Minggu, 02 Januari 2011

Amanah adalah Kewajiban

Oleh: Suri Akramaini (Ketua KAMMI UIN)

Kalau orang mau memperhatikan syariat Islam dan seluruh ajarannya, maka akan didapati bahwa keseluruhannya tidak lain adalah untuk maslahat dan kebahagiaan manusia sendiri. Salah satu perilaku dan pelajaran tertinggi di dalam Islam adalah diwajibkannya sifat amanah. Ini merupakan tuntunan agama Islam yang sangat mendasar dan bahkan agama itu sendiri merupakan amanah.
Oleh karena itu Allah menyebut hamba-Nya dengan sebutan mukmin karena hanya orang mukmin saja yang dapat memelihara amanah Allah, menunaikan serta memegangnya dengan erat, sebagaimana firman Allah, “Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS. Al Mu’minun: 8)
Dalam kehidupan sehari-hari makna amanah memiliki arti tumbuhnya sikap untuk memelihara dan menjaga apa saja yang menjadi perjanjian atau tanggungan manusia yang nyata sifatnya. Hal ini seperti yang ditunjukkan di dalam sabda Nabi saw, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya tentang kepemimpinannya.”
Amanah dalam menunaikan hak-hak Allah Azza wa Jalla dapat dilakukan dengan mentauhidkan-Nya, mengesakan-Nya di dalam beribadah, mengerjakan apa yang Dia perintahkan dan menjauhi apa yang dilarang-Nya, semata-mata untuk mengharapkan keridhaan Allah. Ini merupakan amanah terbesar, dimana setiap hamba wajib melaksanakannya pertama kali sebelum amanah-amanah yang lain. Dan nanti darinya akan muncul seluruh bentuk amanah-amanah yang lain.
Amanah adalah tanggungan yang harus dijaga. Seperti nikmat pendengaran, penglihatan, pemeliharaan, harta dan anak-anak. Juga amanah badan dan segala isinya, kepala dan kemampuan otaknya untuk berfikir. Maka setiap manusia wajib menggunakan nikmat-nikmat tersebut sesuai fungsinya dalam rangka menunaikan perintah-perintah Allah.
Sebagai balasannya maka Allah akan menjaga dan memelihara orang yang berbuat demikian dan juga menjaga nikmat tersebut. Nabi saw bersabda, “Jagalah Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah Allah maka dia akan kau dapati dihadapanmu.”
Berkaitan dengan amanah ada sebuah ayat yang menceritakan tentang tawaran Allah kepada langit, bumi dan gunung untuk memikul amanah, namun mereka semua enggan dan menolak karena merasa tidak mampu, lalu amanah tersebut diemban oleh manusia. Allah swt berfirman, “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al Ahzab: 72)
Dalam ayat ini mengandung penjelasan tentang beratnya amanah dan beban yang harus ditanggung oleh manusia, dimana langit, bumi dan gunung sebagai makhluk Allah yang perkasa dan kuat merasa lemah dan enggan untuk memikul amanah itu, takut dan khawatir jikalau tidak sanggup menunaikannya.
Akan tetapi manusia menawarkan diri untuk mengemban amanah tersebut, itu manusia berarti telah berlaku zhalim terhadap diri sendiri, sekaligus telah bersikap bodoh terhadap segala konsekuensi yang terkandung di dalamnya, berupa kerja keras untuk melaksanakan amanah dari Allah agar nantinya tidak terjerumus ke dalam siksa.
Oleh karena itu siapa saja yang menerima amanah ini, menjaganya serta menunaikan hak-haknya maka dia mendapatkan kemenangan dan pahala yang besar. Dan barang siapa yang menyia-nyiakannya, menelantarkan hak-haknya maka dia akan merugi dan mendapatkan siksa. Jangan sampai amanah yang telah diberikan dan merupakan kepercayaan Allah dan orang lain dilalaikan begitu saja. Orang yang sombong terkadang lupa dengan segala kewajiban dan tanggung jawab atas amanah yang telah dititipkan kepadanya. Na’uzubillah minzalik.

Suri Akramaini
Jurusan Teknik Industri’07
Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

0 komentar:

Posting Komentar