada yang lain, tidak seperti agenda-agenda biasanya. Agenda itu adalah”Muslimah Discussion”. Muslimah Discussion perdana ini mengambil tema,”Pergeseran Fitrah Wanita di Era Modernisasi”. Dimana pada intinya mempertanyakan eksistensi fitrah wanita yang mengalami pergeseran dari tempatnya. Tetapi apakah benar fitrah wanita mengalami pergeseran?
Jawabannya adalah TIDAK…!!!Karena fitrah wanita itu sejak dahulu adalah tetap, mutlak alias tidak bisa mengalami perubahan. Hamil, melahirkan dan menyusui adalah sebagian kecil dari fitrah wanita yang tidak bisa diubah-ubah. Justru yang mengalami perubahan adalah kondisi sosialnya. Kondisi sosial yang memaksa kaum hawa untuk melakukan tindakan-tindakan di luar kodrat wanita. Maka dibutuhkan usaha-usaha untuk menjaga fitrah perempuan.
Yaitu dengan meningkatkan semangat belajar. Caranya membudayakan adat baca di tengah-tengah kaum hawa. Sehingga pemikiran-pemikiran kaum hawa tidak akan kalah keren dengan pemikiran yang dimiliki oleh kaum adam. Karena itulah yang dilakukan oleh kaum Adam. Mereka mempunyai daya analisis tinggi lantas menghasilkan konsepan-konsepan yang berkualitas. Maka dari itu kaum hawa jangan mau kalah bersaing dengan kaum adam. Walaupun pada sector-sektor tertentu tidak bisa menggugat satu sama lain.
Acara perdana diskusi akhwat perdana yang difasilitatori oleh Mbak Meichi sungguh sangat menarik. Ditambah lagi beliau mau berbagi pengalaman-pengalaman seru, tentang pertemuannya dengan Ibu Siti Fadilah Supari, seorang wanita hebat menjabat sebagai menteri kesehatan. Sungguh antusias para peserta sangatlah tinggi. Oleh sebab itu diperlukan adanya follow up lebih lanjut untuk menindaklanjuti agenda tersebut.
Dimana kegiatan tersebut sangat membawa dampak positif bagi kemajuan dan perubahan paradigma kaum hawa. Sekaligus untuk mengasah kemampuan kaum hawa untuk pandai berdialektika.

Maskam UIN, 21 April 2011
16.00 WIB

NASIB PENDIDIKAN TIDKA BOLEH DILUPAKAN

By: Agus Purnomo (Kadep. KP/Calon Ketua KAMMI UIN SUKA)

Tanggal 18-21 april Pelajar SMA/MA sederajat menjalankan prosesi ujian nasional (UN). Setelah tiga tahun ditempa dengan mata pelajaran yang dibelajarkan. Di tiga hari ini mereka akan berperang. Apakah keluar dengan nilai yang memuaskan atau malah berada dibawah standar. Konsekwensinya sudah jelas ketika memperoleh nilai di bawah standar yang telah ditentukan maka dianggap tidak Lulus sekolah.
Tradisi ujian nasional memang sudah berjalan bertahun-tahun. Ia bagaikan momok bagi setiap pelajar. Oleh karena itu mereka berjuang mati-matian agar mendapatkan nilai diatas nilai standar yang telah ditentukan. meskipun hanya berada di atas 0,1 saja di atas nilai standar. Akhirnya Berbagai macam cara pun ditempuh. Mulai dari penambahan jam belajar oleh pihak sekolah, mengadakan jadwal khusus yang membahas mata pelajaran ujikan dan lain-lain. Untuk menghilangkan ketakutan akan ketidak lulusan, banyak orang tua siswa yang rela merogoh koceknya dalam-dalam untuk memasukkan sang buah hati ke lembaga bimbel bonafit.
Belakangan ini ujian nasional menuai pro kontra. Terjadi dialektika akademis yang panjang dari para pakar pendidikan. Apakah ujian nasional harus dilanjutkan atau tidak. Sebagian menilai bahwa ujian nasional hanya menunjukkan hasil kognitif pelajar saja. Sementara aspek afektif dan psikomotorik tidak terwakili. Selain itu ujian nasional dinilai terlalu sempit untuk menjadi acuan berhasil atau tidaknya siswa dalam belajar selama tiga tahun. Ada juga yang berpendapat bahwa ujian nasional tetap harus dilaksanakan namun bukan menjadi penentu lulus tidaknya seorang siswa.
Kalangan yang menyepakati ujian nasional juga dilandasi argument yang kuat. mereka berpendapat bahwa ujian nasional adalah cara mengetahui kemampuan siswa secara objektif. Karena jika ada aspek lain yang dinilai melalui penilaian guru akan timbul permasalahan baru yang lain. Dan yang peling rentan adalah tindakan korupsi kolusi dan nepotisme (KKN). Bisa saja pihak sekolah harus meluluskan seorang siswa karena ia merupakan anak kepala sekolah, anak pejabat atau mungkin anak president. Karena dianggap aib apabila sang anak tidak lulus sekolah dan dikatakan bodoh. Maka akhirnya permainan uang sarat terjadi. Dan yang menjadi korban jelas adalah siswa yang perekonomiannya pas-pasan. Selain itu banyaknya siswa yang tidak lulus akan mempengaruhi citra dari sekolah tersebut. sehingga mau tidak mau pihak sekolah harus meluluskan anak didiknya sebanyak mungkin.
Terlepas dari pihak pro dan kontra, kondisi Negara hari ini adalah hasil dari kualitas SDM kita. Sudah ribuan sarjana yang lulus tiap tahunnya. Dan yang menempati setiap jabatan dalam pemerintahan adalah kebanyakan dari kalangan yang pernah mengenyang pendidikan. pernah melewati ujian nasional, pernah diajarkan kesusilaan, kejujuran dan agama. Namun siswa yang bercita-cita ingin berguna bagi nusa dan bangsa itu kini malah menjadi seorang koruptor, tidur saat siding DPR dan tidak aspiratif. Bahkan lulusan-lulusan sekolah bergengsi itu tidak mampu mengeluarkan bangsa dari kubangan penderitaan.
Mutu pendidikan berkaitan erat dengan maju mundurnya suatu bangsa. Menghasilkan lulusan yang bermutu adalah keinginan semua pihak. Karena merekalah yang dikemudian hari akan menjadi penerus bangsa ini. Sudah sewajarnya apabila ingin menghasilkan tokoh besar harus dimulai dari proses pembibitan yang baik. Benih-benih itu harus dipersiapkan sejak dini.
Dalam perjalanannya “embrio bangsa” itu juga harus dijaga dari virus-virus laten di Negara kita. Menjaga mereka dari sikap koruptif, seperti perbuatan mencontek. Menjaganya dari sikap tidak bertanggung jawab. Mengajarkan mereka tentang kepedulian, kebersamaan, patriotisme berbuat adil dan yang terpenting adalah mengajarkan mereka tentang nilai-nilai religiusitas. Sehingga lulusan yang bermutu itu tidak hanya dibuktikan dari angka-angka saja tetapi juga dari sikap dan kepribadiannya.
Kualitas pendidikan harus menjadi perhatian kita semua. Menjadi perhatian wali murid, pihak sekolah dan pemerintah. Pendidikan harus menjadi tema utama dalam meningkatkan kemajuan Negara kita. Pemerintah khususnya DPR harus benar-benar memikirkan hal ini. Mencurahkan segala kemampuannya dalam menghasilkan lulusan yang kompetitif dan konfrehensif. Pembicaraan ini melebihi pembicaraan tentang gedung baru DPR, kenaikan gaji apalagi fasilitas mewah.

Kamis, 14 April 2011

Kontroversi Pembangunan Gedung MPR/DPR RI

By : Karina Pramitasari (Staff KP KAMMI UIN SUKA Yogya)

Akhir-akhir ini tersiar kabar mengenai akan direnovasinya gedung MPR/DPR RI di Jakarta. Gedung tersebut apabila dilihat dari luar masih nampak begitu mewah dan megah. Lantas apanya yang akan direnovasi???Fasilitas yang ada di dalamnya kali!!!!Mungkin….Tetapi bukannya sudah dari dulu gedung atau fasilitas yang diberikan khusus kepada para anggota dewan terkesan mewah.
Berarti segala fasilitas yang ada dan selama ini mereka rasakan masih kurang. Ini bisa menjadi salah satu indikasi dari kerakusan dan ketamakan mereka. Alih-alih menjadikan alasan dengan adanya pembangunan gedung MPR/DPR baru dapat meningkatkan kualitas kinerja mereka. Alasan yang sudah basi. Terus terang saja mumpung lagi ada kesempatan. Jarang-jarang kan orang yang bisa duduk di kursi pemerintahan MPR/DPR RI. Bisa merasakan bagaimana nyamannya tidur di ruang sidang yang notabene ber-AC ditambah lagi kursi yang empuk.
Toh mereka selama menjabat tidak memikirkan bagaimana caranya mensejahterakan rakyat. Malah memikirkan bagaimana caranya mengembalikan uang mereka yang telah habis terpakai saat bursa pencalonannya dulu. Tidak heran istilah “si perut buncit, berjas dan berdasi banyak bermunculan di sekitar gedung.
Pantas saja jika rasa ketidakpuasan tersebut lantas mendorong munculnya keinginan dari anggota dewan untuk mengadakan praktik korupsi. Seribu satu upaya telah pemerintah lakukan untuk mengurangi tindakan yang amat sangat keji tersebut. Salah satu caranya ialah dengan merenovasi gedung MPR/DPR RI. Bahasa umumnya meningkatkan kesejahteraan anggota dewan (lho…bukannya terbalik???? Seharusnya anggota dewanlah yang mensejahterakan, bukannya malah semakin disejahterakan) Tetapi apa kenyataannya???
Begitulah kondisi anggota dewan MPR/DPR RI kita. Walaupun tidak semuanya seperti itu. Hal tersebut sudah menunjukkan betapa bobroknya moral pemimpin kita. Secara logika sungguh tidak masuk akal jika dalam kondisi perekonomian negara yang seperti ini, krisis berkepanjangan dan melanda berbagai sektor kehidupan masih sempat-sempatnya memikirkan kebutuhannya sendiri.
Alangkah lebih bersahajanya jika anggaran yang pada awalnya akan digunakan untuk merenovasi gedung dialihkan untuk memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan . Sarana dan prasarana pendidikan masih sangat kurang, khususnya gedung sekolah. Dibeberapa daerah terpencil ditemukan banyaknya gedung-gedung sekolah yang rusak parah sehingga tidak bisa dipakai untuk menimba ilmu. Ada juga yang sampai roboh. Dengan terpaksa kegiatan pembelajaran yang seharusnya berada di dalam ruangan agar dibuat senyaman mungkin dialihkan ke tempat lain atau bahkan ada yang beratapkan langit.
Tidak hanya gedung sekolah saja. Hal yang biasanya luput dari pandangan adalah bagaimana kondisi tempat tinggal sebagian besar warga negara RI. Sudah teruji kelayakannya atau belum. Terlebih mereka-mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan. Fenomena-fenomena semacam ini dengan mudahnya bisa dilihat di perkampungan kumuh bantaran sungai, rumah-rumah di bawah jembatan dll. Bahkan ada yang diantara mereka tidak mempunyai tempat tinggal.
Sungguh sangat ironis sekali. Pemandangan semacam itu seharusnya dapat membuka mata hati para anggota dewan yang terhormat untuk lebih mengutamakan perut warganya daripada perut pribadi yang nampaknya semakin membuncit saja. Layaknya sebuah balon, yang apabila ditusuk jarum pasti akan meletus.
10 April 2011

Senin, 11 April 2011

FASILITAS KAMPUS BUKAN UNTUK MAHASISWA?

Infratruktur kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta kian megah. Mulai dari fasilitas dalam dan luar ruangan. Misal untuk fasilitas di semua ruang perkuliahan tersedia LCD dan AC. Belum lagi fasilitas di luar ruang perkuliahan. Kita akan mendapati berbagai macam fasilitas mewah seperti masjid dengan arsitektur modern, GOR (gelanggang olah raga), sampai gedung Multy Purpose yang kerap digunakan untuk acara pernikahan ketimbang seminar keilmuan.
Namun sayangnya bangunan-bangunan yang menghabiskan dana besar itu tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan. Tidak ada evaluasi dan perbaikan kurikulun dalam rangka meningkatkan kepahaman mahasiswa. Sehingga yang real terjadi dalam perkuliahan adalah kegiatan pengisian presensi. Usaha meningkatkan minat baca mahasiswa dengan melengkapi koleksi buku-buku di perpustakaan pun nihil. Hanya ada buku-buku usang yang berjejer di etalase perpustakaan fakultas maupun universitas.
Bangunan-bangunan di kampus Islam ini cenderung hanya berupa pemenuhan kebutuhan sekunder bahkan tersier. Taman, pagar, bunga-bunga dan lain-lain, tidak lebih dari sekedar pemoles wajah infrastruktur kampus yang mempunyai tujuh fakultas ini agar terlihat cantik. Dengan tujuan yakni meningkatkan harga jual UIN dalam konteks bisnis. Bahkan yang lebih ironis lagi, infrastruktur yang ada malah mempersulit mahasiswa untuk berkreasi dan berkembang. Penguncian ruangan kelas usai dosen mengajar adalah tindakan pengusiran terhadap mahasiswa. Takut kehilangan kursi, LCD atau AC menjadi alasan dikuncinya ruangan. Pihak kampus lebih takut kehilangan properti dari pada keilmuan , semangat belajar dan impian mahasiswa. Di sisi lain Jeruji besi yang memagari setiap gedung seolah menendang keluar mahasiswa dari sekedar menumpang belajar disana. Seperti pagar yang terdapat pada gedung multy purpese, masjid, poliklinik dan lain-lain. Akibatnya mahasiswa kehilangan ruang untuk berkreasi, diskusi dan mengkaji. Selesai sudah prosesi pengusiran, setelah diusir dari ruang kelas mahasiswa diusir dari ruang universitas.
Tampaknya eksistensi kampus sebagai wadah belajar mengalami pergeseran makna. Sekarang kampus sudah menjadi lahan bisnis. Hal ini semakin terbukti dengan adanya tarif yang semakin mahal ketika hendak meminjam fasilitas kampus. Tidak peduli dengan alasan apapun dan siapapun yang meminjam, termasuk mahasiswa itu sendiri. Jadi yang ada bukan bahasa siapa dan untuk apa meminjam, tapi bahasanya adalah koe wani mbayar piro cah arep njeleh??
Ali Sofyan (Veteran kammi 09-10)
Fakultas syariah, Jurusan muamalat 2007

Jumat, 25 Februari 2011

Penarikkan Pajak Bagi Film Impor Perlu Ditinjau Ulang

By Karina Pramitasari (Staff KP)

Indonesia, tanpa adaanya pajak seperti halnya sayur tanpa garam. Memang pajak sudah menjadi salah satu penunjang kekuatan perekonomian di sebuah negara. Tetapi permasalahannya di sini adalah apakah pajak yang terkumpul nantinya akan dapat dimanfaatkan sesuai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai.
Sah-sah saja jika pemerintah memberlakukan pajak bagi film impor. Karena beberapa keuntungan yang dapat diperoleh apabila pajak tersebut berhasil di implementasikan. Diantaranya akan menambah anggaran pendapatan Indonesia. Asal tahu saja dengan banyaknya film impor yang masuk ke Indonesia maka akan semakin banyak pula keuntungan secara finansial yang akan diperoleh.
Selain itu Indonesia apabila dipandang sebagai lahan subur untuk pendistribusian film impor. Apabila dilihat anemo masyarakat akan film luar negeri sangatlah tinggi dibandingkan dengan film domestik. Maka tidak ada salahnya jika para produsen film luar berlomba-lomba untuk menawarkan daan memasarkan hasil karya mereka.
Dilihat dari sisi lain, bahwasannya pemberlakuan pajak tersebut juga untuk memberi ruang gerak bagi dunia perfilman domestik untuk bergeliat. Mungkin salah satu alasan mengapa perfilman dalam negeri mengalami kelesuan dikarenakan kalah bersaing dengan perffilman luar negeri apabila dilihat dari salaah satu sisinya yaitu dari segi teknologi. Namun dari segi kualitas jangan menganggap remah film domestik. Banyak film domestik yang telah menunjukkan kebolehannya dalam kancah dunia internasional.
Dengan beberapa keuntungan dan sisi positif yang akan diperoleh, tidak mengapa pemberlakuan pajak itu dilaksanakan. Yang menjadi masalah di sini adalah jika pajak yang telah terkumpul disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Wajar apabila ada sebagaian orang yang mengkhawatirkan tentang hal ini.
Buktinya ada pegawai pajak yang secara-jelas-jelas masuk bui dikarenakan tersandung kasus korupsi. Korupsi dari hasil pajak yang telah banyak terkumpul. Tentu dengan nominal yang tidak sedikit. Lumrah mereka melakukan korupsi dikarenakan silau dengan tumpukan pajak. Tumpukan pajak yang terlalu banyak dan tidak segera diimbangi dengan penyaluran pajak itu sendiri. Padahal pemungutan pajak seharusnya dimanifestasikan untuk kesejahtaraaan masyarakat juga.
Seolah-olah kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah di dalam mengolah dan menyalurkan uang rakyat sedikit demi sedikit terkikis habis. Jadi apa gunanya membayar pajak jika pajak yang terkumpul tidak disalurkan sebagaimana mestinya. Percuma sebuah slogan yang sering didengung-dengungkan,”Hari gini gak bayar pajak, apa kata dunia”,dimana slogan tersebut sebuah sindiran bagi mereka-mereka yang tidak mau membayar pajak. Akan lebih tepat lagi jika slogan tersebut diganti menjadi,”Hari gini masih korupsi pajak, apa kata dunia.”Jelas slogan tersebut bukan hanya sebagai sindiran tetapi juga sebagai pernyataan protes masyarakat kepada para pegawai pajak yang bermuka tebal itu.
Maka dari itu sah-sah saja jika banyak masyarakat yang masih ngeyel tidak mau membayar pajak. Buat apa membayar pajak apabila ujung-ujungnya nanti malah dikorupsi. Padahal apabila kepercayaan suatu masyarakat terhadap pemerintah telah hilang sangat sulit untuk mengembalikannya. Bisa-bisa terjadi kudeta besar-besaran seperti yang terjadi di negara-negara Timur Tengah akhir-akhir ini. Ini bisa menjadi pertimbangan, PR dan bahan evaluasi bagi pemerintah apabila penarikkan pajak terhadap film impor menjadi maksimal, efektif dan efisien. Tidak hanya pajak bagi perfilman luar negeri saja tetapi juga bagi seluruh pemberlakuan pajak.

Kamis, 24 Februari 2011

IDE DAN KARAKTER SEORANG PAHLAWAN

By : Agus Purnama (Kadep KP)

Sejarah peradaban adalah hasil dari ide besar para pahlawan. Ide besarnya itu mampu mengubah realita yang gelap menuju peradaban yang gemilang. Dengan ide besarnya ia bertahan hidup dan karena ide besarnya meraka tetap hidup. Dan akhirnya narasinya tentang masa depan membuat namanya kekal dan harum di mata dunia.
Selain ide besar para pahlawan mempunyai karakter yang kuat dan khas. Dengan karakternya itu ia disegani, dikagumi dan diteladani oleh mayarkat. Karakter tersebut hadir dalam setiap tindakan, ucapan bahkan diamnya.
Dalam sejarah peradan islam kita mengenal banyak tokoh yang sangat popular. Seperti Khulafaurrashidin, muawiyah, sholahudin al-ayubi dan ulama-ulama kontemporer seperi ibnu taimiyah, Muhammad abduh hasan al-banna dan sayyid kutb. Meraka adalah tokoh yang mempunyai karakter atau kepribadian yang kuat. Misal Umar Bin Khattab RA. Khalifah kedua itu mempunyai sifat sebagai muslim negarawan yang keras dan tegas. Berbeda dengan Usman bin affan yang pemalu atau Ali bin abi thalib yang “easy going”. Rakyat pada waktu itu memahami benar karakter Umar bahkan mereka kagum dengan kebeaniannya dalam mengambil keputusan.
Di sisi lain kita juga mengenal tokoh dunia dan tokoh nasional yang cukup memukau dalam kepemimpinannya. Seperti John F kenedy, saddam Husain, barak obama, atau bahkan soekarno dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Terlepas dari sikap mereka terhadap islam tapi yang jelas mereka mempunyai kepribadian yang unik dan berbeda.
Namun karakter tidak menjadi penghalang bagi mereka dalam meraih kesempurnaan. Mereka mengnal betul kepribadiannya. Dan karena kepahamannya itu para pahlawan justru menggunakannya menuju peradaban yang di inginkan. Oleh karena itu ide besar dan karakter kuat harus ada pada diri seorang pemimpin. Dua criteria tersebut seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.

Senin, 21 Februari 2011

Kapitalisai UIN

Oleh Haitami F. El_Alaby

UIN benar-benar ingin menanamkan paham kapitalis kepada mahasiswa. Hal itu terlihat dari munculnya isu bahwa UIN akan membentuk UKM baru yang berhubungan dengan bisnis yang memakai nama Musa Asyari (Rektor UIN) sebagai covernya.
Selain itu, pada tanggal 7 Desember 2010 yang lalu, mahasiswa telah dikejutkan dua berita. Pertama terkejut sekaligus bahagia karena mendapatkan beasiswa. Namun di sisi lain terkejut karena harus menanda tangani buku tabungan sebagai syarat untuk mendapatkan uang tersebut.
Bagi mahasiswa yang baru mendapatkan beasiswa, syarat tersebut tidak masalah tapi bagi mahasiswa yang mendapat untuk yang kesekian kalinya justru merasa dirugikan sebab tidak hanya mendapat potongan dari birokrasi yang ada, namun ditambah lagi potongan yang ditetapkan pihak bank. Bagaimana tidak, yang membuat kesal adalah banyaknya uang yang berkurang akibat kerjasama tersebut. Mulai dari potongan untuk membuka rekening, kemudian potongan bulanan yang tinggi yaitu 10 ribu perbulan serta saldo minimal sebesar 50 ribu yang kemudian menjadi hak bank.
Kerjasama yang dibangun oleh pihak universitas dengan bank konvensional ini ternyata mendapat protes keras dari mahasiswa. Salah satunya adalah Fani, mahasiswa Fakultas Dakwah ini menilai bahwa ada indikasi money politik atas kebijakan tersebut. Selain itu adanya pihak yang di untungkan yakni birokrasi kampus, universitas, bank. Sedangkan pihak yang mengalami kerugian adalah mahasiswa.
Fani melanjutkan bahwa jika diteliti lebih dalam maka hasilnya akan mengejutkan.Mahasiswa semester tiga ini mengambil sampel beasiswa penguatan prodi yaitu mendapat beasiswa sebesar 2 juta, tetapi mendapat potongan oleh birokrasi sebesar 200 ribu. Belum lagi hasil kerja sama tersebut, mengakibatkan mahasiswa hanya mendapatkan sekitar 1,7 jutaan saja. Artinya 300 ribu uang melayang. Belum lagi jika dikalikan dengan mahasiswa yang mendapat beasiswa sekitar 1500 orang, maka keuntungan yang mereka raup sekitar 450 juta. Itu jika potongannya disamakan, padahal kebijakan tiap birokrasi berbeda-beda.
Ami menambahkan “sikap universitas yang bekerja sama dengan bank konvensional itu telah membuat mahasiswa kecewa. Khususnya bagi mereka yang mengambil Konsentrasi dan jurusan keuangan islam. Artinya kenapa tidak menggunakan yang syariah saja sebagai pembentuk citra keislaman. Selain itu, UIN sendiri adalah lembaga yang mencetak sarjana-sarjana keuangan Islam, yang tentunya hal itu akan membuat mereka semakin merasa tidak puas. Sederhananya, jika amanah ini diserahkan kepada lembaga syariah ataupun lembaga keuangan Islam yang ada di fakultas syariah maka UIN secara tidak langsung memberikan award dan sekaligus membantu mereka dalam peningkatan kualitas lembaga tersebut. Selain itu, dengan syariah tidak perlu lagi ada potongan bulanan dan sebagainya, sehingga mahasiswa tidak terlalu dirugikan. Kalaupun tidak, mending tidak usah kerjasama saja sekalian agar birokrasi ikut handil dalam bekerja dan mahasiswa merasa sedikit puas, imbuhnya” ungakpanya dengan nada kesal.

Depr. Kebijakan Publik KAMMI UIN
Lebih ramah dan diperhitungkan

Rabu, 19 Januari 2011

Islamfobia

Haitami F El_Alaby (Staff KP KAMMI)
~This is Special for someone~

Fobia adalah kondisi kejiawaan seseorang yang terganggu akibat mengalami ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh sesuatu ataupun keadaaan. Secara psikologi, fobia ini menyerang mental seseorang sehingga dia merasakan ketakukan yang berlebihan akan sesuatu, sehingga orang yang mengalaminya akan tenggelam dalam perasaan tersebut dan nantinya akan merusak mentalnya.
Lalu bagaimana dengan Islamfobia? Sekarang mari kita flashback dari beberapa kejadian yang telah lalu, yakni perang persaudaraan yang luarbiasa antara Negara Irak dan Iran yang menewaskan banyak korban. Bagaimana pula peperangan antara pasukan Taliban dan Pasukan NATO, keadaan yang memilukan yang kita lihat bahwa banyaknya umat Islam yang rela ikut untuk sebuah aksi bunuh diri. Belum lagi peperangan Pakistan yang sampai saat ini belum ada penyelesaiannya. Yang tragis adalah peperangan dan perjuangan Palestina atas Israel.
Dan bagaimana dengan yang satu ini, yaitu ketika tentara Al-Qaida yang dipimpin tokoh Islam yang menghancurkan gedung WTC yang sampai saat ini selalu diperingati setiap tanggal 11 september dan yang terakhir ini adalah aksi pembakaran Al-Qur’an yakni kitab suci umat Islam. Ataupun ini, seorang Mahasiswa Islam yang lengkap dengan alat peledak yang berhasil diamankan ketika dia mau meledakkan diri pada sebuah pesawat yang penumpangnya adalah warga Amerika.
Bagaimana dengan di Indonesia? Aksi terorisme yang kerap terjadi yang dikatakan itu adalah asas dari perjuangan islam. Aksi teror yang sering kali terjadi, mulai dari yang paling timur yakni Papua yaitu sengketa mendirikan mesjid, kemudian Poso dan Ambon atas pembantaian jemaat Kristen, pengeboman bom Bali I dan bom Bali II atas warga non muslim, lalu aksi teror Pos Polisi yang di Banten, kemudian sengketa oleh kaum muslim terjadi di Bekasi atas sebuah bangunan gereja yang dituntut untuk ditutup. Belum lagi aksi bunuh diri yang menghancurkan dua gedung hampir secara bersamaan di Ibu kota yakni Jakarta yang menyebabkab Tim sepak bola yang terkenal yaitu Manchester United (MU) batal datang ke Indonesia. Dan sampai yang paling barat yaitu Medan dan Aceh tempat pelatihan aksi teroris serta penyerangan pos polisi dan juga aksi perampokan sebuah bank oleh orang Islam. Semuanya tidak lepas dari Islam, Islam dan Islam.
Mendengar pemberitaan itu, lalu seluruh dunia takut dengan namanya Islam, apakah demikian? Mari kita cermati, Pasca hancurnya WTC tepatnya dua minggu sesudah insiden tersebut, lebih dari 11 ribu orang Amerika Serikat menyatakan masuk Islam. Lalu pada pertengahan November 2001, Ketua Majelis Hubungan Islam Amerika, Nihad Awadh, mengumumkan bahwa lebih dari 24.000 orang Amerika telah memeluk agama Islam sesudah insiden 11 September 2001. Angka ini merupakan angka tertinggi dalam hal jumlah pemeluk agama Islam di Amerika Serikat sejak Islam memasuki negara itu. Ini baru yang terjadi di negeri Paman Sam, belum lagi di negara-negara Barat lainnya. Yang lebih menggembirakan, Harian The New York Times (22/10/2001) melaporkan ada sekitar 25 ribu orang Amerika yang kini telah beralih memeluk Islam sejak kasus 11 September. Jumlah yang cukup besar, karena pada saat normal hanya seperempat dari jumlah itu. Columbia News Service (22/3/2001), menulis ada sekitar 15 ribu orang keturunan Amerika Latin beralih dari Katolik dan memeluk Islam di AS. Mereka menyebar di berbagai kota meliputi Newark, Miami, Los Angeles dan New York.
What’s wrong?? Sebagian non muslim fobia dengan Islam namun mereka langsung antisipasi karena mereka tahu bahwa efeknya sangat buruk. Toko buku menjadi sasaran, dan Al-Qur’an menjadi serbuan mereka. Anda tahu Al-qur’an mencapai tingkat penjualan tertinggi saat itu. Dan ternyata mereka mempelajarinya.
Namun hal itu berbanding terbalik dengan yang di Indonesia, orang-orang semakin takut dengan Islam sehingga Islamfobia ini semakin besar efeknya. Apakah benar Islam itu keras? Coba kita bandingkan yang terjadi di Poso, Ketika umat Islam sedang merayakan hari besarnya tiba-tiba mereka di bom, ribuan orang tewas, mesjid di bakar, orang islam di sana di bantai, para kaum adam dipotong kemaluannya, kaum Hawa diperkosa dan yang sedang hamil di belah kandungannya dan diganti dengan seekor kucing dan bayinyapun dibunuh. Apakah ini semua terekspos?? Lalu siapakah yang paling kejam, masihkah Islam dengan tokohnya yakni FPI paling kejam dan anarkis di Indonesia?
Kalaupun Islamfobia berasal dari kalangan non Islam itu mungkin bisa ditoleren tapi bagaimana jika yang terjangkit itu adalah dari Umat Islam itu sendiri. Trus apa efeknya?
Maka tidak lain dan tidak bukan adalah hal-hal yang berbaur Islam senantiasa dipojokkan, banyak sekali pertentangan dengan Islam. Bagi mereka yang berada di sebuah pemerintahan, maka seakan berniat sekali untuk mendirikan paham sekuler, belum lagi paham liberal yang sampai saat itu justru merusak tatanan keislaman. Masyarakat tidak sempat mengoreksi dan mempelajari serta menelaah agama mereka sendiri karena pemberitaan yang ada dan yang timbul adalah takut jika mempelajari Islam lebih jauh akan menjadi seorang teroris. Yang dipikiran orang-orang bahwa celana congklang atau jubah besar dan bercadar, jenggot yang panjang dan jidat yang hitam adalah antek-antek teroris.
It’s so crazy. How about you?
Satu lagi wahai saudaraku, Bagaimana jika penyakit ini terjangkit dikalangan Akademisi, spesifiknya di perkuliahan? Kalian bisa rasakan sendiri bahwa efeknya sangat besar sekali apalagi bagi seorang aktifis dakwah tentunya hal ini sudah kita rasakan manis pahitnya perjuangan. Betapa banyak para mahasiswa yang anti dengan aktivis dakwah dan lebih memilih yang lain yang sebenarnya juga mengatasnamakan Islam, hanya saja mereka lebih menjanjikan kesenagan dan kebebasan.
Efek dari Islamfobia dikalangan ini jauh lebih berbahaya. Mengapa? Sebab merekalah calon penerus bangsa, kita bisa lihat sendiri bagaimana orang yang nantinya kita ganti untuk mengurus bangsa ini, terlalu bebas disana. Kita bisa melihat keadaan yang sebenarnya bahwa begitu memprihatinkan nasib mereka. Lantas apakah generasi akademisi harus bernasib sama? Mau dibawa keman Indonesia ini? Sebelum itu terjadi, antisipasi sangat diperlukan terutama perbaikan moral dan tingkahlaku, minimal mereka bisa berakhlak seperti apa yang mereka ketahuai dari ajaran agama mereka. Namun Saat ini kenakalan remaja sudah melewati koridor, salah satu contohnya adalah pesta penyambutan tahun baru. Salah satu apotik di Surabaya kehabisan stok dalam pembelian alat kontrasepsi (kondom), pembelian meningkat dan melewati angka 300% dari penjualan dihari biasa. Dan pembelinya adalah rata-rata kalangan pemudan dibawah umur dan para pelajar. Bagaimana jika semua apotik di Indonesia mengalami hal seperti itu? Maka perbaikan moral sangatlah perlu mengingat keadaan yang menimpa pemuda Indonesia begitu memprihatinkan.
Apakah sudah cukup, tentu tidak. Langkah selanjutnya untuk terapi Islamfobia ialah pemberian dan pengarahan pengetahuan tentang agama. Dengan begitu pengetahuan yang selama ini sudah terkotori dengan pengaruh luar bisa dibiaskan. Disini nilai-nilai Islami harus ditanamkan semaksimal mungkin. Intinya adalah kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits. Dan tahap selanjutnya adalah pengawasan agar semua unsur yang membuat fobia terhadap islam tidak bisa lagi mengganggu.
Lalu bagaimana jika yang terserang penyakit ini adalah aktivis itu sendiri? Maka inilah satu factor yang menghambat gerak dakwah itu sendiri. Mereka merasa malu, tidak percaya diri dan takut untuk berpartisipasi, geraknya hanya setengah-setengah dan hasilnya pun juga tidak maksimal. Mereka lebih takut dikucilkan dikelas, tidak ada yang mau berteman, tidak siap memakai pakaian yang Islami karena tidak trend alias tidak gaul. Ruang pergaulan tebatas, tidak bisa tidak salaman dengan lawan jenis karena takut dianggap paling suci, dan seribu alasan lagi yang menyebabkan para aktivis takut untuk bersama-sama dalam membela ajaran Islam.
Cara yang paling tepat untuk menghadapi Islamfobia dikalangan aktivis dakwah yaitu memberikan kesadaran. Jikalau sudah sadar maka dengan sendirinya akan mulai bergerak sesuai dengan yang diharapkan. Ruhiyah yang kering merupakan salah satu factor penyebabnya. Kenapa dimasa Hasan Al-Banna memiliki gerak yang luar biasa? Mulai dari derajat kalangan bawah sampai kalangan atas, semuanya bergerak dengan penuh semangat. Jawabannya adalah karena ruhiyah mereka matang. Ruhiyah mereka benar-benar kuat sekuat baja yang sangat susah untuk dilebur meski dengan api yang sangat besar. Yang jelas jika ruhiyah sudah terbangun, maka semakin dibakar semakin kuat.
Mari kita tingkatkan Ruhiyah kita, mau apa dikata, jika ruhiyah sudah terbangun maka apapun yang akan diagendakan, maka akan berjalan optimal. Sebuah puisi untuk membangkitkan ruhiyah…..

Haitami
Jurusan Manajemen Dakwah
Fakultas Dakwah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Kamis, 13 Januari 2011

MENGELOLA PERBEDAAN

Oleh : Agus Purnomo (Kadep KP KAMMI UIN SUKA)
Indonesia ibarat taman yang dihiasi beraneka ragam bunga. Menurut estimasi Juli 2003, kepulauan Indonesia sebanyak 17 ribu pulau. Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multi etnik. Diperkirakan terdapat 931 etnik dengan 731 bahasa. Selain multi etnis Indonesia juga mempunyai keberagaman religi yang meliputi Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Katolik.
Beratus tahun lamanya bangsa ini hidup dalam satu wadah; Indonesia. Namun tidak jarang dalam perjalanannya, perbedaan yang cantik itu berubah menjadi linangan air mata dan darah. Konflik SARA menjadi alasan klasik penyebabnya. Seperti konflik yang masih segar dalam ingatan kita yakni tragedi di Aceh, Kalimantan, Poso, Maluku dll. Akibat konflik pun tidak tanggung-tanggung, mulai dari kerusakan infrastruktur, jatuhnya banyak korban jiwa hingga mandegnya proses pembangunan nasional. Dan konflik-konflik berkedok sara tersebut masih sangat mungkin terjadi hingga saat ini. Bahkan dapat dalam skala yang lebih besar.
Sebenarnya bukan karena perbedaan konflik sehingga perpecahan itu muncul. Karena memang sudah fitrahnya manusia itu berbeda-beda, dan tidak mungkin pula Allah menciptakan manusia berbeda-beda untuk saling bermusuhan. Inti dari konflik adalah kegagalan memahami pesan-pesan dari perbedaan. Padahal perbedaan adalah warna-warna yang akan memperindah lukisan kehidupan. Jika dianalogikan sebuah bangunan, maka kita akan mendapati bahwa bahan-bahan bangunan tersebut berasal dari material yang berbeda. Material yang dulunya berserakan itu disusun secara benar dan rapih hingga jadilah rumah yang indah. Maka untuk merangkai perbedaan-perbedaan agar menjadi indonesia yang indah bangsa ini harus mempunyai sikap:
1. Kedewasan berpolitik
Politik yang dimaksud bukan sekedar politik praktis dan pragmatis dalam pemilu. Namun politik dengan makna yang lebih luas. Politik yang tujuannya seperti disampaikan imam syahid Hasan Al-Banna yakni untuk kemaslahan umum. Dan pemahan ini harus melekat dalam seluruh entitas bangsa ini. Jika sudah menjadi paradigma berfikir, maka pembicaraanya tidak lagi berkutat pada bahasan membngun kesadaran akan adanya perbedaan. Namun sudah berbicara tentang bagaimana mengantar Indonesia menemukan kembali kehormatannya.
2. Komunikasi
Dasar dari konflik adalah kegagalan dalam pola berkomunikasi. Sehingga pesan tidak dapat tersampaikan apalagi dipahami. Komunikasi yang baik dibutuhkan untuk memahami keinginan-keinginan dari setiap golongan. Menangkap sinyal-sinyal cinta dari lawan bicaranya. Sehingga yang terjalin adalah bahasa cinta dengan semnagat untuk saling membesarkan. Buah dari cinta adalah perasaan saling membutuhkan dan menyukseskan. Jika hubungan yang harmonis itu terjalin secara kontinyu dan dalam skala yang besar, maka sangat mungkin potensi Indonesia menjadi negara maju akan segara terwujud. Tali yang mengaitkan antara perbedaan adalah komunikasi cinta yang tulus dan ikhlas.
3. Keadilan
Dengan berbagai alasan kaum yang mengaku pluralis itu mengatakan bahwa wacana penegakkan syariat islam-lah peyebab terjadinya perpecahan. Tapi yang jelas syariat belum tegak namun perpecahan telah terjadi. Artinya seribu alasan mereka telah terpatahkan oleh satu realita: perpecahan. Aceh, maluku, dan papua ingin memisahkan diri dari indonesia. Dan kita ketahui bersama bahwa alasan mereka bukan karena ingin menegakkan syariat islam. Konflik dan perpecahan adalah soal distribusi keadilan. Terjadi ketidakadilan di Aceh, Maluku dan Papua. Mereka memberontak untuk menagih keadilan namun sang penguasa tidak mampu membayarnya akibatnya terjadilah perpecahan. Oleh karena itu dalam distribusi keadilan pemerintah harus bertanggung jawab atas perealisasiannya.

Agus Purnomo (KAMMI UIN SUKA)
Jurusan Muamalat’08
Fakultas Syariah
UIN Sunan Kalijaga

Senin, 10 Januari 2011

Global Warming di Kalangan Remaja

Oleh: Suri Akramaini (Ketua KAMMI UIN)

Cuaca sekarang ini semakin tidak jelas, terkadang panas, terkadang dingin bahkan hujan yang tiba-tiba turun. Itulah fenomena yang terjadi di bumi kita ini. Istilah fenomena semacam inilah yang disebut sebagai Global Warming. Tak seorang pun dapat memprediksi dan menghentikannya. Harus adanya pembatas untuk dapat meredam suatu efek yang ditimbulkan pada kita agar tidak menimbulkan pengaruh yang sangat berbahaya nantinya.
Melihat pada fenomena diatas, sekarang ini banyak virus yang sedang menyerang antar sesama kawula muda. Hal ini timbul akibat terlalu leluasanya pembatas (hijab) yang ada. Merajuk dari uraian diatas, fenomena Global Warming (mencair) dapat kita istilahkan dengan kondisi yang sedang terjadi pada kalangan muda-mudi sekarang ini. Terlalu dekatnya pria dan wanita tanpa ada batas sediktpun. Inilah yang nantinya dapat menimbulkan sesuatu yang dapat berimbas pada jurang kemaksiatan. Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Al Israa’: 32)
Terkadang kita semua tidak sadar ataupun bahkan kita sengaja berbuat yang senantiasa mencari perhatian dihadapan sesama lawan jenis kita ini agar mendapat perhatian khusus darinya. Terlalu mencair antara pria dan wanita seperti inilah yang sangat berbahaya nantinya. Virus-virus yang kita takutkan dapat muncul. Kalau istilah yang banyak orang bilang yaitu munculnya virus merah jambu dan ujung-ujungnya timbul rasa dalam hati diantara sesama pria dan wanita ini. Sampai akhirnya berujung rasa cinta yang salah penafsiran akibat pengaruh bisikan setan tersebut. Sehidup semati katanya (satu hidup dan satunya mati) yang diagung-agungkan sesama pasangan tersebut. Na’uzubillah minzalik, Jangan sampai hal ini terjadi pada kita.
Segala sesuatu yang timbul dari nafsu yang tidak terkendali, biasanya menimbulkan hal-hal yang negatif pada diri kita. Bila ini sudah terjadi, maka tanpa sadar pikiran dan perbuatan kita pun sudah tidak dapat terkondisikan lagi. Secara tidak langsung kita sudah melanggar ketentuan agama. Kenikmatan sesaat yang kita rasakan, akan sirna dan timbul rasa menyesal nantinya apabila hal ini sudah terjadi. Hal yang kita bisa lakukan adalah merenung dan terus merenung akan penyesalan dari apa yang telah kita perbuat. Segeralah bertaubat dan meminta ampun pada Allah serta berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tersebut.
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, …” (QS. An Nuur: 31)
Oleh karena itu, sudah sepatutnyalah kita sebagai orang yang beriman untuk senantiasa menjauhi perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan selalu menjaga pandangan serta aurat pada diri kita. Sesungguhnya orang-orang yang bisa menjaga dirinya sendiri maka Allah akan menjaganya dari segala fitnah apapun dan memuliakannya di akhirat kelak.
Jangan pernah menganggap baik terhadap perbuatan yang kita lakukan, karena terkadang belum tentu Allah meridhoi setiap perbuatan yang kita lakukan.

Suri Akramaini
Jurusan Teknik Industri’07
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Rabu, 05 Januari 2011

KEKUATAN ITU KETIKA JAUH DARI SI KELUH


By: Zaimatul Amna

Hidup adalah masalah. Masalah hidup akan hidup disetiap sela hidup. tidak akan hidup orang yang bebas masalah. Masalah tidak akan kelar ketika mengabaikan makna hidup.
Benar kata slogan salah satu instansi. “Menyelesaikan masalah tanpa masalah”. Kata-kata penuh inspiirasi yang bisa kita jadikan pegangan dalam hidup.
Dalam mengarungi hidup berbagai cobaan pasti akan selalu mengiringi. Layaknya munculnya hangatnya bumi pasti karena ada mentari. Selalu berjalan beriringan… Hidup hanya berputar. Hidup tak ubahnya seperti roda. Bukan roda yang berbentuk ban kemudian kempes dan tidah bisa berjalan dan hilanglah fungsi dari ban tersebut. Namun roda yang kian berputar karena tidak ada sisi penghalang. Terus, dan terus hingga fungsi dari ban (roda) tersebut betul-betul tercipta.
Dalam hidup sedih, gembira, susah dan senang datang silih berganti. Sedikit sakit dan nantinya sembuh dan setiap ssesuatu pasti berkebalikan. Karena Allah menciptakan segala sesuatu ada pasangannya. Dikala senang yang terlalu menghegemoni maka ingatlah bahwa ketika sebentar lagi kesedihan akan datang. Dan ingatlah bahwa jika merasa sedih maka tenanglah karena sesungguhnya ada signal (tanda) bahwa sebentar lagi kebahagiaan akan datang. Hanya begitu… Namun bagaimana cara mengubah keadaan yang begitu-begitu saja menjadi hidup yang penuh kejutan ?
Banyak manusia menganggap apa yang dilakoni ini hanya diibaratkan sebagai film yang tak ubahnya sudah diset sehingga tidak ada lagi kesempatan kita untuk mengubah takdir. Yang muncul kemudian adalah hidup yang semau gue, dan berjalan tanpa visi dan misi. Namun ironinya apa yang menimpa kita pada kehidupan selanjutnya ketika tidak sesuai dengan harapan kita banyak mengeluh. Seolah–olah menyalahkan keadaan. Padahal dibalik semua itu ada sosok pengatur dan pengendali kehidupan. Ketika panas berkunjung kita merasakan seolah-olah panas yang menjadi musuh kita yang sesegera mungkin untuk kita singkirkan. Ketika hujan menjumpai kita, justru kitalah yang merasakan manusia yang bernasib jelek dan menyalahkan hujan datang. Kita tidak mengetahui seberapa banyak petani yang mengharapkan tetes air sebagai perantara tumbuh tanaman yang ada di sawah dan ladang. Kita banyak berpikir untuk satu badan saja tanpa mau memikirkan ‘badan-badan’ milik orang lain. Dan sering kali memaknai segala sesuatu secara negatif (negatif feeling) sehingga tanpa sadar kehidupan yang seharusnya berjalan secara damai dan indah kini membuat dampak yang tidak terlalu baik.
Keluh kesah hanya akan memunculkan dampak yang meluas. Ketika suatu saat kita mengeluhkan sesuatu bisa jadi memunculkan keluh kesah dalam hal lain sehingga sering kita merasakan pekerjaan berat untuk dilakukan karena kita berpikir pragmatis tidak akan ada manfaatnya.
Disamping itu keluhan kita bisa memunculkan pikiran negatif (negative thingking) pada orang lain. Orang lain yang seharusnya bisa memandang dunia dan suatu perihal secara luas terkadang terbatasi dengan “statemen kematian” yang kita lontarkan. Sehingga kemudian yang muncul adalah rasa enggan dalam memunculkan ide cemerlang dan motivasi dalam ber’amal.
Ikhwah wa akhowati fillah…
Tentu tidak akan merasa nyaman jika kita terus menerus dibelenggu Si Keluh yang tidak memberikan sedikitpun manfaat kepada kita. Bahkan akan sangat terhina jika sebagai generasi muslim kita memiliki status sebagai budak si keluh yang selalu mengintimidasi agar kita berperilaku nurut dan selalu ‘sami’na wa atho’na’. Padahal dibalik itu semua ternyata ia hanya menimbulkan banyak madhorot dan menyita energi yang ada dalam diri manusia.
Mari bersama basmi Si Keluh !!!
-ZA-

Piala AFF dan Pemilwa UIN SUKA


Oleh: Hijri Yulidawaty ( Staff KP)

Pasca kekalahan yang dialami oleh Tim Indonesia pada pertandingan semifinal melawan Tim Malaysia saat memperebutkan piala AFF, banyak rakyat Indonesia yang merasa kecewa dan tidak sedikit pula rakyat Indonesia menghujat bahkan merasa dendam dengan tim Malaysia. Pasalnya, pertandingan yang semula berlangsung aman dan fair harus tercoreng dikarenakan ulah tim supporter dari Malaysia. Mereka melakukan kecurangan yakni melaser mata dan bagian tubuh lain dari pemain-pemain Indonesia. Sudah tentu hal ini adalah tindakan yang sangat melanggar kesportifan dalam suatu pertandingan karena tindakan ini mengakibatkan pemain dari Tim Garuda kehilangan konsentrasi. Belum lagi efek yang ditimbulkan apabila terkena sinar laser tersebut dapat membuat kebutaan sementara. Oleh sebab itu, pada saat pertandingan ini pemain Indonesia harus mengalami kekalahan 3-0.
Saat Indonesia dan Malaysia bertemu kembali di babak final yang berlangsung di kandang Indonesia, tepatnya di stadion Gelora Bung karno, Jakarta. Patut diakui kehebatan Tim Indonesia pada saat itu, karena permainannya yang sangat apik dan perlakuan supporter yang fair. Kecurangan yang dilakukan oleh supporter Malaysia dengan melaser pemain Indonesia pada saat semifinal tidak dibalas dengan kecurangan juga oleh pemain maupun supporter Indonesia. Pada akhir pertandinganpun Indonesia menjadi pemenang dengan skor 2-1 walau tidak menjadi juara AFF karena tertinggal 2 angka dari Malaysia.
Jadi apa hubungannya piala AFF ini dengan Pemilwa UIN SUKA ya?. Perlakuan supporter Malaysia pada pemain Indonesia pada pertandingan tersebut dapat diambil pelajaran berharga oleh kita semua. Mengapa demikian? Pastinya kita tidak mau di curangi dan punya pemimpin yang terlahir dari proses kecurangan pula, bukan?.
Nah, tepat pada tanggal 24 Januari 2011, Uin Sunan Kalijaga akan melaksanakan pemilihan raya mahasiswa (Pemilwa). Jadi penulis yakin sekali bahwa kecurangan yang dilakukan Malaysia tersebut tidak ingin kita alami juga pada saat pemilwa di Kampus UIN Sunan Kalijaga (UIN SUKA) nantinya. Kita sebagai mahasiswa UIN SUKA juga sudah tentu tidak ingin menyerahkan amanah BEM, SEMA, atau DEMA di kampus kita pada orang-orang yang menang dengan cara yang curang. Oleh sebab itu, harapan kita semua semoga nanti terciptanya pemilwa yang sehat/ fair.
Mahasiswa juga pasti berharap tidak ada sedikitpun kecurangan demi merebut sebuah kekuasaan yang semu belaka. Jangan karena pemilwa, parpol-parpol mahasiswa tersebut menghalalkan segala cara, seperti yang dilakukan parpol-parpol yang ada di negara kita pada saat masa-masa pemilu. Mereka dapat melakukan apa saja, bahkan melakukan hal tidak semestinya dilakukan oleh calon pemerintah yang akan menjabat sebagai wakil rakyat, contohnya menggelembungkan surat suara, mencoblos dengan identitas orang lain, menjelek-jelekkan partai lain, mencabut atau merobek atau membakar spanduk-spanduk/ baliho/ sarana kampanye partai lawan, mengancam orang lain agar mencoblos calon/ partai yang di usung, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, sekali lagi penulis tekankan, mari CIPTAKAN PEMILWA UIN SUKA YANG SEHAT DAN BERSAHAJA. Jadi, siapapun yang menang dapat menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. Aspirasi kita sebagai mahasiswapun dapat terwakilkan dengan baik oleh teman-teman yang terpilih nantinya. Ingat, tetaplah menjadi pemenang walau tidak menjadi sang juara.

Hijri Yulidawati (KAMMI UIN SUKA)
Jurusan Keuangan Islam (KUI)
Fakultas Syariah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Minggu, 02 Januari 2011

Amanah adalah Kewajiban

Oleh: Suri Akramaini (Ketua KAMMI UIN)

Kalau orang mau memperhatikan syariat Islam dan seluruh ajarannya, maka akan didapati bahwa keseluruhannya tidak lain adalah untuk maslahat dan kebahagiaan manusia sendiri. Salah satu perilaku dan pelajaran tertinggi di dalam Islam adalah diwajibkannya sifat amanah. Ini merupakan tuntunan agama Islam yang sangat mendasar dan bahkan agama itu sendiri merupakan amanah.
Oleh karena itu Allah menyebut hamba-Nya dengan sebutan mukmin karena hanya orang mukmin saja yang dapat memelihara amanah Allah, menunaikan serta memegangnya dengan erat, sebagaimana firman Allah, “Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS. Al Mu’minun: 8)
Dalam kehidupan sehari-hari makna amanah memiliki arti tumbuhnya sikap untuk memelihara dan menjaga apa saja yang menjadi perjanjian atau tanggungan manusia yang nyata sifatnya. Hal ini seperti yang ditunjukkan di dalam sabda Nabi saw, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya tentang kepemimpinannya.”
Amanah dalam menunaikan hak-hak Allah Azza wa Jalla dapat dilakukan dengan mentauhidkan-Nya, mengesakan-Nya di dalam beribadah, mengerjakan apa yang Dia perintahkan dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, semata-mata untuk mengharapkan keridhaan Allah. Ini merupakan amanah terbesar, dimana setiap hamba wajib melaksanakannya pertama kali sebelum amanah-amanah yang lain. Dan nanti darinya akan muncul seluruh bentuk amanah-amanah yang lain.
Amanah adalah tanggungan yang harus dijaga. Seperti nikmat pendengaran, penglihatan, pemeliharaan, harta dan anak-anak. Juga amanah badan dan segala isinya, kepala dan kemampuan otaknya untuk berfikir. Maka setiap manusia wajib menggunakan nikmat-nikmat tersebut sesuai fungsinya dalam rangka menunaikan perintah-perintah Allah.
Sebagai balasannya maka Allah akan menjaga dan memelihara orang yang berbuat demikian dan juga menjaga nikmat tersebut. Nabi saw bersabda, “Jagalah Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah Allah maka dia akan kau dapati dihadapanmu.”
Berkaitan dengan amanah ada sebuah ayat yang menceritakan tentang tawaran Allah kepada langit, bumi dan gunung untuk memikul amanah, namun mereka semua enggan dan menolak karena merasa tidak mampu, lalu amanah tersebut diemban oleh manusia. Allah swt berfirman, “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al Ahzab: 72)
Dalam ayat ini mengandung penjelasan tentang beratnya amanah dan beban yang harus ditanggung oleh manusia, dimana langit, bumi dan gunung sebagai makhluk Allah yang perkasa dan kuat merasa lemah dan enggan untuk memikul amanah itu, takut dan khawatir jikalau tidak sanggup menunaikannya.
Akan tetapi manusia menawarkan diri untuk mengemban amanah tersebut, itu manusia berarti telah berlaku zhalim terhadap diri sendiri, sekaligus telah bersikap bodoh terhadap segala konsekuensi yang terkandung di dalamnya, berupa kerja keras untuk melaksanakan amanah dari Allah agar nantinya tidak terjerumus ke dalam siksa.
Oleh karena itu siapa saja yang menerima amanah ini, menjaganya serta menunaikan hak-haknya maka dia mendapatkan kemenangan dan pahala yang besar. Dan barang siapa yang menyia-nyiakannya, menelantarkan hak-haknya maka dia akan merugi dan mendapatkan siksa. Jangan sampai amanah yang telah diberikan dan merupakan kepercayaan Allah dan orang lain dilalaikan begitu saja. Orang yang sombong terkadang lupa dengan segala kewajiban dan tanggung jawab atas amanah yang telah dititipkan kepadanya. Na’uzubillah minzalik.

Suri Akramaini
Jurusan Teknik Industri’07
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Menelikung Jiwa Pemuda

Oleh : Lystia Rosmita Rahma (Staf KP KAMMI UIN)

Pemuda harus menjadi intelektual organic sebagai bagian utuh dari masyarakatnya
(Antonio Gramsci)

Yogyakarta merupakan kota pelajar. Itulah opini masyarakat beberapa dekade yang lalu. Lebih dari 137 lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta berdiri di kota budaya ini. Banyak mahasiswa yang berasal dari segala penjuru daerah datang untuk melanjutkan studinya di universitas yang ada di Yogyakarta. Tetapi, kini opini itu sudah bergeser. Anak mudanya lebih cenderung menikmati fasilitas dalam zona nyaman, mahasiswa hanya menikmati dunia kampus tanpa memandang permasalahan social yang berkutik di masyarakat. Bahkan terbawa arus globalisasi, beramai-ramai mencari katub pelepas untuk mencari hiburan. Anak muda sekarang lebih cenderung menyukai berkunjung ke Mall atau nonton bioskop bersama sang kekasih. Mall lebih diminati ketimbang perpustakaan atau bangunan sarana pendidikan. Sebagian merasa lebih mengasyikkan ke tempat seperti itu daripada menghabiskan waktunya untuk meningkatkan kapasitas intelektual dan mengasah kesensitifan jiwa sosial, misalnya aktif dalam kegiatan organisasi, Kegiatan Mahasiswa, mengunjungi dan membaca di perpustakaan.
Bung Karno menggambarkan pemuda sebagai sosok unggul, pilihan, bergairah, bergelegak dan bergelora secara fisik, psikis, intelektual, serta yang terpenting sikapnya. Pemuda sosok superior, progresif, revolusioner dengan api /berkobar-kobar, dan bara spirit yang menyala-nyala. Maka, sangatlah wajar ketika Bung Karno pernah berujar: “"Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia!"
Dalam sejarah bangsa Indonesia, pemuda pun memiliki bagian dalam kemerdekaan Indonesia. Sumpah Pemuda 1928 menjadi pemersatu komponen bangsa untuk bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Peristiwa Rengas Dengklok tercatat sebagai bagian dari perjuangan dari kemerdekaan bangsa Indonesia yang diawali oleh peran golongan muda. Pendobrak kebekuan politik orde lama (1966), peristiwa malari (1974), serta jatuhnya rezim orde baru pada 21 Mei 1998 pun tak terlepas dari perjuangan kaum muda.
Perguruan tinggi adalah tempat proses mencerdaskan bangsa, yang dilakukan setelah siswa selesai pendidikan dasar dan menengah. Tetapi, realitas menunjukkan tidak semua lulusan sekolah menengah yang mendapatkan kesempatan belajar di perguruan tinggi, baik karena alasan ketidakmampuan akademik ekonomi maupun sebab lainnya. Mahasiswa merupakan calon pemimpin bangsa akan datang. Oleh karena itu, kualitas mahasiswa saat ini akan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan bangsa pada masa akan datang. Sehubungan dengan peran yang sangat stategis ini, maka segala upaya yang dapat memperkuat pembinaan mereka demi terbentuknya karakter bangsa yang kuat sehingga akan memberi dampak positif bagi kehidupan masa depan bangsa.
Tugas mahasiswa sebagai penerus masa depan bangsa adalah mampu mengubah tatanan dan nilai budaya politik, serta ekonomi yang menindas. Mahasiswa sebagai pioneer perubahan dituntut dapat mengubah tatanan dan nilai yang menindas serta berbudaya santun dan memberikan solusi terhadap permasalahan dunia.
Seiring dengan perkembangan zaman, isu dan tantangan yang dihadapi perguruan tinggi muncul silih berganti. Hal itu disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan arus informasi yang semakin global sehingga sudah tidak dapat lagi dibendung .
Melihat realitas, sedikit sekali mahasiswa yang sadar akan tugas mereka bagi bangsa ini. Meskipun banyak mahasiswa yang telah berhasil meraih prestasi akademik, bakat dan minat, namun hal tersebut belum berarti banyak dibanding jumlah mahasiswa secara keseluruhan. Dengan demikian, masih diperlukan usaha keras semua komponen bangsa khususnya perguruan tinggi dalam penanaman nilai kebangsaan demi tercapai kualitas yang lebih baik bagi bangsa dan negara.

Sangat tepat ketika Anis Matta (2006) mengatakan bahwa krisis kepemimpinan nasional saat ini adalah musibah nasional terbesar, yang pernah dialami bangsa kita sepanjang sejarah kemerdekaaan. Ini merupakan suatu potongan sejarah yang disebut masa kekosongan kepemimpinan karena dalam masa ini ada pemimpin yang tidak memimpin. Idealnya menurut Sri Sultan Hamengku Buwono X bahwasannya pemuda harus mengikuti alur sejarah “continuity and change”, maka peran kesejarahan generasi muda sekarang harus melintasi sekaligus tiga zaman: masalalu, masakini dan masadepan dimana ada perpaduan kesadaran historis, kesadaran realistik, dan kesadaran futuristik, seakan membentuk segitiga utuh.
Menjawab berbagai tantangan bangsa Indonesia, Pendidikan Nasional merancang suatu konsep besar yang dikenal dengan Community Based Education (CBE) sebagai pendidikan berkarakter. Community Based Education merupakan konsep pendidikan yang menekankan pada paradigma pendidikan dalam upaya peningkatan partisipasi dan keterlibatan masyarakat, serta pengelolaan pendidikan yang sesuai dengan tuntutan global dan nasional. Dengan adanya pendidikan berbasis masyarakat, maka akan mudah terbentuk pribadi yang memiliki intelektualitas, emosianalitas, terlebih secara spiritualitas sehingga dalam suatu rangkaian yang utuh.
Potensi yang ada dalam diri manusia, yaitu potensi secara IQ (intelegency quation), EQ (Emosional Quation), dan SQ ( Spititual Quation). Tiga dimensi ini laksana segitiga yang mempunyai kesamaan sisi yang mencerminkan keseimbangan kepribadian manusia. Kepincangan antara tiga dimensi tersebut bukan saja merugikan pribadinya, melainkan juga masyarakat sekitarnya.
Dalam peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan, salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mensinergikan ketiga dimensi di atas.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 54 dibahas tentang peran serta masyarakat dalam pendidikan diuraikan dalam ayat-ayat sebagai berikut:
1. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profisi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam menyelenggarakan dan pengendalian mutu pada satuan pendidikan.
2. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber pelaksanaan dan pengguna hasil pendidikan.
Demikian pula pendidikan berbasis masyarakat sebagaimana yang tertuang pada pasal 55 berbunyi:
1. Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan non formal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial dan budaya untuk kepentingan masyarakat.
2. Penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standard nasional pendidikan.
3. Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggaraan, masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah dan atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana dan sumberdaya lain secara adil dan merata dari pemerintah dan atau pemerintah daerah.
Dengan Community Based Education ini, Indonesia diharapkan memiliki rasa kebersamaan dan kepedulian dalam ikut berusaha memecahkan persoalan bangsa dengan segala penyakit sosialnya.

Bangkitlah… Negeriku… Harapan itu masih ada
Berjuanglah bangsaku… Jalan itu masih terbentang

( Bangkitlah Negeriku- Shoutul Harokah)

Referensi:
Ginandjar, Ary. 2005. ESQ Emotional Spiritual Quotient. New Edition. Jakarta: Penerbit Arga.
Aryani, Sekar Ayu, dkk. Sukses di Perguruan tinggi. Yogyakarta: UIN Suka press.
Matta, Anis. 2006. Dari Gerakan ke Negara Sebuah Rekonstruksi Negara Madinah yang Dibangun dari Bahan Dasar Sebuah Gerakan. Jakarta: Fitrah Rabbani.
http://www.bpurwoko.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2007/12/Kebangkitan%20Pemuda.pdf

Lystia Rosmita Rahma (KAMMI UIN)
Jurusan Pendidikan Kimia’09
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta