By: Zaimatul Amna
Benar kata slogan salah satu instansi. “Menyelesaikan masalah tanpa masalah”. Kata-kata penuh inspiirasi yang bisa kita jadikan pegangan dalam hidup.
Dalam mengarungi hidup berbagai cobaan pasti akan selalu mengiringi. Layaknya munculnya hangatnya bumi pasti karena ada mentari. Selalu berjalan beriringan… Hidup hanya berputar. Hidup tak ubahnya seperti roda. Bukan roda yang berbentuk ban kemudian kempes dan tidah bisa berjalan dan hilanglah fungsi dari ban tersebut. Namun roda yang kian berputar karena tidak ada sisi penghalang. Terus, dan terus hingga fungsi dari ban (roda) tersebut betul-betul tercipta.
Dalam hidup sedih, gembira, susah dan senang datang silih berganti. Sedikit sakit dan nantinya sembuh dan setiap ssesuatu pasti berkebalikan. Karena Allah menciptakan segala sesuatu ada pasangannya. Dikala senang yang terlalu menghegemoni maka ingatlah bahwa ketika sebentar lagi kesedihan akan datang. Dan ingatlah bahwa jika merasa sedih maka tenanglah karena sesungguhnya ada signal (tanda) bahwa sebentar lagi kebahagiaan akan datang. Hanya begitu… Namun bagaimana cara mengubah keadaan yang begitu-begitu saja menjadi hidup yang penuh kejutan ?
Banyak manusia menganggap apa yang dilakoni ini hanya diibaratkan sebagai film yang tak ubahnya sudah diset sehingga tidak ada lagi kesempatan kita untuk mengubah takdir. Yang muncul kemudian adalah hidup yang semau gue, dan berjalan tanpa visi dan misi. Namun ironinya apa yang menimpa kita pada kehidupan selanjutnya ketika tidak sesuai dengan harapan kita banyak mengeluh. Seolah–olah menyalahkan keadaan. Padahal dibalik semua itu ada sosok pengatur dan pengendali kehidupan. Ketika panas berkunjung kita merasakan seolah-olah panas yang menjadi musuh kita yang sesegera mungkin untuk kita singkirkan. Ketika hujan menjumpai kita, justru kitalah yang merasakan manusia yang bernasib jelek dan menyalahkan hujan datang. Kita tidak mengetahui seberapa banyak petani yang mengharapkan tetes air sebagai perantara tumbuh tanaman yang ada di sawah dan ladang. Kita banyak berpikir untuk satu badan saja tanpa mau memikirkan ‘badan-badan’ milik orang lain. Dan sering kali memaknai segala sesuatu secara negatif (negatif feeling) sehingga tanpa sadar kehidupan yang seharusnya berjalan secara damai dan indah kini membuat dampak yang tidak terlalu baik.
Keluh kesah hanya akan memunculkan dampak yang meluas. Ketika suatu saat kita mengeluhkan sesuatu bisa jadi memunculkan keluh kesah dalam hal lain sehingga sering kita merasakan pekerjaan berat untuk dilakukan karena kita berpikir pragmatis tidak akan ada manfaatnya.
Disamping itu keluhan kita bisa memunculkan pikiran negatif (negative thingking) pada orang lain. Orang lain yang seharusnya bisa memandang dunia dan suatu perihal secara luas terkadang terbatasi dengan “statemen kematian” yang kita lontarkan. Sehingga kemudian yang muncul adalah rasa enggan dalam memunculkan ide cemerlang dan motivasi dalam ber’amal.
Ikhwah wa akhowati fillah…
Tentu tidak akan merasa nyaman jika kita terus menerus dibelenggu Si Keluh yang tidak memberikan sedikitpun manfaat kepada kita. Bahkan akan sangat terhina jika sebagai generasi muslim kita memiliki status sebagai budak si keluh yang selalu mengintimidasi agar kita berperilaku nurut dan selalu ‘sami’na wa atho’na’. Padahal dibalik itu semua ternyata ia hanya menimbulkan banyak madhorot dan menyita energi yang ada dalam diri manusia.
Mari bersama basmi Si Keluh !!!
-ZA-
0 komentar:
Posting Komentar