Rabu, 19 Januari 2011

Islamfobia

Haitami F El_Alaby (Staff KP KAMMI)
~This is Special for someone~

Fobia adalah kondisi kejiawaan seseorang yang terganggu akibat mengalami ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh sesuatu ataupun keadaaan. Secara psikologi, fobia ini menyerang mental seseorang sehingga dia merasakan ketakukan yang berlebihan akan sesuatu, sehingga orang yang mengalaminya akan tenggelam dalam perasaan tersebut dan nantinya akan merusak mentalnya.
Lalu bagaimana dengan Islamfobia? Sekarang mari kita flashback dari beberapa kejadian yang telah lalu, yakni perang persaudaraan yang luarbiasa antara Negara Irak dan Iran yang menewaskan banyak korban. Bagaimana pula peperangan antara pasukan Taliban dan Pasukan NATO, keadaan yang memilukan yang kita lihat bahwa banyaknya umat Islam yang rela ikut untuk sebuah aksi bunuh diri. Belum lagi peperangan Pakistan yang sampai saat ini belum ada penyelesaiannya. Yang tragis adalah peperangan dan perjuangan Palestina atas Israel.
Dan bagaimana dengan yang satu ini, yaitu ketika tentara Al-Qaida yang dipimpin tokoh Islam yang menghancurkan gedung WTC yang sampai saat ini selalu diperingati setiap tanggal 11 september dan yang terakhir ini adalah aksi pembakaran Al-Qur’an yakni kitab suci umat Islam. Ataupun ini, seorang Mahasiswa Islam yang lengkap dengan alat peledak yang berhasil diamankan ketika dia mau meledakkan diri pada sebuah pesawat yang penumpangnya adalah warga Amerika.
Bagaimana dengan di Indonesia? Aksi terorisme yang kerap terjadi yang dikatakan itu adalah asas dari perjuangan islam. Aksi teror yang sering kali terjadi, mulai dari yang paling timur yakni Papua yaitu sengketa mendirikan mesjid, kemudian Poso dan Ambon atas pembantaian jemaat Kristen, pengeboman bom Bali I dan bom Bali II atas warga non muslim, lalu aksi teror Pos Polisi yang di Banten, kemudian sengketa oleh kaum muslim terjadi di Bekasi atas sebuah bangunan gereja yang dituntut untuk ditutup. Belum lagi aksi bunuh diri yang menghancurkan dua gedung hampir secara bersamaan di Ibu kota yakni Jakarta yang menyebabkab Tim sepak bola yang terkenal yaitu Manchester United (MU) batal datang ke Indonesia. Dan sampai yang paling barat yaitu Medan dan Aceh tempat pelatihan aksi teroris serta penyerangan pos polisi dan juga aksi perampokan sebuah bank oleh orang Islam. Semuanya tidak lepas dari Islam, Islam dan Islam.
Mendengar pemberitaan itu, lalu seluruh dunia takut dengan namanya Islam, apakah demikian? Mari kita cermati, Pasca hancurnya WTC tepatnya dua minggu sesudah insiden tersebut, lebih dari 11 ribu orang Amerika Serikat menyatakan masuk Islam. Lalu pada pertengahan November 2001, Ketua Majelis Hubungan Islam Amerika, Nihad Awadh, mengumumkan bahwa lebih dari 24.000 orang Amerika telah memeluk agama Islam sesudah insiden 11 September 2001. Angka ini merupakan angka tertinggi dalam hal jumlah pemeluk agama Islam di Amerika Serikat sejak Islam memasuki negara itu. Ini baru yang terjadi di negeri Paman Sam, belum lagi di negara-negara Barat lainnya. Yang lebih menggembirakan, Harian The New York Times (22/10/2001) melaporkan ada sekitar 25 ribu orang Amerika yang kini telah beralih memeluk Islam sejak kasus 11 September. Jumlah yang cukup besar, karena pada saat normal hanya seperempat dari jumlah itu. Columbia News Service (22/3/2001), menulis ada sekitar 15 ribu orang keturunan Amerika Latin beralih dari Katolik dan memeluk Islam di AS. Mereka menyebar di berbagai kota meliputi Newark, Miami, Los Angeles dan New York.
What’s wrong?? Sebagian non muslim fobia dengan Islam namun mereka langsung antisipasi karena mereka tahu bahwa efeknya sangat buruk. Toko buku menjadi sasaran, dan Al-Qur’an menjadi serbuan mereka. Anda tahu Al-qur’an mencapai tingkat penjualan tertinggi saat itu. Dan ternyata mereka mempelajarinya.
Namun hal itu berbanding terbalik dengan yang di Indonesia, orang-orang semakin takut dengan Islam sehingga Islamfobia ini semakin besar efeknya. Apakah benar Islam itu keras? Coba kita bandingkan yang terjadi di Poso, Ketika umat Islam sedang merayakan hari besarnya tiba-tiba mereka di bom, ribuan orang tewas, mesjid di bakar, orang islam di sana di bantai, para kaum adam dipotong kemaluannya, kaum Hawa diperkosa dan yang sedang hamil di belah kandungannya dan diganti dengan seekor kucing dan bayinyapun dibunuh. Apakah ini semua terekspos?? Lalu siapakah yang paling kejam, masihkah Islam dengan tokohnya yakni FPI paling kejam dan anarkis di Indonesia?
Kalaupun Islamfobia berasal dari kalangan non Islam itu mungkin bisa ditoleren tapi bagaimana jika yang terjangkit itu adalah dari Umat Islam itu sendiri. Trus apa efeknya?
Maka tidak lain dan tidak bukan adalah hal-hal yang berbaur Islam senantiasa dipojokkan, banyak sekali pertentangan dengan Islam. Bagi mereka yang berada di sebuah pemerintahan, maka seakan berniat sekali untuk mendirikan paham sekuler, belum lagi paham liberal yang sampai saat itu justru merusak tatanan keislaman. Masyarakat tidak sempat mengoreksi dan mempelajari serta menelaah agama mereka sendiri karena pemberitaan yang ada dan yang timbul adalah takut jika mempelajari Islam lebih jauh akan menjadi seorang teroris. Yang dipikiran orang-orang bahwa celana congklang atau jubah besar dan bercadar, jenggot yang panjang dan jidat yang hitam adalah antek-antek teroris.
It’s so crazy. How about you?
Satu lagi wahai saudaraku, Bagaimana jika penyakit ini terjangkit dikalangan Akademisi, spesifiknya di perkuliahan? Kalian bisa rasakan sendiri bahwa efeknya sangat besar sekali apalagi bagi seorang aktifis dakwah tentunya hal ini sudah kita rasakan manis pahitnya perjuangan. Betapa banyak para mahasiswa yang anti dengan aktivis dakwah dan lebih memilih yang lain yang sebenarnya juga mengatasnamakan Islam, hanya saja mereka lebih menjanjikan kesenagan dan kebebasan.
Efek dari Islamfobia dikalangan ini jauh lebih berbahaya. Mengapa? Sebab merekalah calon penerus bangsa, kita bisa lihat sendiri bagaimana orang yang nantinya kita ganti untuk mengurus bangsa ini, terlalu bebas disana. Kita bisa melihat keadaan yang sebenarnya bahwa begitu memprihatinkan nasib mereka. Lantas apakah generasi akademisi harus bernasib sama? Mau dibawa keman Indonesia ini? Sebelum itu terjadi, antisipasi sangat diperlukan terutama perbaikan moral dan tingkahlaku, minimal mereka bisa berakhlak seperti apa yang mereka ketahuai dari ajaran agama mereka. Namun Saat ini kenakalan remaja sudah melewati koridor, salah satu contohnya adalah pesta penyambutan tahun baru. Salah satu apotik di Surabaya kehabisan stok dalam pembelian alat kontrasepsi (kondom), pembelian meningkat dan melewati angka 300% dari penjualan dihari biasa. Dan pembelinya adalah rata-rata kalangan pemudan dibawah umur dan para pelajar. Bagaimana jika semua apotik di Indonesia mengalami hal seperti itu? Maka perbaikan moral sangatlah perlu mengingat keadaan yang menimpa pemuda Indonesia begitu memprihatinkan.
Apakah sudah cukup, tentu tidak. Langkah selanjutnya untuk terapi Islamfobia ialah pemberian dan pengarahan pengetahuan tentang agama. Dengan begitu pengetahuan yang selama ini sudah terkotori dengan pengaruh luar bisa dibiaskan. Disini nilai-nilai Islami harus ditanamkan semaksimal mungkin. Intinya adalah kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits. Dan tahap selanjutnya adalah pengawasan agar semua unsur yang membuat fobia terhadap islam tidak bisa lagi mengganggu.
Lalu bagaimana jika yang terserang penyakit ini adalah aktivis itu sendiri? Maka inilah satu factor yang menghambat gerak dakwah itu sendiri. Mereka merasa malu, tidak percaya diri dan takut untuk berpartisipasi, geraknya hanya setengah-setengah dan hasilnya pun juga tidak maksimal. Mereka lebih takut dikucilkan dikelas, tidak ada yang mau berteman, tidak siap memakai pakaian yang Islami karena tidak trend alias tidak gaul. Ruang pergaulan tebatas, tidak bisa tidak salaman dengan lawan jenis karena takut dianggap paling suci, dan seribu alasan lagi yang menyebabkan para aktivis takut untuk bersama-sama dalam membela ajaran Islam.
Cara yang paling tepat untuk menghadapi Islamfobia dikalangan aktivis dakwah yaitu memberikan kesadaran. Jikalau sudah sadar maka dengan sendirinya akan mulai bergerak sesuai dengan yang diharapkan. Ruhiyah yang kering merupakan salah satu factor penyebabnya. Kenapa dimasa Hasan Al-Banna memiliki gerak yang luar biasa? Mulai dari derajat kalangan bawah sampai kalangan atas, semuanya bergerak dengan penuh semangat. Jawabannya adalah karena ruhiyah mereka matang. Ruhiyah mereka benar-benar kuat sekuat baja yang sangat susah untuk dilebur meski dengan api yang sangat besar. Yang jelas jika ruhiyah sudah terbangun, maka semakin dibakar semakin kuat.
Mari kita tingkatkan Ruhiyah kita, mau apa dikata, jika ruhiyah sudah terbangun maka apapun yang akan diagendakan, maka akan berjalan optimal. Sebuah puisi untuk membangkitkan ruhiyah…..

Haitami
Jurusan Manajemen Dakwah
Fakultas Dakwah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

3 komentar:

siip sudh saatnya umat islam maju ke pentas peradaban

yg lain di tunggu artikel selanjutnya...

ayo yang lain ditunggu narasi besar atn slnjutnya

Posting Komentar