Rabu, 19 Januari 2011

Islamfobia

Haitami F El_Alaby (Staff KP KAMMI)
~This is Special for someone~

Fobia adalah kondisi kejiawaan seseorang yang terganggu akibat mengalami ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh sesuatu ataupun keadaaan. Secara psikologi, fobia ini menyerang mental seseorang sehingga dia merasakan ketakukan yang berlebihan akan sesuatu, sehingga orang yang mengalaminya akan tenggelam dalam perasaan tersebut dan nantinya akan merusak mentalnya.
Lalu bagaimana dengan Islamfobia? Sekarang mari kita flashback dari beberapa kejadian yang telah lalu, yakni perang persaudaraan yang luarbiasa antara Negara Irak dan Iran yang menewaskan banyak korban. Bagaimana pula peperangan antara pasukan Taliban dan Pasukan NATO, keadaan yang memilukan yang kita lihat bahwa banyaknya umat Islam yang rela ikut untuk sebuah aksi bunuh diri. Belum lagi peperangan Pakistan yang sampai saat ini belum ada penyelesaiannya. Yang tragis adalah peperangan dan perjuangan Palestina atas Israel.
Dan bagaimana dengan yang satu ini, yaitu ketika tentara Al-Qaida yang dipimpin tokoh Islam yang menghancurkan gedung WTC yang sampai saat ini selalu diperingati setiap tanggal 11 september dan yang terakhir ini adalah aksi pembakaran Al-Qur’an yakni kitab suci umat Islam. Ataupun ini, seorang Mahasiswa Islam yang lengkap dengan alat peledak yang berhasil diamankan ketika dia mau meledakkan diri pada sebuah pesawat yang penumpangnya adalah warga Amerika.
Bagaimana dengan di Indonesia? Aksi terorisme yang kerap terjadi yang dikatakan itu adalah asas dari perjuangan islam. Aksi teror yang sering kali terjadi, mulai dari yang paling timur yakni Papua yaitu sengketa mendirikan mesjid, kemudian Poso dan Ambon atas pembantaian jemaat Kristen, pengeboman bom Bali I dan bom Bali II atas warga non muslim, lalu aksi teror Pos Polisi yang di Banten, kemudian sengketa oleh kaum muslim terjadi di Bekasi atas sebuah bangunan gereja yang dituntut untuk ditutup. Belum lagi aksi bunuh diri yang menghancurkan dua gedung hampir secara bersamaan di Ibu kota yakni Jakarta yang menyebabkab Tim sepak bola yang terkenal yaitu Manchester United (MU) batal datang ke Indonesia. Dan sampai yang paling barat yaitu Medan dan Aceh tempat pelatihan aksi teroris serta penyerangan pos polisi dan juga aksi perampokan sebuah bank oleh orang Islam. Semuanya tidak lepas dari Islam, Islam dan Islam.
Mendengar pemberitaan itu, lalu seluruh dunia takut dengan namanya Islam, apakah demikian? Mari kita cermati, Pasca hancurnya WTC tepatnya dua minggu sesudah insiden tersebut, lebih dari 11 ribu orang Amerika Serikat menyatakan masuk Islam. Lalu pada pertengahan November 2001, Ketua Majelis Hubungan Islam Amerika, Nihad Awadh, mengumumkan bahwa lebih dari 24.000 orang Amerika telah memeluk agama Islam sesudah insiden 11 September 2001. Angka ini merupakan angka tertinggi dalam hal jumlah pemeluk agama Islam di Amerika Serikat sejak Islam memasuki negara itu. Ini baru yang terjadi di negeri Paman Sam, belum lagi di negara-negara Barat lainnya. Yang lebih menggembirakan, Harian The New York Times (22/10/2001) melaporkan ada sekitar 25 ribu orang Amerika yang kini telah beralih memeluk Islam sejak kasus 11 September. Jumlah yang cukup besar, karena pada saat normal hanya seperempat dari jumlah itu. Columbia News Service (22/3/2001), menulis ada sekitar 15 ribu orang keturunan Amerika Latin beralih dari Katolik dan memeluk Islam di AS. Mereka menyebar di berbagai kota meliputi Newark, Miami, Los Angeles dan New York.
What’s wrong?? Sebagian non muslim fobia dengan Islam namun mereka langsung antisipasi karena mereka tahu bahwa efeknya sangat buruk. Toko buku menjadi sasaran, dan Al-Qur’an menjadi serbuan mereka. Anda tahu Al-qur’an mencapai tingkat penjualan tertinggi saat itu. Dan ternyata mereka mempelajarinya.
Namun hal itu berbanding terbalik dengan yang di Indonesia, orang-orang semakin takut dengan Islam sehingga Islamfobia ini semakin besar efeknya. Apakah benar Islam itu keras? Coba kita bandingkan yang terjadi di Poso, Ketika umat Islam sedang merayakan hari besarnya tiba-tiba mereka di bom, ribuan orang tewas, mesjid di bakar, orang islam di sana di bantai, para kaum adam dipotong kemaluannya, kaum Hawa diperkosa dan yang sedang hamil di belah kandungannya dan diganti dengan seekor kucing dan bayinyapun dibunuh. Apakah ini semua terekspos?? Lalu siapakah yang paling kejam, masihkah Islam dengan tokohnya yakni FPI paling kejam dan anarkis di Indonesia?
Kalaupun Islamfobia berasal dari kalangan non Islam itu mungkin bisa ditoleren tapi bagaimana jika yang terjangkit itu adalah dari Umat Islam itu sendiri. Trus apa efeknya?
Maka tidak lain dan tidak bukan adalah hal-hal yang berbaur Islam senantiasa dipojokkan, banyak sekali pertentangan dengan Islam. Bagi mereka yang berada di sebuah pemerintahan, maka seakan berniat sekali untuk mendirikan paham sekuler, belum lagi paham liberal yang sampai saat itu justru merusak tatanan keislaman. Masyarakat tidak sempat mengoreksi dan mempelajari serta menelaah agama mereka sendiri karena pemberitaan yang ada dan yang timbul adalah takut jika mempelajari Islam lebih jauh akan menjadi seorang teroris. Yang dipikiran orang-orang bahwa celana congklang atau jubah besar dan bercadar, jenggot yang panjang dan jidat yang hitam adalah antek-antek teroris.
It’s so crazy. How about you?
Satu lagi wahai saudaraku, Bagaimana jika penyakit ini terjangkit dikalangan Akademisi, spesifiknya di perkuliahan? Kalian bisa rasakan sendiri bahwa efeknya sangat besar sekali apalagi bagi seorang aktifis dakwah tentunya hal ini sudah kita rasakan manis pahitnya perjuangan. Betapa banyak para mahasiswa yang anti dengan aktivis dakwah dan lebih memilih yang lain yang sebenarnya juga mengatasnamakan Islam, hanya saja mereka lebih menjanjikan kesenagan dan kebebasan.
Efek dari Islamfobia dikalangan ini jauh lebih berbahaya. Mengapa? Sebab merekalah calon penerus bangsa, kita bisa lihat sendiri bagaimana orang yang nantinya kita ganti untuk mengurus bangsa ini, terlalu bebas disana. Kita bisa melihat keadaan yang sebenarnya bahwa begitu memprihatinkan nasib mereka. Lantas apakah generasi akademisi harus bernasib sama? Mau dibawa keman Indonesia ini? Sebelum itu terjadi, antisipasi sangat diperlukan terutama perbaikan moral dan tingkahlaku, minimal mereka bisa berakhlak seperti apa yang mereka ketahuai dari ajaran agama mereka. Namun Saat ini kenakalan remaja sudah melewati koridor, salah satu contohnya adalah pesta penyambutan tahun baru. Salah satu apotik di Surabaya kehabisan stok dalam pembelian alat kontrasepsi (kondom), pembelian meningkat dan melewati angka 300% dari penjualan dihari biasa. Dan pembelinya adalah rata-rata kalangan pemudan dibawah umur dan para pelajar. Bagaimana jika semua apotik di Indonesia mengalami hal seperti itu? Maka perbaikan moral sangatlah perlu mengingat keadaan yang menimpa pemuda Indonesia begitu memprihatinkan.
Apakah sudah cukup, tentu tidak. Langkah selanjutnya untuk terapi Islamfobia ialah pemberian dan pengarahan pengetahuan tentang agama. Dengan begitu pengetahuan yang selama ini sudah terkotori dengan pengaruh luar bisa dibiaskan. Disini nilai-nilai Islami harus ditanamkan semaksimal mungkin. Intinya adalah kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits. Dan tahap selanjutnya adalah pengawasan agar semua unsur yang membuat fobia terhadap islam tidak bisa lagi mengganggu.
Lalu bagaimana jika yang terserang penyakit ini adalah aktivis itu sendiri? Maka inilah satu factor yang menghambat gerak dakwah itu sendiri. Mereka merasa malu, tidak percaya diri dan takut untuk berpartisipasi, geraknya hanya setengah-setengah dan hasilnya pun juga tidak maksimal. Mereka lebih takut dikucilkan dikelas, tidak ada yang mau berteman, tidak siap memakai pakaian yang Islami karena tidak trend alias tidak gaul. Ruang pergaulan tebatas, tidak bisa tidak salaman dengan lawan jenis karena takut dianggap paling suci, dan seribu alasan lagi yang menyebabkan para aktivis takut untuk bersama-sama dalam membela ajaran Islam.
Cara yang paling tepat untuk menghadapi Islamfobia dikalangan aktivis dakwah yaitu memberikan kesadaran. Jikalau sudah sadar maka dengan sendirinya akan mulai bergerak sesuai dengan yang diharapkan. Ruhiyah yang kering merupakan salah satu factor penyebabnya. Kenapa dimasa Hasan Al-Banna memiliki gerak yang luar biasa? Mulai dari derajat kalangan bawah sampai kalangan atas, semuanya bergerak dengan penuh semangat. Jawabannya adalah karena ruhiyah mereka matang. Ruhiyah mereka benar-benar kuat sekuat baja yang sangat susah untuk dilebur meski dengan api yang sangat besar. Yang jelas jika ruhiyah sudah terbangun, maka semakin dibakar semakin kuat.
Mari kita tingkatkan Ruhiyah kita, mau apa dikata, jika ruhiyah sudah terbangun maka apapun yang akan diagendakan, maka akan berjalan optimal. Sebuah puisi untuk membangkitkan ruhiyah…..

Haitami
Jurusan Manajemen Dakwah
Fakultas Dakwah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Kamis, 13 Januari 2011

MENGELOLA PERBEDAAN

Oleh : Agus Purnomo (Kadep KP KAMMI UIN SUKA)
Indonesia ibarat taman yang dihiasi beraneka ragam bunga. Menurut estimasi Juli 2003, kepulauan Indonesia sebanyak 17 ribu pulau. Indonesia merupakan salah satu diantara sedikit negara di dunia yang memiliki karakteristik sebagai negara multi etnik. Diperkirakan terdapat 931 etnik dengan 731 bahasa. Selain multi etnis Indonesia juga mempunyai keberagaman religi yang meliputi Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Katolik.
Beratus tahun lamanya bangsa ini hidup dalam satu wadah; Indonesia. Namun tidak jarang dalam perjalanannya, perbedaan yang cantik itu berubah menjadi linangan air mata dan darah. Konflik SARA menjadi alasan klasik penyebabnya. Seperti konflik yang masih segar dalam ingatan kita yakni tragedi di Aceh, Kalimantan, Poso, Maluku dll. Akibat konflik pun tidak tanggung-tanggung, mulai dari kerusakan infrastruktur, jatuhnya banyak korban jiwa hingga mandegnya proses pembangunan nasional. Dan konflik-konflik berkedok sara tersebut masih sangat mungkin terjadi hingga saat ini. Bahkan dapat dalam skala yang lebih besar.
Sebenarnya bukan karena perbedaan konflik sehingga perpecahan itu muncul. Karena memang sudah fitrahnya manusia itu berbeda-beda, dan tidak mungkin pula Allah menciptakan manusia berbeda-beda untuk saling bermusuhan. Inti dari konflik adalah kegagalan memahami pesan-pesan dari perbedaan. Padahal perbedaan adalah warna-warna yang akan memperindah lukisan kehidupan. Jika dianalogikan sebuah bangunan, maka kita akan mendapati bahwa bahan-bahan bangunan tersebut berasal dari material yang berbeda. Material yang dulunya berserakan itu disusun secara benar dan rapih hingga jadilah rumah yang indah. Maka untuk merangkai perbedaan-perbedaan agar menjadi indonesia yang indah bangsa ini harus mempunyai sikap:
1. Kedewasan berpolitik
Politik yang dimaksud bukan sekedar politik praktis dan pragmatis dalam pemilu. Namun politik dengan makna yang lebih luas. Politik yang tujuannya seperti disampaikan imam syahid Hasan Al-Banna yakni untuk kemaslahan umum. Dan pemahan ini harus melekat dalam seluruh entitas bangsa ini. Jika sudah menjadi paradigma berfikir, maka pembicaraanya tidak lagi berkutat pada bahasan membngun kesadaran akan adanya perbedaan. Namun sudah berbicara tentang bagaimana mengantar Indonesia menemukan kembali kehormatannya.
2. Komunikasi
Dasar dari konflik adalah kegagalan dalam pola berkomunikasi. Sehingga pesan tidak dapat tersampaikan apalagi dipahami. Komunikasi yang baik dibutuhkan untuk memahami keinginan-keinginan dari setiap golongan. Menangkap sinyal-sinyal cinta dari lawan bicaranya. Sehingga yang terjalin adalah bahasa cinta dengan semnagat untuk saling membesarkan. Buah dari cinta adalah perasaan saling membutuhkan dan menyukseskan. Jika hubungan yang harmonis itu terjalin secara kontinyu dan dalam skala yang besar, maka sangat mungkin potensi Indonesia menjadi negara maju akan segara terwujud. Tali yang mengaitkan antara perbedaan adalah komunikasi cinta yang tulus dan ikhlas.
3. Keadilan
Dengan berbagai alasan kaum yang mengaku pluralis itu mengatakan bahwa wacana penegakkan syariat islam-lah peyebab terjadinya perpecahan. Tapi yang jelas syariat belum tegak namun perpecahan telah terjadi. Artinya seribu alasan mereka telah terpatahkan oleh satu realita: perpecahan. Aceh, maluku, dan papua ingin memisahkan diri dari indonesia. Dan kita ketahui bersama bahwa alasan mereka bukan karena ingin menegakkan syariat islam. Konflik dan perpecahan adalah soal distribusi keadilan. Terjadi ketidakadilan di Aceh, Maluku dan Papua. Mereka memberontak untuk menagih keadilan namun sang penguasa tidak mampu membayarnya akibatnya terjadilah perpecahan. Oleh karena itu dalam distribusi keadilan pemerintah harus bertanggung jawab atas perealisasiannya.

Agus Purnomo (KAMMI UIN SUKA)
Jurusan Muamalat’08
Fakultas Syariah
UIN Sunan Kalijaga

Senin, 10 Januari 2011

Global Warming di Kalangan Remaja

Oleh: Suri Akramaini (Ketua KAMMI UIN)

Cuaca sekarang ini semakin tidak jelas, terkadang panas, terkadang dingin bahkan hujan yang tiba-tiba turun. Itulah fenomena yang terjadi di bumi kita ini. Istilah fenomena semacam inilah yang disebut sebagai Global Warming. Tak seorang pun dapat memprediksi dan menghentikannya. Harus adanya pembatas untuk dapat meredam suatu efek yang ditimbulkan pada kita agar tidak menimbulkan pengaruh yang sangat berbahaya nantinya.
Melihat pada fenomena diatas, sekarang ini banyak virus yang sedang menyerang antar sesama kawula muda. Hal ini timbul akibat terlalu leluasanya pembatas (hijab) yang ada. Merajuk dari uraian diatas, fenomena Global Warming (mencair) dapat kita istilahkan dengan kondisi yang sedang terjadi pada kalangan muda-mudi sekarang ini. Terlalu dekatnya pria dan wanita tanpa ada batas sediktpun. Inilah yang nantinya dapat menimbulkan sesuatu yang dapat berimbas pada jurang kemaksiatan. Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Al Israa’: 32)
Terkadang kita semua tidak sadar ataupun bahkan kita sengaja berbuat yang senantiasa mencari perhatian dihadapan sesama lawan jenis kita ini agar mendapat perhatian khusus darinya. Terlalu mencair antara pria dan wanita seperti inilah yang sangat berbahaya nantinya. Virus-virus yang kita takutkan dapat muncul. Kalau istilah yang banyak orang bilang yaitu munculnya virus merah jambu dan ujung-ujungnya timbul rasa dalam hati diantara sesama pria dan wanita ini. Sampai akhirnya berujung rasa cinta yang salah penafsiran akibat pengaruh bisikan setan tersebut. Sehidup semati katanya (satu hidup dan satunya mati) yang diagung-agungkan sesama pasangan tersebut. Na’uzubillah minzalik, Jangan sampai hal ini terjadi pada kita.
Segala sesuatu yang timbul dari nafsu yang tidak terkendali, biasanya menimbulkan hal-hal yang negatif pada diri kita. Bila ini sudah terjadi, maka tanpa sadar pikiran dan perbuatan kita pun sudah tidak dapat terkondisikan lagi. Secara tidak langsung kita sudah melanggar ketentuan agama. Kenikmatan sesaat yang kita rasakan, akan sirna dan timbul rasa menyesal nantinya apabila hal ini sudah terjadi. Hal yang kita bisa lakukan adalah merenung dan terus merenung akan penyesalan dari apa yang telah kita perbuat. Segeralah bertaubat dan meminta ampun pada Allah serta berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tersebut.
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, …” (QS. An Nuur: 31)
Oleh karena itu, sudah sepatutnyalah kita sebagai orang yang beriman untuk senantiasa menjauhi perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan selalu menjaga pandangan serta aurat pada diri kita. Sesungguhnya orang-orang yang bisa menjaga dirinya sendiri maka Allah akan menjaganya dari segala fitnah apapun dan memuliakannya di akhirat kelak.
Jangan pernah menganggap baik terhadap perbuatan yang kita lakukan, karena terkadang belum tentu Allah meridhoi setiap perbuatan yang kita lakukan.

Suri Akramaini
Jurusan Teknik Industri’07
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Rabu, 05 Januari 2011

KEKUATAN ITU KETIKA JAUH DARI SI KELUH


By: Zaimatul Amna

Hidup adalah masalah. Masalah hidup akan hidup disetiap sela hidup. tidak akan hidup orang yang bebas masalah. Masalah tidak akan kelar ketika mengabaikan makna hidup.
Benar kata slogan salah satu instansi. “Menyelesaikan masalah tanpa masalah”. Kata-kata penuh inspiirasi yang bisa kita jadikan pegangan dalam hidup.
Dalam mengarungi hidup berbagai cobaan pasti akan selalu mengiringi. Layaknya munculnya hangatnya bumi pasti karena ada mentari. Selalu berjalan beriringan… Hidup hanya berputar. Hidup tak ubahnya seperti roda. Bukan roda yang berbentuk ban kemudian kempes dan tidah bisa berjalan dan hilanglah fungsi dari ban tersebut. Namun roda yang kian berputar karena tidak ada sisi penghalang. Terus, dan terus hingga fungsi dari ban (roda) tersebut betul-betul tercipta.
Dalam hidup sedih, gembira, susah dan senang datang silih berganti. Sedikit sakit dan nantinya sembuh dan setiap ssesuatu pasti berkebalikan. Karena Allah menciptakan segala sesuatu ada pasangannya. Dikala senang yang terlalu menghegemoni maka ingatlah bahwa ketika sebentar lagi kesedihan akan datang. Dan ingatlah bahwa jika merasa sedih maka tenanglah karena sesungguhnya ada signal (tanda) bahwa sebentar lagi kebahagiaan akan datang. Hanya begitu… Namun bagaimana cara mengubah keadaan yang begitu-begitu saja menjadi hidup yang penuh kejutan ?
Banyak manusia menganggap apa yang dilakoni ini hanya diibaratkan sebagai film yang tak ubahnya sudah diset sehingga tidak ada lagi kesempatan kita untuk mengubah takdir. Yang muncul kemudian adalah hidup yang semau gue, dan berjalan tanpa visi dan misi. Namun ironinya apa yang menimpa kita pada kehidupan selanjutnya ketika tidak sesuai dengan harapan kita banyak mengeluh. Seolah–olah menyalahkan keadaan. Padahal dibalik semua itu ada sosok pengatur dan pengendali kehidupan. Ketika panas berkunjung kita merasakan seolah-olah panas yang menjadi musuh kita yang sesegera mungkin untuk kita singkirkan. Ketika hujan menjumpai kita, justru kitalah yang merasakan manusia yang bernasib jelek dan menyalahkan hujan datang. Kita tidak mengetahui seberapa banyak petani yang mengharapkan tetes air sebagai perantara tumbuh tanaman yang ada di sawah dan ladang. Kita banyak berpikir untuk satu badan saja tanpa mau memikirkan ‘badan-badan’ milik orang lain. Dan sering kali memaknai segala sesuatu secara negatif (negatif feeling) sehingga tanpa sadar kehidupan yang seharusnya berjalan secara damai dan indah kini membuat dampak yang tidak terlalu baik.
Keluh kesah hanya akan memunculkan dampak yang meluas. Ketika suatu saat kita mengeluhkan sesuatu bisa jadi memunculkan keluh kesah dalam hal lain sehingga sering kita merasakan pekerjaan berat untuk dilakukan karena kita berpikir pragmatis tidak akan ada manfaatnya.
Disamping itu keluhan kita bisa memunculkan pikiran negatif (negative thingking) pada orang lain. Orang lain yang seharusnya bisa memandang dunia dan suatu perihal secara luas terkadang terbatasi dengan “statemen kematian” yang kita lontarkan. Sehingga kemudian yang muncul adalah rasa enggan dalam memunculkan ide cemerlang dan motivasi dalam ber’amal.
Ikhwah wa akhowati fillah…
Tentu tidak akan merasa nyaman jika kita terus menerus dibelenggu Si Keluh yang tidak memberikan sedikitpun manfaat kepada kita. Bahkan akan sangat terhina jika sebagai generasi muslim kita memiliki status sebagai budak si keluh yang selalu mengintimidasi agar kita berperilaku nurut dan selalu ‘sami’na wa atho’na’. Padahal dibalik itu semua ternyata ia hanya menimbulkan banyak madhorot dan menyita energi yang ada dalam diri manusia.
Mari bersama basmi Si Keluh !!!
-ZA-

Piala AFF dan Pemilwa UIN SUKA


Oleh: Hijri Yulidawaty ( Staff KP)

Pasca kekalahan yang dialami oleh Tim Indonesia pada pertandingan semifinal melawan Tim Malaysia saat memperebutkan piala AFF, banyak rakyat Indonesia yang merasa kecewa dan tidak sedikit pula rakyat Indonesia menghujat bahkan merasa dendam dengan tim Malaysia. Pasalnya, pertandingan yang semula berlangsung aman dan fair harus tercoreng dikarenakan ulah tim supporter dari Malaysia. Mereka melakukan kecurangan yakni melaser mata dan bagian tubuh lain dari pemain-pemain Indonesia. Sudah tentu hal ini adalah tindakan yang sangat melanggar kesportifan dalam suatu pertandingan karena tindakan ini mengakibatkan pemain dari Tim Garuda kehilangan konsentrasi. Belum lagi efek yang ditimbulkan apabila terkena sinar laser tersebut dapat membuat kebutaan sementara. Oleh sebab itu, pada saat pertandingan ini pemain Indonesia harus mengalami kekalahan 3-0.
Saat Indonesia dan Malaysia bertemu kembali di babak final yang berlangsung di kandang Indonesia, tepatnya di stadion Gelora Bung karno, Jakarta. Patut diakui kehebatan Tim Indonesia pada saat itu, karena permainannya yang sangat apik dan perlakuan supporter yang fair. Kecurangan yang dilakukan oleh supporter Malaysia dengan melaser pemain Indonesia pada saat semifinal tidak dibalas dengan kecurangan juga oleh pemain maupun supporter Indonesia. Pada akhir pertandinganpun Indonesia menjadi pemenang dengan skor 2-1 walau tidak menjadi juara AFF karena tertinggal 2 angka dari Malaysia.
Jadi apa hubungannya piala AFF ini dengan Pemilwa UIN SUKA ya?. Perlakuan supporter Malaysia pada pemain Indonesia pada pertandingan tersebut dapat diambil pelajaran berharga oleh kita semua. Mengapa demikian? Pastinya kita tidak mau di curangi dan punya pemimpin yang terlahir dari proses kecurangan pula, bukan?.
Nah, tepat pada tanggal 24 Januari 2011, Uin Sunan Kalijaga akan melaksanakan pemilihan raya mahasiswa (Pemilwa). Jadi penulis yakin sekali bahwa kecurangan yang dilakukan Malaysia tersebut tidak ingin kita alami juga pada saat pemilwa di Kampus UIN Sunan Kalijaga (UIN SUKA) nantinya. Kita sebagai mahasiswa UIN SUKA juga sudah tentu tidak ingin menyerahkan amanah BEM, SEMA, atau DEMA di kampus kita pada orang-orang yang menang dengan cara yang curang. Oleh sebab itu, harapan kita semua semoga nanti terciptanya pemilwa yang sehat/ fair.
Mahasiswa juga pasti berharap tidak ada sedikitpun kecurangan demi merebut sebuah kekuasaan yang semu belaka. Jangan karena pemilwa, parpol-parpol mahasiswa tersebut menghalalkan segala cara, seperti yang dilakukan parpol-parpol yang ada di negara kita pada saat masa-masa pemilu. Mereka dapat melakukan apa saja, bahkan melakukan hal tidak semestinya dilakukan oleh calon pemerintah yang akan menjabat sebagai wakil rakyat, contohnya menggelembungkan surat suara, mencoblos dengan identitas orang lain, menjelek-jelekkan partai lain, mencabut atau merobek atau membakar spanduk-spanduk/ baliho/ sarana kampanye partai lawan, mengancam orang lain agar mencoblos calon/ partai yang di usung, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, sekali lagi penulis tekankan, mari CIPTAKAN PEMILWA UIN SUKA YANG SEHAT DAN BERSAHAJA. Jadi, siapapun yang menang dapat menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. Aspirasi kita sebagai mahasiswapun dapat terwakilkan dengan baik oleh teman-teman yang terpilih nantinya. Ingat, tetaplah menjadi pemenang walau tidak menjadi sang juara.

Hijri Yulidawati (KAMMI UIN SUKA)
Jurusan Keuangan Islam (KUI)
Fakultas Syariah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Minggu, 02 Januari 2011

Amanah adalah Kewajiban

Oleh: Suri Akramaini (Ketua KAMMI UIN)

Kalau orang mau memperhatikan syariat Islam dan seluruh ajarannya, maka akan didapati bahwa keseluruhannya tidak lain adalah untuk maslahat dan kebahagiaan manusia sendiri. Salah satu perilaku dan pelajaran tertinggi di dalam Islam adalah diwajibkannya sifat amanah. Ini merupakan tuntunan agama Islam yang sangat mendasar dan bahkan agama itu sendiri merupakan amanah.
Oleh karena itu Allah menyebut hamba-Nya dengan sebutan mukmin karena hanya orang mukmin saja yang dapat memelihara amanah Allah, menunaikan serta memegangnya dengan erat, sebagaimana firman Allah, “Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS. Al Mu’minun: 8)
Dalam kehidupan sehari-hari makna amanah memiliki arti tumbuhnya sikap untuk memelihara dan menjaga apa saja yang menjadi perjanjian atau tanggungan manusia yang nyata sifatnya. Hal ini seperti yang ditunjukkan di dalam sabda Nabi saw, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya tentang kepemimpinannya.”
Amanah dalam menunaikan hak-hak Allah Azza wa Jalla dapat dilakukan dengan mentauhidkan-Nya, mengesakan-Nya di dalam beribadah, mengerjakan apa yang Dia perintahkan dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, semata-mata untuk mengharapkan keridhaan Allah. Ini merupakan amanah terbesar, dimana setiap hamba wajib melaksanakannya pertama kali sebelum amanah-amanah yang lain. Dan nanti darinya akan muncul seluruh bentuk amanah-amanah yang lain.
Amanah adalah tanggungan yang harus dijaga. Seperti nikmat pendengaran, penglihatan, pemeliharaan, harta dan anak-anak. Juga amanah badan dan segala isinya, kepala dan kemampuan otaknya untuk berfikir. Maka setiap manusia wajib menggunakan nikmat-nikmat tersebut sesuai fungsinya dalam rangka menunaikan perintah-perintah Allah.
Sebagai balasannya maka Allah akan menjaga dan memelihara orang yang berbuat demikian dan juga menjaga nikmat tersebut. Nabi saw bersabda, “Jagalah Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah Allah maka dia akan kau dapati dihadapanmu.”
Berkaitan dengan amanah ada sebuah ayat yang menceritakan tentang tawaran Allah kepada langit, bumi dan gunung untuk memikul amanah, namun mereka semua enggan dan menolak karena merasa tidak mampu, lalu amanah tersebut diemban oleh manusia. Allah swt berfirman, “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al Ahzab: 72)
Dalam ayat ini mengandung penjelasan tentang beratnya amanah dan beban yang harus ditanggung oleh manusia, dimana langit, bumi dan gunung sebagai makhluk Allah yang perkasa dan kuat merasa lemah dan enggan untuk memikul amanah itu, takut dan khawatir jikalau tidak sanggup menunaikannya.
Akan tetapi manusia menawarkan diri untuk mengemban amanah tersebut, itu manusia berarti telah berlaku zhalim terhadap diri sendiri, sekaligus telah bersikap bodoh terhadap segala konsekuensi yang terkandung di dalamnya, berupa kerja keras untuk melaksanakan amanah dari Allah agar nantinya tidak terjerumus ke dalam siksa.
Oleh karena itu siapa saja yang menerima amanah ini, menjaganya serta menunaikan hak-haknya maka dia mendapatkan kemenangan dan pahala yang besar. Dan barang siapa yang menyia-nyiakannya, menelantarkan hak-haknya maka dia akan merugi dan mendapatkan siksa. Jangan sampai amanah yang telah diberikan dan merupakan kepercayaan Allah dan orang lain dilalaikan begitu saja. Orang yang sombong terkadang lupa dengan segala kewajiban dan tanggung jawab atas amanah yang telah dititipkan kepadanya. Na’uzubillah minzalik.

Suri Akramaini
Jurusan Teknik Industri’07
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Menelikung Jiwa Pemuda

Oleh : Lystia Rosmita Rahma (Staf KP KAMMI UIN)

Pemuda harus menjadi intelektual organic sebagai bagian utuh dari masyarakatnya
(Antonio Gramsci)

Yogyakarta merupakan kota pelajar. Itulah opini masyarakat beberapa dekade yang lalu. Lebih dari 137 lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta berdiri di kota budaya ini. Banyak mahasiswa yang berasal dari segala penjuru daerah datang untuk melanjutkan studinya di universitas yang ada di Yogyakarta. Tetapi, kini opini itu sudah bergeser. Anak mudanya lebih cenderung menikmati fasilitas dalam zona nyaman, mahasiswa hanya menikmati dunia kampus tanpa memandang permasalahan social yang berkutik di masyarakat. Bahkan terbawa arus globalisasi, beramai-ramai mencari katub pelepas untuk mencari hiburan. Anak muda sekarang lebih cenderung menyukai berkunjung ke Mall atau nonton bioskop bersama sang kekasih. Mall lebih diminati ketimbang perpustakaan atau bangunan sarana pendidikan. Sebagian merasa lebih mengasyikkan ke tempat seperti itu daripada menghabiskan waktunya untuk meningkatkan kapasitas intelektual dan mengasah kesensitifan jiwa sosial, misalnya aktif dalam kegiatan organisasi, Kegiatan Mahasiswa, mengunjungi dan membaca di perpustakaan.
Bung Karno menggambarkan pemuda sebagai sosok unggul, pilihan, bergairah, bergelegak dan bergelora secara fisik, psikis, intelektual, serta yang terpenting sikapnya. Pemuda sosok superior, progresif, revolusioner dengan api /berkobar-kobar, dan bara spirit yang menyala-nyala. Maka, sangatlah wajar ketika Bung Karno pernah berujar: “"Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia!"
Dalam sejarah bangsa Indonesia, pemuda pun memiliki bagian dalam kemerdekaan Indonesia. Sumpah Pemuda 1928 menjadi pemersatu komponen bangsa untuk bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Peristiwa Rengas Dengklok tercatat sebagai bagian dari perjuangan dari kemerdekaan bangsa Indonesia yang diawali oleh peran golongan muda. Pendobrak kebekuan politik orde lama (1966), peristiwa malari (1974), serta jatuhnya rezim orde baru pada 21 Mei 1998 pun tak terlepas dari perjuangan kaum muda.
Perguruan tinggi adalah tempat proses mencerdaskan bangsa, yang dilakukan setelah siswa selesai pendidikan dasar dan menengah. Tetapi, realitas menunjukkan tidak semua lulusan sekolah menengah yang mendapatkan kesempatan belajar di perguruan tinggi, baik karena alasan ketidakmampuan akademik ekonomi maupun sebab lainnya. Mahasiswa merupakan calon pemimpin bangsa akan datang. Oleh karena itu, kualitas mahasiswa saat ini akan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan bangsa pada masa akan datang. Sehubungan dengan peran yang sangat stategis ini, maka segala upaya yang dapat memperkuat pembinaan mereka demi terbentuknya karakter bangsa yang kuat sehingga akan memberi dampak positif bagi kehidupan masa depan bangsa.
Tugas mahasiswa sebagai penerus masa depan bangsa adalah mampu mengubah tatanan dan nilai budaya politik, serta ekonomi yang menindas. Mahasiswa sebagai pioneer perubahan dituntut dapat mengubah tatanan dan nilai yang menindas serta berbudaya santun dan memberikan solusi terhadap permasalahan dunia.
Seiring dengan perkembangan zaman, isu dan tantangan yang dihadapi perguruan tinggi muncul silih berganti. Hal itu disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan arus informasi yang semakin global sehingga sudah tidak dapat lagi dibendung .
Melihat realitas, sedikit sekali mahasiswa yang sadar akan tugas mereka bagi bangsa ini. Meskipun banyak mahasiswa yang telah berhasil meraih prestasi akademik, bakat dan minat, namun hal tersebut belum berarti banyak dibanding jumlah mahasiswa secara keseluruhan. Dengan demikian, masih diperlukan usaha keras semua komponen bangsa khususnya perguruan tinggi dalam penanaman nilai kebangsaan demi tercapai kualitas yang lebih baik bagi bangsa dan negara.

Sangat tepat ketika Anis Matta (2006) mengatakan bahwa krisis kepemimpinan nasional saat ini adalah musibah nasional terbesar, yang pernah dialami bangsa kita sepanjang sejarah kemerdekaaan. Ini merupakan suatu potongan sejarah yang disebut masa kekosongan kepemimpinan karena dalam masa ini ada pemimpin yang tidak memimpin. Idealnya menurut Sri Sultan Hamengku Buwono X bahwasannya pemuda harus mengikuti alur sejarah “continuity and change”, maka peran kesejarahan generasi muda sekarang harus melintasi sekaligus tiga zaman: masalalu, masakini dan masadepan dimana ada perpaduan kesadaran historis, kesadaran realistik, dan kesadaran futuristik, seakan membentuk segitiga utuh.
Menjawab berbagai tantangan bangsa Indonesia, Pendidikan Nasional merancang suatu konsep besar yang dikenal dengan Community Based Education (CBE) sebagai pendidikan berkarakter. Community Based Education merupakan konsep pendidikan yang menekankan pada paradigma pendidikan dalam upaya peningkatan partisipasi dan keterlibatan masyarakat, serta pengelolaan pendidikan yang sesuai dengan tuntutan global dan nasional. Dengan adanya pendidikan berbasis masyarakat, maka akan mudah terbentuk pribadi yang memiliki intelektualitas, emosianalitas, terlebih secara spiritualitas sehingga dalam suatu rangkaian yang utuh.
Potensi yang ada dalam diri manusia, yaitu potensi secara IQ (intelegency quation), EQ (Emosional Quation), dan SQ ( Spititual Quation). Tiga dimensi ini laksana segitiga yang mempunyai kesamaan sisi yang mencerminkan keseimbangan kepribadian manusia. Kepincangan antara tiga dimensi tersebut bukan saja merugikan pribadinya, melainkan juga masyarakat sekitarnya.
Dalam peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan, salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mensinergikan ketiga dimensi di atas.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 54 dibahas tentang peran serta masyarakat dalam pendidikan diuraikan dalam ayat-ayat sebagai berikut:
1. Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profisi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam menyelenggarakan dan pengendalian mutu pada satuan pendidikan.
2. Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber pelaksanaan dan pengguna hasil pendidikan.
Demikian pula pendidikan berbasis masyarakat sebagaimana yang tertuang pada pasal 55 berbunyi:
1. Masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan formal dan non formal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan sosial dan budaya untuk kepentingan masyarakat.
2. Penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standard nasional pendidikan.
3. Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber dari penyelenggaraan, masyarakat, pemerintah, pemerintah daerah dan atau sumber lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana dan sumberdaya lain secara adil dan merata dari pemerintah dan atau pemerintah daerah.
Dengan Community Based Education ini, Indonesia diharapkan memiliki rasa kebersamaan dan kepedulian dalam ikut berusaha memecahkan persoalan bangsa dengan segala penyakit sosialnya.

Bangkitlah… Negeriku… Harapan itu masih ada
Berjuanglah bangsaku… Jalan itu masih terbentang

( Bangkitlah Negeriku- Shoutul Harokah)

Referensi:
Ginandjar, Ary. 2005. ESQ Emotional Spiritual Quotient. New Edition. Jakarta: Penerbit Arga.
Aryani, Sekar Ayu, dkk. Sukses di Perguruan tinggi. Yogyakarta: UIN Suka press.
Matta, Anis. 2006. Dari Gerakan ke Negara Sebuah Rekonstruksi Negara Madinah yang Dibangun dari Bahan Dasar Sebuah Gerakan. Jakarta: Fitrah Rabbani.
http://www.bpurwoko.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2007/12/Kebangkitan%20Pemuda.pdf

Lystia Rosmita Rahma (KAMMI UIN)
Jurusan Pendidikan Kimia’09
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta