Sabtu, 21 Mei 2011

PERGULATAN ANTARA KONSISTENSI DAN PENGHIANATAN

Sabtu sore, 20 Mei 2011. DEMA (dewan Mahasiswa) mengundang beberapa Elemen Gerakan Mahasiswa (EGM) untuk berkumpul membahas persiapan Bimbingan dan Tes (BIMTES) untuk tahun ajaran 2011-2012. BIMTES merupakan agenda tahunan yang diadakan DEMA yang bekerja sama dengan EGM untuk menyambut dan membantu calon mahasiswa baru mendaftar di UIN Sunan Kalijaga. Hadir dalam pertemuan yang bertempat di lantai 1 SC kantor dema tersebut perwakilan dari PMII, KAMMI, HMI MPO, HMI DIPO, IMM, SMI dan GMNI.
Dalam ipertemuan perdana itu membahas tentang dua bahasan. Bahasan pertama tentang tujuan utama pengadaan bimtes dan silaturahim antar EGM. Rapat yang di pimpin oleh president baru DEMA itu membahasa silaturahim dikarenakan adanya kerenggangan komunikasi antar EGM belakang ini. apa lagi setalah kejadian pemilwa yang telah memicu perpechan antar ekstra tersebut. pembahasan yang kedua adalah tentang hal-hal teknis yang berkaitan dengan lokasi stand BIMTES, Fasilitas BIMTES, Pamflet, dan kapan stand yang berukuran 3x2 M itu akan dibuka.
Dalam pembahasan yang dinamis tersebut muncul diskursus yang cukup alaot dan belum menemui titik temu. Dimulai ketika teman-teman dari KAMMI membuka pertanyaan tentang apakah pihak kampus boleh mendirikan stand informasi terkait mahasiswa baru atau tidak. Teman dari KAMMI mempertanyakan hal tersebut karena adanya stand lain akan berimbas pada berkurangnya calon MABA dalam mengakses informasi ketempat-tempat resmi yang disediakan oleh DEMA atas persetujuan pihak Rektorat
Dalam pembahasan ini hampir semua EGM memberikan argumentasinya secara bergiliran. Salah seorang aktifis HMI MPO kanda Alam yang mengusulkan agar tidak ada stand lain dari pihak manapun kecuali dari EGM yang telah ditetapkan. Ia mengatakan bahwa adanya stand dari pihak kampus akan dimanfaatkan oleh organisasi tertentu. Apa yang disampaikan oleh kanda Alam langsung dihujani interupsi dari sahabat-sahabat PMII. Organisasi yang didominasi oleh anak-anak Madura itu membantah apa yang disampaikan kader HMI. Alasannya bahwa Rektorat mempunyai otoritas untuk membuat kebijakan tersendiri. mereka menjelaskan bahwa setiap jurusan mempunyai program yang tidak dimiliki oleh jurusan atau fakultas lain. Seperti pengadaan beasiswa dari fakultas ushuludin yang harus disosialisaikan. Begitu juga dengan program-progran lain yang ada pada setiap fakultas dan prodi. Selain itu DEMA juga tidak mempunyai otoritas untuk mencekal kebijakan yang dikeluarkan oleh rektorat atau fakultas.
Teman-teman KAMMI menambahkan bahwa semua EGM harus kembali pada tujuan awal didakan stand BIMTES tersebut. mereka memaparkan bahwa pengadaan stand adalah ikhlas karena ingin membantu calon MABA dalam ujian masuk ke UIN bukan untuk yang lain. Oleh karenanya agar orientasi tersebut dapat dijaga, gerakan yang lahir pada tahun 98 ini menghimbau setiap EGM agar tidak keluar dari tujuan utama nan mulia tersebut. perkara calon maba akan masuk atau tidak ke EGM tempatnya melaksanakan bimbingan dan tes adalah hak prerogative dari setiap maba dan kita tidak boleh sama sekali memakasanya, jelas mereka sambil memakan sneack yang telah disediakan pihak DEMA.
Oleh karena itu seiring dengan tujuan itu, untuk mengoptimalkan peran stand maka KAMMI mengusulkan agar hanya ada satu jenis stand saja yakni dari EGM-EGM tadi. Karena dianggap sudah cukup memfasiliatasi calon maba untuk memperoleh infornasi. Mengingat setiap kader dari EGM merupakan representasi dari setiap fakultas dan jurusan. Dan tentunya mengetahui seluk belum jurusannya.
Apa yang disampaikan oleh aktifis KAMMI dan HMI memang cukup beralasan, pasalnya jika Rektorat membuka stand informasi tersendiri akan menimbulkan banyak kehawatiran. Salah satunya adalah siapa petugas yang akan menempati dan melayani stand tersebut. jika itu dari pihak dosen dan karyawan tentu tidak terlalu dicemaskan. Namun akan timbul masalah jika penjagaan stand merupakan hasil dari kerjasama antara rektorat dan DEMA. Maka sudah jelas dalam hal ini PMII lah yang akan diuntungkan mengingat mereka adalah kaum dominan dalam pemerintahan DEMA.
Pembahasan pada sore itu belum usai, mengingat waktu adzan sholat maghrib akan segera berkumandang maka rapat dihentikan. Namun pembelajaran yang dapat diambil adalah tentang kejujuran dan keterbukaan antar EGM. Baik KAMMI, IMM, HMI, dan lain-lain, maupun dengan pihak DEMA. Diskursus tentang keikutsertaan stand lain “dari pihak rektorat” bisa jadi sarat berlatar belakang politis. Karena sebenarnya merupakan strategi perekrutan secara terselubung. Dan tentu saja hal ini akan menciderai silaturahim yang coba dibangun pada awal pertemuan. Sangat disayangkan jika kalimat “silaturahmi” tersebut merupakan pepesan kosong dari pihak tertentu.
Gerakan-gerakan yang lahir dari alasan yang sama yakni memperjuangkan keadilan seharusnya menjaga idealitas tersebut. tetap konsisten dan berani melakukan upaya-upaya perlawanan terhadap ketidak adilan. Melawan setiap kecongkakan yang bersarang pada penguasa yang lalim dan dictator. Bukan malah menyebarkan benih perpecahan dengan melakuakan penghianatan terhadap sejarah karena pragmatisme dan ambisi kekuasaan.

Kamis, 19 Mei 2011

Pesona Tarian Tinta

By : Karina Pramitasari (Staff KP )
Manusia diciptakan disertai dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing. Semuanya itu tergantung bagaimana diri menyikapinya. Bagi mereka yang merendahkan diri, menganggap bahwa dirinya mempunyai banyak sekali kekurangan. Tidak bisa menemukan sejatinya kelebihan yang dimiliki. Kehidupannya diwarnai dengan rasa pesimis, tidak bersemangat dalam menjalani hidup dan suka mengeluh. Penuh rasa kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan.
Lain halnya dengan orang yang menyikapi kekurangan sebagai sesuatu yang harus diperbaiki dan sibuk mencari-cari kelebihan apa yang dimilikinya. Mempunyai rasa keingintahuan yang besar, selalu penasaran dengan suatu hal yang baru. Sehingga timbul rasa ingin mencoba dan mencoba. Tidak mudah puas dengan hasil yang didapat. Selalu ada keinginan untuk mengembangkan hasil yang diperoleh. Optimis dan selalu memikirkan perencanaan ke depan.
Terutama dalam hal menggali potensi dan mencari kelebihan yang dimiliki. Harus berani mencoba apa-apa yang berbeda. Walaupun sifatnya menantang. Namun hal itu sangatlah perlu untuk dilakukan. Karena kalu tidak, segala kelebihan yang ada sulit untuk tersalurkan.
Salah satu contohnya adalah menulis. Walaupun terdengar sepele. Namun sebenarnya sangatlah sulit untuk dilakukan. Menulis di sini bukan hanya sembarang menulis. Tetapi menulis yang kaya akan makna, kaya akan nuansa keindahan bahasa, kaya akan nilai kesusastraan yang tinggi. terlebih lagi apabila membawa dampak dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Sungguh suatu kelebihan dan ketrampilan yang sangat mulia.
Dengan sedikit saja goresan tinta yang ditimbulkan, dapat mengubah peradaban yang ada. Salah satu tips agar ilmu tidak mudah hilang adalah dengan cara menuliskannya. Karena dengan menulis dapat mengikat kuat, erat ilmu yang telah diperoleh. Agar tidak mudah lekang dikarenakan orang yang berilmu telah tiada. Bahkan akan selalu abadi walaupun zaman telah berganti beberapa puluh, ratus tahun
Melalui tulisan bisa dijadikan rekaman. Rekaman saksi sejarah. Segala hal yang telah terjadi di masa lampau masih bisa dinikmati dan dipelajari. Itu tidak lain dan tidak bukan adalah sumbangan yang diberikan oleh kebiasaan menulis. Berdasar dari tulisan-tulisan yang masih tersimpan dengan rapi, bisa dijadikan sebagai cerminan akan sejatinya kehidupan manusia. Kehidupan manusia zaman dahulu seperti apa. Dibandingkan dengan kehidupan yang sedang berlangsung ini. Lantas apa saja hal-hal yang dirasa bernilai positif silakan diambil dan dijadikan sebagai bekal untuk menghadapi masa depan. Masa depan yang masih bersifat misteri tentunya.
Sejarah telah membuktikan, bagaimana kemajuan peradaban yang telah dialami oleh manusia zaman dulu. Tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat yang gemar menulis. Apa-apa yang diketahui, ilmu-ilmu pengetahuan yang telah dikuasai tidak sungkan-sungkan untuk ditulis. Bahkan dalam segala situasi maupun kondisi, mereka masih menyempatkan diri untuk menulis. Menyalurkan ide dan gagasan yang muncul. Karena itu merupakan kesempatan yang sangat langka.
Manusia sendiri mempunyai siat dari sekian banyak sifat yang dimiliki yaitu mudah lupa. Maka dari itu diperlukannya kebiasaan untuk gemar menulis. Istilah yang sedang ngetrend di kalangan mahasiswa menyebutnya dengan istilah adat baca. “Mari kita tumbuh kembangkan adat baca di lingkungan kampus ini,”begitulah salah satu apresiasi mahasiswa yang sadar akan betapa berharganya ilmu pengetahuan.
Berawal dari membaca, lantas tidak hanya berhenti begitu saja, tetapi dilanjutkan dengan menulis. Ini salah satu metode yang bisa dilakukan bagi penulis pemula yang ingin lebih menggeluti bidang kepenulisan atau jurnalistik. Terkadang awalnya mereka bingung dengan apa yang mau ditulis. Kendala seperti ini bisa diantisipasi tentunya.
Tidak hanya itu, untuk menumbuhkan ide tau mencari ide banyak hal yang bisa dilakukan. Sumber-sumber ide pun sebenarnya sangat banyak sekali. Tergantung bagaimana caranya untuk menemukan ide tersebut. Bisa diperoleh dengan mengambil dari pengalaman pribadi mapun pengalaman orang lain. Kejadian-kejadian disekitar lingkungan tempat tinggal, isu-isu yang sedang berkembang baik itu dalam skala nasional maupun internasional. Ide yang muncul dari hasil observasi juga sangat menarik. Hal tersebut tergantung dari masing-masing individu.
Setelah berusaha mencari ide, dan akhirnya telah didapat beberapa ide menarik, alangkah baiknya jika ide-ide tersebut ditulis. Jadi setiap pergi kemanapun itu siap sedia alat tulis minimal selembar kertas dan bolpoin agar ide-ide yang bermunculan tidak mudah hilang karena lupa. Semakin banyaknya ide yang ditampung akan semakin menambah variasi apa yang akan ditulis.
Setelah itu hal yang terpenting dalam hal menulis adalah kesungguhan dan keteguhan hati. Dimana kegiatan menulis harus tertancap kuat dalam diri pribadi dan bukti konkretnya adalah adanya keinginan untuk terus berkarya, melahirkan banyak tulisan. Tulisan yang nantinya bisa diterbitkan di media massa, atau dibentuk menjadi sebuah buku.
Menulis itu mudah kok, bagi mereka-mereka yang memiliki semangat dan jiwa-jiwa kepenulisan. Apalagi mereka-mereka yang nota bene tercatat sebagai penulis muda alias pemuda yang gemar menulis. Masih banyak kesempatan, jalan masih terbentang lebar dan luas. Kesempatan untuk terus mengupgrade diri sangatlah banyak. Maka dari itu teruslah berkarya. Selalu merefresh semangat untuk terus menulis.
Tidak ada salahnya jika sering bergaul dengan para penulis handal. Atau bergabung dengan perkumpulan penulis. Dimana bisa saling menguatkan satu sama lain. Dan saling berbagi info, tips bagaimana usaha yang dilakukan untuk terus menulis. Dengan begitu, dunia pendidikan di negeri tercinta ini akan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Itu semua berawal dari menulis.

Rabu, 18 Mei 2011

Kader da’wah Harus Mampu Berkonspirasi

Kita sudah banyak mendengar tentang bagaimana gerakan konspirasi yahudi bekerja. Atau setidaknya mengetahui bahwa yahudi melakukan konspirasi melalui gerakan zionis internasional. Sebuah gerakan raksasa yang kekuatannya mencengkram hampir disetiap Negara di dunia tak terkecuali Indonesia. Umat islam menyebut Konspirasi ini sebgai bentuk perang pemikiran (ghozwul Fikri).
Secara sederhana kita dapat mengetahui peredaan antara ghozwul fikri dan qital (perang fisik). Dalam perang fisik bahan bakar utamanya adalah fisik yang kuat dan senjata yang ampuh, semisal pedang, tombak, belati dan perisai. Ia lebih membutuhkan kerja otot dari pada kerja otak. Namun berbeda dengan perang pemikiran, ia tidak begitu banyak meyedot kerja otot dan kebutuhan akan senjata, ia lebih menyerap kemampuan otak atau daya fikir dalam merebut kemenangan.
Jenis perang yang kedua ini lebih membahayakan dan lebih menimbulkan efek yang luar biasa besar dari pada perang fisik. Dan jenis perang inilah yang digunakan oleh Negara-negara besar yakni ameriaka dan Israel. Dalam definisi yang disebut perang pemikiran itu mereka memainkan media, mengarahkan opini, menyebarkan propaganda, mengatur pola berfikir manusia, bermain dalam konflik, mengatur Negara-negara lain dan menyeting masa depan sesui dengan apa yang mereka kehendaki. Dengan cara itu mereka mampu mengusai dunia hingga saat ini.
Kemudian kita yang memproklamirkan diri sebagai penegak kebenaran dan pemusnah kebatilan sudah seharusnya melakukan hal yang sama. atau melakukan “apa yang dilakuakan yahudi”, dan ini adalah tuntutan jika seorang muslim ingin bertahan dan menyerang keangkuhan kedua kaum barbar-barbar tersebut.
Hal tersebut harus dimulai dari perubahan cara berfikir kita. Jika sejak dulu kita berfikir bagaimana gerakan da’wah bisa tetap eksis maka sekarang kita harus berfikir bagaimana gerakan da’wah mampu berkontribusi. Jika dahulu kita berfikir bagaimana menyeting sebuah acara atau kepanitiaan maka sekarang kita harus berfikir bagaimana mengatur pola berfikir, opini, dan keberpihakan masyarakat terhadap da’wah. Jika dulu kita berfikir bagaimana kantong-kantong keuangan kita tercukupi maka hari ini kita harus berfikir bagaimana kantong-kantong keuangan kita melimpah dan mempu memproduksi kerja-kerja da’wah dalam skala global. dan secara umum kita harus mengembangkan kemampuan berfikir dari yang bersifat depensive (bertahan) menuju ekspansive (berkembang).
Kemudian setelah kita memahami akan hal ini, maka kita akan menularkan paradigama berfikir ini kepada semua pekerja da’wah. Kepada mereka yang berada di kota dan di desa, di sekolah dan di kantor, dan di dalam negeri maupun diluar negeri. Sehingga meskipun mereka melakukan kerja-kerja kecil dan mungkin dianggap sepele namun sebenarnya para pewaris peradaban itu mempunyai kerangkan berfikir yang sistematis dan tujuan yang jelas.
Itulah kerja da’wah yang sebearnya, bukan hanya mampu menggerakkan mesin tetapi juga mampu menggerakkan orang-orang cerdas. Kemudian bekerja sama dalam sebuah gerakan internasional. Membuat kebijakan yang mempunyai bargaining position dimata dunia. Hanya dengan itulah insyaAllah kemuliaan Islam kembali menetap dibumi.
18 Mei 2011-05-18
00.11

Jumat, 22 April 2011

REDEFINISI EMANSIPASI

By : Agus Purnomo (Kadep. KP/kandidat calon Ketua KAMMI UIN SUKA)

Tanggal 21 april diperingati sebagai hari kartini. Atau disebut juga hari emansipasi wanita. Konon hari itu merupakan hari kebangkitan kaum hawa. Bangkit dari penindasan, ketidak adilan dan penistaan menuju sebuah emansipasi wanita. Dan sejarah Indonesia mencatat RA Kartini sebagai penggagasnya.
Namun konsep emansipasi wanita itu belum rampung dan R.A kartini yang pada saat itu masih berusia 25 tahun lebih dulu dipanggil Allah SWT. Akhirnya emansipasi adalah sepotong narasi. Kemudian generasi selanjutnya mencoba melanjutkan gagasan wanita kelahiran jepara 21 april 1879 itu dengan perspektif mereka sendiri. Sehingga hari ini muncul berbagai macam bentuk emansipasi wanita. Malah yang lebih mendominasi adalah emansipasi dalam bentuk femiisme, kesetaraan jender dan westernisasi.
Jika kita melihat sosok wanita justru muncul pertanyaan, beginikah emansipasi yang diajarkan RA. Kartini?. Wanita lebih dikenal karena sosok keindahan tubuhnya bukan pada kepribadian, kecerdasan dan akhlaknya. Ajang miss universe misal, pemilihan wanita sejagat itu lebih mirip ajang eksploitasi keindahan tubuh dari pada kecerdasan otak dan kemuliaan akhlak. Tak ayal jika tidak kita temukan wanita (maaf) yang berparas biasa saja ataupun dari segi relijiusitas ia mengenakan jilbab. Contoh lain adalah budaya negative wanita kota telah merambah kedesa-desa dan daerah pelosok. Ketika sang gadis desa dikritik akan gayanya. Dengan PeDe mereka berucap”ini kan mode, sekarang kan zaman emansipasi”. Disisi lain konsep kesetaraan jender begitu ekstrim. Menuntut semua harus sama antara wanita dan pria dalam segala hal.
Terjadi kesalahan dalam mendefinisikan dan mengejawantahkan nilai emansipasi. Pertama arti emansipasi terserabut dari akar budaya bangsa yang berkepribadian mulia dan religius. Padahal wanita yang hidup pada masa kolonial itu adalah sosok yang relijius. Karyanya yang berjudul “habis gelap terbitlah terang” merupakan inspirasi dari ayat al-quran yang berbunyi “mindzulumati ilannur” (QS.Albaqoroh 257) Kartini muda adalah sosok yang haus ilmu agama dan pencari hidayah. Itulah mengapa ia menulis buku tersebut dan rela bekerja keras menimba ilmu kepada alim ulama. Artinya tidak mungkin apa yang diajarkan pejuang bangsa itu merupakan perpanjangan tangan dari kaum penjajah.
Yang kedua terjadi kesalahan pada wilayah aplikasi. Sosok wanita hari ini adalah sebuah hasil eksplorasi keindahan tubuh. wanita lebih dikenal dan dihargai dari keindahan tubuhnya bukan pada pribadinya yang luhur. seperti yang tervisualisasi dalm media cetak dan media elaktronik Meskipun tidak semua namun begitulah faktanya. RA kartini adalah putri seorang bangsawan yang terhormat dan menikah dengan seorang tokoh terhormat pula. Di sisi lain ia adalah sosok yang mau berbaur dengan rakyat kecil. Jadi tidak mungkin mengajarkan amoral dan hidup parlente.
“wanita itu tercipta dari tulang rusuk adam , bukan dari tulang kepala atau tulang kaki”, tepatlah kata bijak itu menjelaskan posisi kaum hawa. Ia tidak tercipta dari tulang kepala, artinya wanita bukanlah sosok untuk dipuja-puja. Namun ia bukan pula tercipta dari tulang kaki yang diartikan sosok yang mempunyai derajat rendah, layak dizholimi dan dilecehkan. Kata bijak itu mengungkapkan bahwa wanita tercipta dari tulang rusuk. Aritnya ia adalah sosok yang harus dihormati, diperlakukan dengan adil bahkan wanita adalah partner bagi kaum pria.
Secara alamiah memang terdapat perbedaan peran antara kaum adam dan kaum hawa. Ada sebuah pekerjaan yang hanya bisa dilkukan oleh seornag wanita pun sebaliknya. Namun kedewasaan berfikir menjauhkan kita dari sikap cemburu atau merasa diperlaukan tidak adil.oleh karena itu Sudah seharusnya kita meredefinisi emansipasi. Bukan bermaksud untuk memuja apa lagi mendzolimi. Redefinisi dilakukan agar emansipasi kembali pada khitohnya. Outputnya adalah lahirnya sosok wanita yang anggun, cerdas dan juga relijius. Sehingga terjadi pola sinergisitas yang optimal dan terciptalah tatanan social yang seimbang dan berkeadilan.
Salam bangga untuk kaum hawa…

SPECIAL Moments….

By : Karina Pramitasari (Staff KP KAMMI UIN SUKA)

Tanggal 21 April, nampaknya ada sesuatu yang tersembunyi. Sesuatu yang sangat istimewa ketika mengingatnya. Mengingat kira-kira ada moment special apa yang terjadi bertepatan dengan tangal 21 April. Memang tidak salah jika tanggal 21 April menjadi hari yang sacral khususnya bagi kaum hawa, perempuan. Mengapa tidak, karena di tanggal tersebut lahirlah sesosok pejuang perempuan tangguh, gigih, dengan semangat membaja memperjuangkan nasib perempuan.
Berawal dari keprihatinannya melihat nasib perempuan pada zamannya. Sungguh sangat menderita. Adanya pembatasan ruang gerak bagi perempuan. Perampasan hak-hak asasi yang seharusnya bisa kaum hawa dapatkan. Lantas dengan semangat berkobar-kobar dan daya intelektualitas tinggi beliau terus mengadakan perubahan di ruang lingkup yang digeluti perempuan. Maka dari itu tidak hanya sekadar memperingati hari Kartini saja, tetapi berusaha untuk merefleksikan nilai-nilai positif yang terkandung ke dalam kehidupan sekarang.
Alhamdulillah, sekumpulan akhwat KAMMI berinisiatif menyelenggarakan agenda lain dari pada yang lain, tidak seperti agenda-agenda biasanya. Agenda itu adalah”Muslimah Discussion”. Muslimah Discussion perdana ini mengambil tema,”Pergeseran Fitrah Wanita di Era Modernisasi”. Dimana pada intinya mempertanyakan eksistensi fitrah wanita yang mengalami pergeseran dari tempatnya. Tetapi apakah benar fitrah wanita mengalami pergeseran?
Jawabannya adalah TIDAK…!!!Karena fitrah wanita itu sejak dahulu adalah tetap, mutlak alias tidak bisa mengalami perubahan. Hamil, melahirkan dan menyusui adalah sebagian kecil dari fitrah wanita yang tidak bisa diubah-ubah. Justru yang mengalami perubahan adalah kondisi sosialnya. Kondisi sosial yang memaksa kaum hawa untuk melakukan tindakan-tindakan di luar kodrat wanita. Maka dibutuhkan usaha-usaha untuk menjaga fitrah perempuan.
Yaitu dengan meningkatkan semangat belajar. Caranya membudayakan adat baca di tengah-tengah kaum hawa. Sehingga pemikiran-pemikiran kaum hawa tidak akan kalah keren dengan pemikiran yang dimiliki oleh kaum adam. Karena itulah yang dilakukan oleh kaum Adam. Mereka mempunyai daya analisis tinggi lantas menghasilkan konsepan-konsepan yang berkualitas. Maka dari itu kaum hawa jangan mau kalah bersaing dengan kaum adam. Walaupun pada sector-sektor tertentu tidak bisa menggugat satu sama lain.
Acara perdana diskusi akhwat perdana yang difasilitatori oleh Mbak Meichi sungguh sangat menarik. Ditambah lagi beliau mau berbagi pengalaman-pengalaman seru, tentang pertemuannya dengan Ibu Siti Fadilah Supari, seorang wanita hebat menjabat sebagai menteri kesehatan. Sungguh antusias para peserta sangatlah tinggi. Oleh sebab itu diperlukan adanya follow up lebih lanjut untuk menindaklanjuti agenda tersebut.
Dimana kegiatan tersebut sangat membawa dampak positif bagi kemajuan dan perubahan paradigma kaum hawa. Sekaligus untuk mengasah kemampuan kaum hawa untuk pandai berdialektika.

Maskam UIN, 21 April 2011
16.00 WIB

NASIB PENDIDIKAN TIDKA BOLEH DILUPAKAN

By: Agus Purnomo (Kadep. KP/Calon Ketua KAMMI UIN SUKA)

Tanggal 18-21 april Pelajar SMA/MA sederajat menjalankan prosesi ujian nasional (UN). Setelah tiga tahun ditempa dengan mata pelajaran yang dibelajarkan. Di tiga hari ini mereka akan berperang. Apakah keluar dengan nilai yang memuaskan atau malah berada dibawah standar. Konsekwensinya sudah jelas ketika memperoleh nilai di bawah standar yang telah ditentukan maka dianggap tidak Lulus sekolah.
Tradisi ujian nasional memang sudah berjalan bertahun-tahun. Ia bagaikan momok bagi setiap pelajar. Oleh karena itu mereka berjuang mati-matian agar mendapatkan nilai diatas nilai standar yang telah ditentukan. meskipun hanya berada di atas 0,1 saja di atas nilai standar. Akhirnya Berbagai macam cara pun ditempuh. Mulai dari penambahan jam belajar oleh pihak sekolah, mengadakan jadwal khusus yang membahas mata pelajaran ujikan dan lain-lain. Untuk menghilangkan ketakutan akan ketidak lulusan, banyak orang tua siswa yang rela merogoh koceknya dalam-dalam untuk memasukkan sang buah hati ke lembaga bimbel bonafit.
Belakangan ini ujian nasional menuai pro kontra. Terjadi dialektika akademis yang panjang dari para pakar pendidikan. Apakah ujian nasional harus dilanjutkan atau tidak. Sebagian menilai bahwa ujian nasional hanya menunjukkan hasil kognitif pelajar saja. Sementara aspek afektif dan psikomotorik tidak terwakili. Selain itu ujian nasional dinilai terlalu sempit untuk menjadi acuan berhasil atau tidaknya siswa dalam belajar selama tiga tahun. Ada juga yang berpendapat bahwa ujian nasional tetap harus dilaksanakan namun bukan menjadi penentu lulus tidaknya seorang siswa.
Kalangan yang menyepakati ujian nasional juga dilandasi argument yang kuat. mereka berpendapat bahwa ujian nasional adalah cara mengetahui kemampuan siswa secara objektif. Karena jika ada aspek lain yang dinilai melalui penilaian guru akan timbul permasalahan baru yang lain. Dan yang peling rentan adalah tindakan korupsi kolusi dan nepotisme (KKN). Bisa saja pihak sekolah harus meluluskan seorang siswa karena ia merupakan anak kepala sekolah, anak pejabat atau mungkin anak president. Karena dianggap aib apabila sang anak tidak lulus sekolah dan dikatakan bodoh. Maka akhirnya permainan uang sarat terjadi. Dan yang menjadi korban jelas adalah siswa yang perekonomiannya pas-pasan. Selain itu banyaknya siswa yang tidak lulus akan mempengaruhi citra dari sekolah tersebut. sehingga mau tidak mau pihak sekolah harus meluluskan anak didiknya sebanyak mungkin.
Terlepas dari pihak pro dan kontra, kondisi Negara hari ini adalah hasil dari kualitas SDM kita. Sudah ribuan sarjana yang lulus tiap tahunnya. Dan yang menempati setiap jabatan dalam pemerintahan adalah kebanyakan dari kalangan yang pernah mengenyang pendidikan. pernah melewati ujian nasional, pernah diajarkan kesusilaan, kejujuran dan agama. Namun siswa yang bercita-cita ingin berguna bagi nusa dan bangsa itu kini malah menjadi seorang koruptor, tidur saat siding DPR dan tidak aspiratif. Bahkan lulusan-lulusan sekolah bergengsi itu tidak mampu mengeluarkan bangsa dari kubangan penderitaan.
Mutu pendidikan berkaitan erat dengan maju mundurnya suatu bangsa. Menghasilkan lulusan yang bermutu adalah keinginan semua pihak. Karena merekalah yang dikemudian hari akan menjadi penerus bangsa ini. Sudah sewajarnya apabila ingin menghasilkan tokoh besar harus dimulai dari proses pembibitan yang baik. Benih-benih itu harus dipersiapkan sejak dini.
Dalam perjalanannya “embrio bangsa” itu juga harus dijaga dari virus-virus laten di Negara kita. Menjaga mereka dari sikap koruptif, seperti perbuatan mencontek. Menjaganya dari sikap tidak bertanggung jawab. Mengajarkan mereka tentang kepedulian, kebersamaan, patriotisme berbuat adil dan yang terpenting adalah mengajarkan mereka tentang nilai-nilai religiusitas. Sehingga lulusan yang bermutu itu tidak hanya dibuktikan dari angka-angka saja tetapi juga dari sikap dan kepribadiannya.
Kualitas pendidikan harus menjadi perhatian kita semua. Menjadi perhatian wali murid, pihak sekolah dan pemerintah. Pendidikan harus menjadi tema utama dalam meningkatkan kemajuan Negara kita. Pemerintah khususnya DPR harus benar-benar memikirkan hal ini. Mencurahkan segala kemampuannya dalam menghasilkan lulusan yang kompetitif dan konfrehensif. Pembicaraan ini melebihi pembicaraan tentang gedung baru DPR, kenaikan gaji apalagi fasilitas mewah.

Kamis, 14 April 2011

Kontroversi Pembangunan Gedung MPR/DPR RI

By : Karina Pramitasari (Staff KP KAMMI UIN SUKA Yogya)

Akhir-akhir ini tersiar kabar mengenai akan direnovasinya gedung MPR/DPR RI di Jakarta. Gedung tersebut apabila dilihat dari luar masih nampak begitu mewah dan megah. Lantas apanya yang akan direnovasi???Fasilitas yang ada di dalamnya kali!!!!Mungkin….Tetapi bukannya sudah dari dulu gedung atau fasilitas yang diberikan khusus kepada para anggota dewan terkesan mewah.
Berarti segala fasilitas yang ada dan selama ini mereka rasakan masih kurang. Ini bisa menjadi salah satu indikasi dari kerakusan dan ketamakan mereka. Alih-alih menjadikan alasan dengan adanya pembangunan gedung MPR/DPR baru dapat meningkatkan kualitas kinerja mereka. Alasan yang sudah basi. Terus terang saja mumpung lagi ada kesempatan. Jarang-jarang kan orang yang bisa duduk di kursi pemerintahan MPR/DPR RI. Bisa merasakan bagaimana nyamannya tidur di ruang sidang yang notabene ber-AC ditambah lagi kursi yang empuk.
Toh mereka selama menjabat tidak memikirkan bagaimana caranya mensejahterakan rakyat. Malah memikirkan bagaimana caranya mengembalikan uang mereka yang telah habis terpakai saat bursa pencalonannya dulu. Tidak heran istilah “si perut buncit, berjas dan berdasi banyak bermunculan di sekitar gedung.
Pantas saja jika rasa ketidakpuasan tersebut lantas mendorong munculnya keinginan dari anggota dewan untuk mengadakan praktik korupsi. Seribu satu upaya telah pemerintah lakukan untuk mengurangi tindakan yang amat sangat keji tersebut. Salah satu caranya ialah dengan merenovasi gedung MPR/DPR RI. Bahasa umumnya meningkatkan kesejahteraan anggota dewan (lho…bukannya terbalik???? Seharusnya anggota dewanlah yang mensejahterakan, bukannya malah semakin disejahterakan) Tetapi apa kenyataannya???
Begitulah kondisi anggota dewan MPR/DPR RI kita. Walaupun tidak semuanya seperti itu. Hal tersebut sudah menunjukkan betapa bobroknya moral pemimpin kita. Secara logika sungguh tidak masuk akal jika dalam kondisi perekonomian negara yang seperti ini, krisis berkepanjangan dan melanda berbagai sektor kehidupan masih sempat-sempatnya memikirkan kebutuhannya sendiri.
Alangkah lebih bersahajanya jika anggaran yang pada awalnya akan digunakan untuk merenovasi gedung dialihkan untuk memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan . Sarana dan prasarana pendidikan masih sangat kurang, khususnya gedung sekolah. Dibeberapa daerah terpencil ditemukan banyaknya gedung-gedung sekolah yang rusak parah sehingga tidak bisa dipakai untuk menimba ilmu. Ada juga yang sampai roboh. Dengan terpaksa kegiatan pembelajaran yang seharusnya berada di dalam ruangan agar dibuat senyaman mungkin dialihkan ke tempat lain atau bahkan ada yang beratapkan langit.
Tidak hanya gedung sekolah saja. Hal yang biasanya luput dari pandangan adalah bagaimana kondisi tempat tinggal sebagian besar warga negara RI. Sudah teruji kelayakannya atau belum. Terlebih mereka-mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan. Fenomena-fenomena semacam ini dengan mudahnya bisa dilihat di perkampungan kumuh bantaran sungai, rumah-rumah di bawah jembatan dll. Bahkan ada yang diantara mereka tidak mempunyai tempat tinggal.
Sungguh sangat ironis sekali. Pemandangan semacam itu seharusnya dapat membuka mata hati para anggota dewan yang terhormat untuk lebih mengutamakan perut warganya daripada perut pribadi yang nampaknya semakin membuncit saja. Layaknya sebuah balon, yang apabila ditusuk jarum pasti akan meletus.
10 April 2011

Senin, 11 April 2011

FASILITAS KAMPUS BUKAN UNTUK MAHASISWA?

Infratruktur kampus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta kian megah. Mulai dari fasilitas dalam dan luar ruangan. Misal untuk fasilitas di semua ruang perkuliahan tersedia LCD dan AC. Belum lagi fasilitas di luar ruang perkuliahan. Kita akan mendapati berbagai macam fasilitas mewah seperti masjid dengan arsitektur modern, GOR (gelanggang olah raga), sampai gedung Multy Purpose yang kerap digunakan untuk acara pernikahan ketimbang seminar keilmuan.
Namun sayangnya bangunan-bangunan yang menghabiskan dana besar itu tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan. Tidak ada evaluasi dan perbaikan kurikulun dalam rangka meningkatkan kepahaman mahasiswa. Sehingga yang real terjadi dalam perkuliahan adalah kegiatan pengisian presensi. Usaha meningkatkan minat baca mahasiswa dengan melengkapi koleksi buku-buku di perpustakaan pun nihil. Hanya ada buku-buku usang yang berjejer di etalase perpustakaan fakultas maupun universitas.
Bangunan-bangunan di kampus Islam ini cenderung hanya berupa pemenuhan kebutuhan sekunder bahkan tersier. Taman, pagar, bunga-bunga dan lain-lain, tidak lebih dari sekedar pemoles wajah infrastruktur kampus yang mempunyai tujuh fakultas ini agar terlihat cantik. Dengan tujuan yakni meningkatkan harga jual UIN dalam konteks bisnis. Bahkan yang lebih ironis lagi, infrastruktur yang ada malah mempersulit mahasiswa untuk berkreasi dan berkembang. Penguncian ruangan kelas usai dosen mengajar adalah tindakan pengusiran terhadap mahasiswa. Takut kehilangan kursi, LCD atau AC menjadi alasan dikuncinya ruangan. Pihak kampus lebih takut kehilangan properti dari pada keilmuan , semangat belajar dan impian mahasiswa. Di sisi lain Jeruji besi yang memagari setiap gedung seolah menendang keluar mahasiswa dari sekedar menumpang belajar disana. Seperti pagar yang terdapat pada gedung multy purpese, masjid, poliklinik dan lain-lain. Akibatnya mahasiswa kehilangan ruang untuk berkreasi, diskusi dan mengkaji. Selesai sudah prosesi pengusiran, setelah diusir dari ruang kelas mahasiswa diusir dari ruang universitas.
Tampaknya eksistensi kampus sebagai wadah belajar mengalami pergeseran makna. Sekarang kampus sudah menjadi lahan bisnis. Hal ini semakin terbukti dengan adanya tarif yang semakin mahal ketika hendak meminjam fasilitas kampus. Tidak peduli dengan alasan apapun dan siapapun yang meminjam, termasuk mahasiswa itu sendiri. Jadi yang ada bukan bahasa siapa dan untuk apa meminjam, tapi bahasanya adalah koe wani mbayar piro cah arep njeleh??
Ali Sofyan (Veteran kammi 09-10)
Fakultas syariah, Jurusan muamalat 2007

Jumat, 25 Februari 2011

Penarikkan Pajak Bagi Film Impor Perlu Ditinjau Ulang

By Karina Pramitasari (Staff KP)

Indonesia, tanpa adaanya pajak seperti halnya sayur tanpa garam. Memang pajak sudah menjadi salah satu penunjang kekuatan perekonomian di sebuah negara. Tetapi permasalahannya di sini adalah apakah pajak yang terkumpul nantinya akan dapat dimanfaatkan sesuai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai.
Sah-sah saja jika pemerintah memberlakukan pajak bagi film impor. Karena beberapa keuntungan yang dapat diperoleh apabila pajak tersebut berhasil di implementasikan. Diantaranya akan menambah anggaran pendapatan Indonesia. Asal tahu saja dengan banyaknya film impor yang masuk ke Indonesia maka akan semakin banyak pula keuntungan secara finansial yang akan diperoleh.
Selain itu Indonesia apabila dipandang sebagai lahan subur untuk pendistribusian film impor. Apabila dilihat anemo masyarakat akan film luar negeri sangatlah tinggi dibandingkan dengan film domestik. Maka tidak ada salahnya jika para produsen film luar berlomba-lomba untuk menawarkan daan memasarkan hasil karya mereka.
Dilihat dari sisi lain, bahwasannya pemberlakuan pajak tersebut juga untuk memberi ruang gerak bagi dunia perfilman domestik untuk bergeliat. Mungkin salah satu alasan mengapa perfilman dalam negeri mengalami kelesuan dikarenakan kalah bersaing dengan perffilman luar negeri apabila dilihat dari salaah satu sisinya yaitu dari segi teknologi. Namun dari segi kualitas jangan menganggap remah film domestik. Banyak film domestik yang telah menunjukkan kebolehannya dalam kancah dunia internasional.
Dengan beberapa keuntungan dan sisi positif yang akan diperoleh, tidak mengapa pemberlakuan pajak itu dilaksanakan. Yang menjadi masalah di sini adalah jika pajak yang telah terkumpul disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Wajar apabila ada sebagaian orang yang mengkhawatirkan tentang hal ini.
Buktinya ada pegawai pajak yang secara-jelas-jelas masuk bui dikarenakan tersandung kasus korupsi. Korupsi dari hasil pajak yang telah banyak terkumpul. Tentu dengan nominal yang tidak sedikit. Lumrah mereka melakukan korupsi dikarenakan silau dengan tumpukan pajak. Tumpukan pajak yang terlalu banyak dan tidak segera diimbangi dengan penyaluran pajak itu sendiri. Padahal pemungutan pajak seharusnya dimanifestasikan untuk kesejahtaraaan masyarakat juga.
Seolah-olah kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah di dalam mengolah dan menyalurkan uang rakyat sedikit demi sedikit terkikis habis. Jadi apa gunanya membayar pajak jika pajak yang terkumpul tidak disalurkan sebagaimana mestinya. Percuma sebuah slogan yang sering didengung-dengungkan,”Hari gini gak bayar pajak, apa kata dunia”,dimana slogan tersebut sebuah sindiran bagi mereka-mereka yang tidak mau membayar pajak. Akan lebih tepat lagi jika slogan tersebut diganti menjadi,”Hari gini masih korupsi pajak, apa kata dunia.”Jelas slogan tersebut bukan hanya sebagai sindiran tetapi juga sebagai pernyataan protes masyarakat kepada para pegawai pajak yang bermuka tebal itu.
Maka dari itu sah-sah saja jika banyak masyarakat yang masih ngeyel tidak mau membayar pajak. Buat apa membayar pajak apabila ujung-ujungnya nanti malah dikorupsi. Padahal apabila kepercayaan suatu masyarakat terhadap pemerintah telah hilang sangat sulit untuk mengembalikannya. Bisa-bisa terjadi kudeta besar-besaran seperti yang terjadi di negara-negara Timur Tengah akhir-akhir ini. Ini bisa menjadi pertimbangan, PR dan bahan evaluasi bagi pemerintah apabila penarikkan pajak terhadap film impor menjadi maksimal, efektif dan efisien. Tidak hanya pajak bagi perfilman luar negeri saja tetapi juga bagi seluruh pemberlakuan pajak.

Kamis, 24 Februari 2011

IDE DAN KARAKTER SEORANG PAHLAWAN

By : Agus Purnama (Kadep KP)

Sejarah peradaban adalah hasil dari ide besar para pahlawan. Ide besarnya itu mampu mengubah realita yang gelap menuju peradaban yang gemilang. Dengan ide besarnya ia bertahan hidup dan karena ide besarnya meraka tetap hidup. Dan akhirnya narasinya tentang masa depan membuat namanya kekal dan harum di mata dunia.
Selain ide besar para pahlawan mempunyai karakter yang kuat dan khas. Dengan karakternya itu ia disegani, dikagumi dan diteladani oleh mayarkat. Karakter tersebut hadir dalam setiap tindakan, ucapan bahkan diamnya.
Dalam sejarah peradan islam kita mengenal banyak tokoh yang sangat popular. Seperti Khulafaurrashidin, muawiyah, sholahudin al-ayubi dan ulama-ulama kontemporer seperi ibnu taimiyah, Muhammad abduh hasan al-banna dan sayyid kutb. Meraka adalah tokoh yang mempunyai karakter atau kepribadian yang kuat. Misal Umar Bin Khattab RA. Khalifah kedua itu mempunyai sifat sebagai muslim negarawan yang keras dan tegas. Berbeda dengan Usman bin affan yang pemalu atau Ali bin abi thalib yang “easy going”. Rakyat pada waktu itu memahami benar karakter Umar bahkan mereka kagum dengan kebeaniannya dalam mengambil keputusan.
Di sisi lain kita juga mengenal tokoh dunia dan tokoh nasional yang cukup memukau dalam kepemimpinannya. Seperti John F kenedy, saddam Husain, barak obama, atau bahkan soekarno dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Terlepas dari sikap mereka terhadap islam tapi yang jelas mereka mempunyai kepribadian yang unik dan berbeda.
Namun karakter tidak menjadi penghalang bagi mereka dalam meraih kesempurnaan. Mereka mengnal betul kepribadiannya. Dan karena kepahamannya itu para pahlawan justru menggunakannya menuju peradaban yang di inginkan. Oleh karena itu ide besar dan karakter kuat harus ada pada diri seorang pemimpin. Dua criteria tersebut seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.