Sabtu, 21 Mei 2011

PERGULATAN ANTARA KONSISTENSI DAN PENGHIANATAN

Sabtu sore, 20 Mei 2011. DEMA (dewan Mahasiswa) mengundang beberapa Elemen Gerakan Mahasiswa (EGM) untuk berkumpul membahas persiapan Bimbingan dan Tes (BIMTES) untuk tahun ajaran 2011-2012. BIMTES merupakan agenda tahunan yang diadakan DEMA yang bekerja sama dengan EGM untuk menyambut dan membantu calon mahasiswa baru mendaftar di UIN Sunan Kalijaga. Hadir dalam pertemuan yang bertempat di lantai 1 SC kantor dema tersebut perwakilan dari PMII, KAMMI, HMI MPO, HMI DIPO, IMM, SMI dan GMNI.
Dalam ipertemuan perdana itu membahas tentang dua bahasan. Bahasan pertama tentang tujuan utama pengadaan bimtes dan silaturahim antar EGM. Rapat yang di pimpin oleh president baru DEMA itu membahasa silaturahim dikarenakan adanya kerenggangan komunikasi antar EGM belakang ini. apa lagi setalah kejadian pemilwa yang telah memicu perpechan antar ekstra tersebut. pembahasan yang kedua adalah tentang hal-hal teknis yang berkaitan dengan lokasi stand BIMTES, Fasilitas BIMTES, Pamflet, dan kapan stand yang berukuran 3x2 M itu akan dibuka.
Dalam pembahasan yang dinamis tersebut muncul diskursus yang cukup alaot dan belum menemui titik temu. Dimulai ketika teman-teman dari KAMMI membuka pertanyaan tentang apakah pihak kampus boleh mendirikan stand informasi terkait mahasiswa baru atau tidak. Teman dari KAMMI mempertanyakan hal tersebut karena adanya stand lain akan berimbas pada berkurangnya calon MABA dalam mengakses informasi ketempat-tempat resmi yang disediakan oleh DEMA atas persetujuan pihak Rektorat
Dalam pembahasan ini hampir semua EGM memberikan argumentasinya secara bergiliran. Salah seorang aktifis HMI MPO kanda Alam yang mengusulkan agar tidak ada stand lain dari pihak manapun kecuali dari EGM yang telah ditetapkan. Ia mengatakan bahwa adanya stand dari pihak kampus akan dimanfaatkan oleh organisasi tertentu. Apa yang disampaikan oleh kanda Alam langsung dihujani interupsi dari sahabat-sahabat PMII. Organisasi yang didominasi oleh anak-anak Madura itu membantah apa yang disampaikan kader HMI. Alasannya bahwa Rektorat mempunyai otoritas untuk membuat kebijakan tersendiri. mereka menjelaskan bahwa setiap jurusan mempunyai program yang tidak dimiliki oleh jurusan atau fakultas lain. Seperti pengadaan beasiswa dari fakultas ushuludin yang harus disosialisaikan. Begitu juga dengan program-progran lain yang ada pada setiap fakultas dan prodi. Selain itu DEMA juga tidak mempunyai otoritas untuk mencekal kebijakan yang dikeluarkan oleh rektorat atau fakultas.
Teman-teman KAMMI menambahkan bahwa semua EGM harus kembali pada tujuan awal didakan stand BIMTES tersebut. mereka memaparkan bahwa pengadaan stand adalah ikhlas karena ingin membantu calon MABA dalam ujian masuk ke UIN bukan untuk yang lain. Oleh karenanya agar orientasi tersebut dapat dijaga, gerakan yang lahir pada tahun 98 ini menghimbau setiap EGM agar tidak keluar dari tujuan utama nan mulia tersebut. perkara calon maba akan masuk atau tidak ke EGM tempatnya melaksanakan bimbingan dan tes adalah hak prerogative dari setiap maba dan kita tidak boleh sama sekali memakasanya, jelas mereka sambil memakan sneack yang telah disediakan pihak DEMA.
Oleh karena itu seiring dengan tujuan itu, untuk mengoptimalkan peran stand maka KAMMI mengusulkan agar hanya ada satu jenis stand saja yakni dari EGM-EGM tadi. Karena dianggap sudah cukup memfasiliatasi calon maba untuk memperoleh infornasi. Mengingat setiap kader dari EGM merupakan representasi dari setiap fakultas dan jurusan. Dan tentunya mengetahui seluk belum jurusannya.
Apa yang disampaikan oleh aktifis KAMMI dan HMI memang cukup beralasan, pasalnya jika Rektorat membuka stand informasi tersendiri akan menimbulkan banyak kehawatiran. Salah satunya adalah siapa petugas yang akan menempati dan melayani stand tersebut. jika itu dari pihak dosen dan karyawan tentu tidak terlalu dicemaskan. Namun akan timbul masalah jika penjagaan stand merupakan hasil dari kerjasama antara rektorat dan DEMA. Maka sudah jelas dalam hal ini PMII lah yang akan diuntungkan mengingat mereka adalah kaum dominan dalam pemerintahan DEMA.
Pembahasan pada sore itu belum usai, mengingat waktu adzan sholat maghrib akan segera berkumandang maka rapat dihentikan. Namun pembelajaran yang dapat diambil adalah tentang kejujuran dan keterbukaan antar EGM. Baik KAMMI, IMM, HMI, dan lain-lain, maupun dengan pihak DEMA. Diskursus tentang keikutsertaan stand lain “dari pihak rektorat” bisa jadi sarat berlatar belakang politis. Karena sebenarnya merupakan strategi perekrutan secara terselubung. Dan tentu saja hal ini akan menciderai silaturahim yang coba dibangun pada awal pertemuan. Sangat disayangkan jika kalimat “silaturahmi” tersebut merupakan pepesan kosong dari pihak tertentu.
Gerakan-gerakan yang lahir dari alasan yang sama yakni memperjuangkan keadilan seharusnya menjaga idealitas tersebut. tetap konsisten dan berani melakukan upaya-upaya perlawanan terhadap ketidak adilan. Melawan setiap kecongkakan yang bersarang pada penguasa yang lalim dan dictator. Bukan malah menyebarkan benih perpecahan dengan melakuakan penghianatan terhadap sejarah karena pragmatisme dan ambisi kekuasaan.

Kamis, 19 Mei 2011

Pesona Tarian Tinta

By : Karina Pramitasari (Staff KP )
Manusia diciptakan disertai dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing. Semuanya itu tergantung bagaimana diri menyikapinya. Bagi mereka yang merendahkan diri, menganggap bahwa dirinya mempunyai banyak sekali kekurangan. Tidak bisa menemukan sejatinya kelebihan yang dimiliki. Kehidupannya diwarnai dengan rasa pesimis, tidak bersemangat dalam menjalani hidup dan suka mengeluh. Penuh rasa kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan.
Lain halnya dengan orang yang menyikapi kekurangan sebagai sesuatu yang harus diperbaiki dan sibuk mencari-cari kelebihan apa yang dimilikinya. Mempunyai rasa keingintahuan yang besar, selalu penasaran dengan suatu hal yang baru. Sehingga timbul rasa ingin mencoba dan mencoba. Tidak mudah puas dengan hasil yang didapat. Selalu ada keinginan untuk mengembangkan hasil yang diperoleh. Optimis dan selalu memikirkan perencanaan ke depan.
Terutama dalam hal menggali potensi dan mencari kelebihan yang dimiliki. Harus berani mencoba apa-apa yang berbeda. Walaupun sifatnya menantang. Namun hal itu sangatlah perlu untuk dilakukan. Karena kalu tidak, segala kelebihan yang ada sulit untuk tersalurkan.
Salah satu contohnya adalah menulis. Walaupun terdengar sepele. Namun sebenarnya sangatlah sulit untuk dilakukan. Menulis di sini bukan hanya sembarang menulis. Tetapi menulis yang kaya akan makna, kaya akan nuansa keindahan bahasa, kaya akan nilai kesusastraan yang tinggi. terlebih lagi apabila membawa dampak dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Sungguh suatu kelebihan dan ketrampilan yang sangat mulia.
Dengan sedikit saja goresan tinta yang ditimbulkan, dapat mengubah peradaban yang ada. Salah satu tips agar ilmu tidak mudah hilang adalah dengan cara menuliskannya. Karena dengan menulis dapat mengikat kuat, erat ilmu yang telah diperoleh. Agar tidak mudah lekang dikarenakan orang yang berilmu telah tiada. Bahkan akan selalu abadi walaupun zaman telah berganti beberapa puluh, ratus tahun
Melalui tulisan bisa dijadikan rekaman. Rekaman saksi sejarah. Segala hal yang telah terjadi di masa lampau masih bisa dinikmati dan dipelajari. Itu tidak lain dan tidak bukan adalah sumbangan yang diberikan oleh kebiasaan menulis. Berdasar dari tulisan-tulisan yang masih tersimpan dengan rapi, bisa dijadikan sebagai cerminan akan sejatinya kehidupan manusia. Kehidupan manusia zaman dahulu seperti apa. Dibandingkan dengan kehidupan yang sedang berlangsung ini. Lantas apa saja hal-hal yang dirasa bernilai positif silakan diambil dan dijadikan sebagai bekal untuk menghadapi masa depan. Masa depan yang masih bersifat misteri tentunya.
Sejarah telah membuktikan, bagaimana kemajuan peradaban yang telah dialami oleh manusia zaman dulu. Tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat yang gemar menulis. Apa-apa yang diketahui, ilmu-ilmu pengetahuan yang telah dikuasai tidak sungkan-sungkan untuk ditulis. Bahkan dalam segala situasi maupun kondisi, mereka masih menyempatkan diri untuk menulis. Menyalurkan ide dan gagasan yang muncul. Karena itu merupakan kesempatan yang sangat langka.
Manusia sendiri mempunyai siat dari sekian banyak sifat yang dimiliki yaitu mudah lupa. Maka dari itu diperlukannya kebiasaan untuk gemar menulis. Istilah yang sedang ngetrend di kalangan mahasiswa menyebutnya dengan istilah adat baca. “Mari kita tumbuh kembangkan adat baca di lingkungan kampus ini,”begitulah salah satu apresiasi mahasiswa yang sadar akan betapa berharganya ilmu pengetahuan.
Berawal dari membaca, lantas tidak hanya berhenti begitu saja, tetapi dilanjutkan dengan menulis. Ini salah satu metode yang bisa dilakukan bagi penulis pemula yang ingin lebih menggeluti bidang kepenulisan atau jurnalistik. Terkadang awalnya mereka bingung dengan apa yang mau ditulis. Kendala seperti ini bisa diantisipasi tentunya.
Tidak hanya itu, untuk menumbuhkan ide tau mencari ide banyak hal yang bisa dilakukan. Sumber-sumber ide pun sebenarnya sangat banyak sekali. Tergantung bagaimana caranya untuk menemukan ide tersebut. Bisa diperoleh dengan mengambil dari pengalaman pribadi mapun pengalaman orang lain. Kejadian-kejadian disekitar lingkungan tempat tinggal, isu-isu yang sedang berkembang baik itu dalam skala nasional maupun internasional. Ide yang muncul dari hasil observasi juga sangat menarik. Hal tersebut tergantung dari masing-masing individu.
Setelah berusaha mencari ide, dan akhirnya telah didapat beberapa ide menarik, alangkah baiknya jika ide-ide tersebut ditulis. Jadi setiap pergi kemanapun itu siap sedia alat tulis minimal selembar kertas dan bolpoin agar ide-ide yang bermunculan tidak mudah hilang karena lupa. Semakin banyaknya ide yang ditampung akan semakin menambah variasi apa yang akan ditulis.
Setelah itu hal yang terpenting dalam hal menulis adalah kesungguhan dan keteguhan hati. Dimana kegiatan menulis harus tertancap kuat dalam diri pribadi dan bukti konkretnya adalah adanya keinginan untuk terus berkarya, melahirkan banyak tulisan. Tulisan yang nantinya bisa diterbitkan di media massa, atau dibentuk menjadi sebuah buku.
Menulis itu mudah kok, bagi mereka-mereka yang memiliki semangat dan jiwa-jiwa kepenulisan. Apalagi mereka-mereka yang nota bene tercatat sebagai penulis muda alias pemuda yang gemar menulis. Masih banyak kesempatan, jalan masih terbentang lebar dan luas. Kesempatan untuk terus mengupgrade diri sangatlah banyak. Maka dari itu teruslah berkarya. Selalu merefresh semangat untuk terus menulis.
Tidak ada salahnya jika sering bergaul dengan para penulis handal. Atau bergabung dengan perkumpulan penulis. Dimana bisa saling menguatkan satu sama lain. Dan saling berbagi info, tips bagaimana usaha yang dilakukan untuk terus menulis. Dengan begitu, dunia pendidikan di negeri tercinta ini akan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Itu semua berawal dari menulis.

Rabu, 18 Mei 2011

Kader da’wah Harus Mampu Berkonspirasi

Kita sudah banyak mendengar tentang bagaimana gerakan konspirasi yahudi bekerja. Atau setidaknya mengetahui bahwa yahudi melakukan konspirasi melalui gerakan zionis internasional. Sebuah gerakan raksasa yang kekuatannya mencengkram hampir disetiap Negara di dunia tak terkecuali Indonesia. Umat islam menyebut Konspirasi ini sebgai bentuk perang pemikiran (ghozwul Fikri).
Secara sederhana kita dapat mengetahui peredaan antara ghozwul fikri dan qital (perang fisik). Dalam perang fisik bahan bakar utamanya adalah fisik yang kuat dan senjata yang ampuh, semisal pedang, tombak, belati dan perisai. Ia lebih membutuhkan kerja otot dari pada kerja otak. Namun berbeda dengan perang pemikiran, ia tidak begitu banyak meyedot kerja otot dan kebutuhan akan senjata, ia lebih menyerap kemampuan otak atau daya fikir dalam merebut kemenangan.
Jenis perang yang kedua ini lebih membahayakan dan lebih menimbulkan efek yang luar biasa besar dari pada perang fisik. Dan jenis perang inilah yang digunakan oleh Negara-negara besar yakni ameriaka dan Israel. Dalam definisi yang disebut perang pemikiran itu mereka memainkan media, mengarahkan opini, menyebarkan propaganda, mengatur pola berfikir manusia, bermain dalam konflik, mengatur Negara-negara lain dan menyeting masa depan sesui dengan apa yang mereka kehendaki. Dengan cara itu mereka mampu mengusai dunia hingga saat ini.
Kemudian kita yang memproklamirkan diri sebagai penegak kebenaran dan pemusnah kebatilan sudah seharusnya melakukan hal yang sama. atau melakukan “apa yang dilakuakan yahudi”, dan ini adalah tuntutan jika seorang muslim ingin bertahan dan menyerang keangkuhan kedua kaum barbar-barbar tersebut.
Hal tersebut harus dimulai dari perubahan cara berfikir kita. Jika sejak dulu kita berfikir bagaimana gerakan da’wah bisa tetap eksis maka sekarang kita harus berfikir bagaimana gerakan da’wah mampu berkontribusi. Jika dahulu kita berfikir bagaimana menyeting sebuah acara atau kepanitiaan maka sekarang kita harus berfikir bagaimana mengatur pola berfikir, opini, dan keberpihakan masyarakat terhadap da’wah. Jika dulu kita berfikir bagaimana kantong-kantong keuangan kita tercukupi maka hari ini kita harus berfikir bagaimana kantong-kantong keuangan kita melimpah dan mempu memproduksi kerja-kerja da’wah dalam skala global. dan secara umum kita harus mengembangkan kemampuan berfikir dari yang bersifat depensive (bertahan) menuju ekspansive (berkembang).
Kemudian setelah kita memahami akan hal ini, maka kita akan menularkan paradigama berfikir ini kepada semua pekerja da’wah. Kepada mereka yang berada di kota dan di desa, di sekolah dan di kantor, dan di dalam negeri maupun diluar negeri. Sehingga meskipun mereka melakukan kerja-kerja kecil dan mungkin dianggap sepele namun sebenarnya para pewaris peradaban itu mempunyai kerangkan berfikir yang sistematis dan tujuan yang jelas.
Itulah kerja da’wah yang sebearnya, bukan hanya mampu menggerakkan mesin tetapi juga mampu menggerakkan orang-orang cerdas. Kemudian bekerja sama dalam sebuah gerakan internasional. Membuat kebijakan yang mempunyai bargaining position dimata dunia. Hanya dengan itulah insyaAllah kemuliaan Islam kembali menetap dibumi.
18 Mei 2011-05-18
00.11