By : Agus Purnomo (Kadep. KP/kandidat calon Ketua KAMMI UIN SUKA)
Tanggal 21 april diperingati sebagai hari kartini. Atau disebut juga hari emansipasi wanita. Konon hari itu merupakan hari kebangkitan kaum hawa. Bangkit dari penindasan, ketidak adilan dan penistaan menuju sebuah emansipasi wanita. Dan sejarah Indonesia mencatat RA Kartini sebagai penggagasnya.
Namun konsep emansipasi wanita itu belum rampung dan R.A kartini yang pada saat itu masih berusia 25 tahun lebih dulu dipanggil Allah SWT. Akhirnya emansipasi adalah sepotong narasi. Kemudian generasi selanjutnya mencoba melanjutkan gagasan wanita kelahiran jepara 21 april 1879 itu dengan perspektif mereka sendiri. Sehingga hari ini muncul berbagai macam bentuk emansipasi wanita. Malah yang lebih mendominasi adalah emansipasi dalam bentuk femiisme, kesetaraan jender dan westernisasi.
Jika kita melihat sosok wanita justru muncul pertanyaan, beginikah emansipasi yang diajarkan RA. Kartini?. Wanita lebih dikenal karena sosok keindahan tubuhnya bukan pada kepribadian, kecerdasan dan akhlaknya. Ajang miss universe misal, pemilihan wanita sejagat itu lebih mirip ajang eksploitasi keindahan tubuh dari pada kecerdasan otak dan kemuliaan akhlak. Tak ayal jika tidak kita temukan wanita (maaf) yang berparas biasa saja ataupun dari segi relijiusitas ia mengenakan jilbab. Contoh lain adalah budaya negative wanita kota telah merambah kedesa-desa dan daerah pelosok. Ketika sang gadis desa dikritik akan gayanya. Dengan PeDe mereka berucap”ini kan mode, sekarang kan zaman emansipasi”. Disisi lain konsep kesetaraan jender begitu ekstrim. Menuntut semua harus sama antara wanita dan pria dalam segala hal.
Terjadi kesalahan dalam mendefinisikan dan mengejawantahkan nilai emansipasi. Pertama arti emansipasi terserabut dari akar budaya bangsa yang berkepribadian mulia dan religius. Padahal wanita yang hidup pada masa kolonial itu adalah sosok yang relijius. Karyanya yang berjudul “habis gelap terbitlah terang” merupakan inspirasi dari ayat al-quran yang berbunyi “mindzulumati ilannur” (QS.Albaqoroh 257) Kartini muda adalah sosok yang haus ilmu agama dan pencari hidayah. Itulah mengapa ia menulis buku tersebut dan rela bekerja keras menimba ilmu kepada alim ulama. Artinya tidak mungkin apa yang diajarkan pejuang bangsa itu merupakan perpanjangan tangan dari kaum penjajah.
Yang kedua terjadi kesalahan pada wilayah aplikasi. Sosok wanita hari ini adalah sebuah hasil eksplorasi keindahan tubuh. wanita lebih dikenal dan dihargai dari keindahan tubuhnya bukan pada pribadinya yang luhur. seperti yang tervisualisasi dalm media cetak dan media elaktronik Meskipun tidak semua namun begitulah faktanya. RA kartini adalah putri seorang bangsawan yang terhormat dan menikah dengan seorang tokoh terhormat pula. Di sisi lain ia adalah sosok yang mau berbaur dengan rakyat kecil. Jadi tidak mungkin mengajarkan amoral dan hidup parlente.
“wanita itu tercipta dari tulang rusuk adam , bukan dari tulang kepala atau tulang kaki”, tepatlah kata bijak itu menjelaskan posisi kaum hawa. Ia tidak tercipta dari tulang kepala, artinya wanita bukanlah sosok untuk dipuja-puja. Namun ia bukan pula tercipta dari tulang kaki yang diartikan sosok yang mempunyai derajat rendah, layak dizholimi dan dilecehkan. Kata bijak itu mengungkapkan bahwa wanita tercipta dari tulang rusuk. Aritnya ia adalah sosok yang harus dihormati, diperlakukan dengan adil bahkan wanita adalah partner bagi kaum pria.
Secara alamiah memang terdapat perbedaan peran antara kaum adam dan kaum hawa. Ada sebuah pekerjaan yang hanya bisa dilkukan oleh seornag wanita pun sebaliknya. Namun kedewasaan berfikir menjauhkan kita dari sikap cemburu atau merasa diperlaukan tidak adil.oleh karena itu Sudah seharusnya kita meredefinisi emansipasi. Bukan bermaksud untuk memuja apa lagi mendzolimi. Redefinisi dilakukan agar emansipasi kembali pada khitohnya. Outputnya adalah lahirnya sosok wanita yang anggun, cerdas dan juga relijius. Sehingga terjadi pola sinergisitas yang optimal dan terciptalah tatanan social yang seimbang dan berkeadilan.
Salam bangga untuk kaum hawa…
Kehadiranmu
8 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar